Mohon tunggu...
Dewi Sinta
Dewi Sinta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Teacher, Writer

Mahasiswi asal Surabaya. Mulai menjajaki dunia literasi sejak tahun 2020. Bermula dari dunia desain grafis hingga menulis. Semangat belajar kian berkobar. Sebagian karyanya dapat ditemui pada akun media sosialnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maraknya Aksi Guru Cabuli Siswa

19 Desember 2021   12:57 Diperbarui: 19 Desember 2021   13:23 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surabaya- Dewasa ini kabar mengenai aksi pelecehan seksual sudah tidak asing lagi terdengar. Sedikitnya hampir setiap hari ada saja yang menyiarkan berita mengenai pelecehan seksual terlebih terjadi pada seorang guru terhadap siswa perempuannya. Hal ini seolah-olah menjadi hal yang lumrah terjadi. Tentu dengan berbagai motif yang dilakukan. Mulai dari di iming-iming akan mendapat ilmu yang berkah hingga pada bentuk ketaatan siswa kepada gurunya. Sungguh sangat memperihatinkan lembaga pendidikan yang harusnya menjadi tempat generasi bangsa untuk mengasah skill, menimba pengetahuan luas dan menggapai cita-citanya harus dipatahkan begitu saja, hanya karena ketidakwarasan gurunya. Guru yang dikenal mulia jasanya, teladan perilakunya dan dermawan hatinya ternyata telah bertingkah jauh lebih buruk daripada hewan yang tidak memiliki akal.

Apabila hal ini terus dibiarkan tanpa adanya tindakan tegas, tentu pelaku akan terus menjalankan aksinya tanpa adanya rasa jera sehingga akan berimbas pada kemajuan bangsa kita sendiri. Jika lembaga pendidikan sekolah yang harusnya digunakan untuk menyiapkan para generasi emas agar bisa bersaing Go Internasional kini harus menjadi beban dan aib negara karena ulah gurunya sendiri. Dulu adanya guru untuk memperbaiki moral generasi muda namun kini adanya guru yang demikian hanya menjadi perusak nyata moral generasi bangsa terlebih hilangnya marwah dari perempaun itu sendiri. Selain itu juga akan muncul rasa trauma tersendiri pada peserta didik dan wali murid.

Coba kita bayangkan betapa orang tua tersebut telah menitipkan anaknya dan memberikan kepercayaan sepenuhnya dengan harapan agar ia bisa mengenyam bangku pendidikan sehingga mampu mensejahterahkan kehidupan keluarganya. Namun yang terjadi harus mendapat kabar bahwa putri kebanggaannya diharuskan pulang bukan dengan membawa prestasi namun dengan menggendong bayi. Sungguh tragis bukan? Bayangkan bagaimana hancurnya hati orang tua tersebut jika harus menerima kenyataan pahit tersebut. Dan bayangkan pula bagaimana mental yang terjadi pada siswi yang menjadi korban dan siswi lainnya tentu akan ada rasa trauma yang teramat mendalam.

Dalam hal ini siapa yang bisa disalahkan? Terlebih lagi jika pelaku tersebut seorang muslim. Maka saya katakan bahwa bukan agamanya yang salah akan tetapi orang yang belajar agama yang tidak benar. Karena Islam itu sempurna dan muslim tidak sempurna.

Penulis: Dewi Sinta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun