Dalam menjalankan pendidikan di sekolah, diperlukan sebuah perangkat dan program pelajaran agar pendidikan dapat berjalan dengan lancar dan teratur. Perangkat dan program pelajaran itu disebut dengan kurikulum. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuai dengan peserta didik dan sesuai dengan zamannya. Kurikulum yang diterapkan di sekolah sering sekali berubah-ubah karena harus menyesuaikan dengan yang dibutuhkan sekarang.
Saat ini kita baru saja berganti kurikulum, yang awalnya Kurikulum 2013 lalu berganti menjadi Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum Merdeka Belajar merupakan terobosan baru dalam dunia pendidikan di Indonesia, karena disebabkan adanya pandemi Covid-19. Kondisi pendidikan di Indonesia pasca pandemi Covid-19 sangatlah memprihatinkan, karena pendidikan pada saat pandemi dilakukan secara daring dan kebanyakan para siswa tidak paham mengenai materi yang telah diajarkan.
Kurikulum Merdeka Belajar di mulai pada tahun ajaran 2022/2023. Dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar terbagi menjadi 3 kategori, yaitu 1) Mandiri Belajar, 2) Mandiri Berubah, dan 3) Mandiri Berbagi. Pada saat penerapan Kurikulum Merdeka Belajar pasti memiliki dampak yang dirasakan dari berbagai pihak, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Berikut ini dampak yang dirasakan dari penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di satuan pendidikan SMA:
- Pemilihan Mata Pelajaran
Dalam Kurikulum Merdeka Belajar ini tidak adanya program peminatan, jadi siswa dapat bebas untuk memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Dengan adanya program ini, maka dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena sumber daya manusia yang berkualitas dapat meningkatkan kemajuan bangsa.
Adanya program ini disambut dengan baik dan antusias oleh para siswa. Karena mereka tidak perlu lagi mempelajari mata pelajaran yang tidak disukai oleh mereka.Â
Meskipun efek sampingnya mereka akan kekurangan ilmu dari mata pelajaran yang tidak disukai tersebut. Tetapi, siswa dapat lebih pintar dan memahami dengan baik mata pelajaran yang dipilihnya. Berdasarkan penjelasan di atas, program ini memang memiliki dampak negatif. Namun, program ini sangatlah dibutuhkan oleh para siswa.
- Pembelajaran dalam Kegiatan Proyek
Dalam Kurikulum Merdeka ini pembelajaran juga dilakukan dalam kegiatan proyek. Kegiatan proyek dilaksanakan di luar pembelajaran akademik yang ada di sekolah. Pemilihan kegiatan proyek ini biasanya tergantung keputusan dari pihak sekolah. Tujuan dari kegiatan proyek ini adalah dapat memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk lebih aktif di luar kegiatan pembelajaran akademik, juga dapat meningkatkan pengetahuan dan skill yang dimiliki siswa.
Salah satu contoh kegiatan proyek yang dilakukan siswa adalah proyek Pancasila yang bertemakan kewirausahaan. Dari kegiatan ini terdapat dampak positif dan negatif. Dampak positif dari proyek ini, siswa dapat menambah wawasan dan skill tentang berwirausaha. Mereka dapat mengetahui hal apa saja yang harus dilakukan pada saat berwirausaha dan apa saja resiko yang akan di dapat pada saat berwirausaha.
Sedangkan dampak negatif, dapat dilihat dari sudut pandang orang tua siswa yang tidak mampu. Karena dari adanya kegiatan proyek yang dilaksanakan, dibutuhkan dana atau uang untuk memenuhi kebutuhan proyek tersebut.Â
Dana yang dikeluarkan orang tua untuk kebutuhan proyek ini biasanya minimal Rp.50.000/siswa. Namun bagi orang tua siswa yang tidak mampu, nominal uang tersebut sangatlah besar. Hal inilah yang menjadikan itu sebagai salah satu dampak negatif dari penerapan kegiatan proyek di Kurikulum Merdeka Belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H