PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
Linda Fibriya Hardiyanti1, Dewi Indriany2.
fibriyalinda@gmail.com1, Dewiindri998@gmail.com2.
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar1,2,3
Universitas Nusantara PGRI Kediri1,2,3
Abstrak
Dalam artikel ini akan mendeskripsikan tentang pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa indonesia. Pancasila sebagai dasar negara memiliki filosofis yang strategis. Mengandung makna bahwa Ketuhanan yang mahaesa adalah hal yang paling mendasar dalam kehidupan berbangsa. Sebab setiap manusia yang bertuhan yakin bahwa ajarannya tuhannya tidak akan menyengsarakan umatnya. Artinya adalah orang yang beragama dengan baik, tentu akan melakukan hal-hal yang baik. Baik untuk dirinya, baik untuk keluarganya, dan baik pula untuk bangsa dan negaranya. Orang yang berbuat dzolim seperti korupsi, merampok, bertindak anarkis, adalah mereka yang perlu dipertanyakan kualitas beragamanya. Metode dalam penelitian ini menggunakan literature Review atau tinjauan pustaka yang bersifat analisis deskriptif, yakni penguraian secara teratur data yang telah diperoleh, kemudian diberikan pemahaman dan penjelasan agar dapat dipahami dengan baik oleh pembaca. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Perjuangan itu memberikan gambaran kepada kita bahwa merdeka tidak akan diperoleh jika hanya dilakukan oleh sekelompok orang atau segolongan masyarakat atau suku tertentu atau kelompok organisasi tertentu saja melainkan merupakan kesatuan anak bangsa dari seluruh tanah air. Martabat bangsa hanya dapat diperoleh dengan kerja keras berdiri di atas diri sendiri sebagai bangsa, bahu membahu dalam kerjasama, dan kuatkan sifat “ta'awun” atau bertolong-tolongan antar sesame anak bangsa, sehingga sama-sama sejahtera, sama-sama kuat, sama-sama bermartabat. Jangan menjadi bangsa yang lemah menjadi tamu di negerinya sendiri.
Kata Kunci : Pancasila, Sejarah Bangsa Indonesia
Abstract
In this article, we will describe Pancasila in the context of the history of the struggle of the Indonesian nation. Pancasila as the basis of the state has a strategic philosophy. It means that the one and only God is the most basic thing in the life of the nation. Because every man who believes in god believes that the teachings of his god will not torment his people. This means that people who are religiously good, will certainly do good things. Good for himself, good for his family, and good for his nation and country. People who do wrongdoing such as corruption, robbing, acting anarchically, are those whose religious quality needs to be questioned. The method in this study uses a literature review or literature review that is descriptive in nature, namely the regular breakdown of the data that has been obtained, then an understanding and explanation is given so that it can be understood well by the reader. Based on the results of the study, it can be concluded that the struggle gives us an idea that independence will not be obtained if it is only carried out by a group of people or a particular group of people or ethnic groups or certain organizational groups, but rather is a unitary nation of the nation's children. The dignity of the nation can only be obtained by working hard to stand on one's own as a nation, working hand in hand in cooperation, and strengthening the nature of "ta'awun" or helping each other among the nation's children, so that they are equally prosperous, equally strong, equally - equally dignified. Don't be a weak nation, be a guest in your own country.
Keywords: Pancasila, History of the Indonesian Nation
PENDAHULUAN
Judul yang diangkat dalam tulisan ini sepertinya sangat luas, tidak akan cukup menulis sebuah makalah, namun penulis mengatakan bahwa ini hanyalah sekedar tuangan pemiki penulisan atas hasil pelatihan Internalisasi Nasionalisme Berbasis Nilai-Nilai Agama pada materi pelatihan Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme asuhan Sofiuddin. Penyampaian yang runut dan apik untuk digambarkan secara jelas, sehingga penulis merasa tertarik untuk menuangkan pemikiran sedekar penyambungan yang diberikan penyaji.
Perjuangan bangsa menuju sebuah negara yang bermartabat telah dirintis oleh para pemuda sekaligus pejuang bangsa sejak lama. Saat ini generasi bangsa ini harus tertantang untuk melanjutkan pemikiran-pemikiran cerdas masa itu sehingga dapat membawa bangsa ini lepas dari ikatan yang terikat. Pemikiran tersebut menjadi saat ini dibawa untuk perjuangan mengisi bangsa ini bagaimana memajukan anak anak anak bangsa bermartabat melalui bangsanya yang bermartabat. perlu batasan yang jelas apa itu martabat bangsa dan bagaimana mencapainya. inilah seuail pemikiran dalam tulisan sederhana ini.
I.Rumusan Masalah
Memiliki mimpi menjadi bangsa yang bermartabat harus dimulai dengan anak bangsanya yang bermartabat atau masyarakatnya yang bermartabat. Apa martabat. Martabat adalah kedudukan yang bagus. Dikaitkan dengan bangsa artinya kedudukan yang baik. Untuk menjadi bangsa yang baik didadhulukan oleh anak bangsa atau rakyat yang baik. membantu membentuk rakyat atau masyarakat yang baik? diperlukan pemahaman akan sejarah panjang bangsa ini. Bagaiamana perjuangannya dan bagaimana cara kita mengisinya agar menjadi bangsa yang baik?
METODE
Dalam penelitian ini menggunakan metode literature Review atau tinjauan pustaka. Penelitian kepustakaan atau kajian literatur (literature review, literature research) merupakan penelitian yang mengkaji atau meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam tubuh literatur berorientasi akademik (academic-oriented literature), serta merumuskan kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu, Cooper (2010). Sifat dari penelitian ini adalah analisis deskriptif, yakni penguraian secara teratur data yang telah diperoleh, kemudian diberikan pemahaman dan penjelasan agar dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.
PEMBAHASAN
Perjuangan Panjang bangsa Indonesia menuju bangsa merdeka dan bermartabat telah terukir dalam tinta emas bangsa ini. Sejarah mencatat kejayaan nenek moyang ini telah mampu menguasai semenanjung Malaka pada abad ke 7 (600-1377M), dilanjutkan dengan meluaskan pengaruh kerajaan hingga mencakup hampir seluruh Indonesia sekarang (1292-1478M). kekuasaan Majapahit yang luas memberikan inspirasi yang luar biasa terhadap konsistensi bangsa ini. Sejarah ini telah memberikan warisan yang mendalam di dalam diri anak bangsa Indonesia hingga sekarang ini. Yaitu nilai-nilai perjuangan , semangat besarkan bangsa, semangat menjadi bangsa yang besar.
Perjuangan bangsa (nilai perjuangan) yang berkembang oleh nenek moyang leluhur saat ini belum bernama Indonesia masih terdiri dari-bangsa yang ego kebangsaan atau kesukuan merasa satukan dengan perasaan senasib akibat di Belanda yang cukup lama hingga kemudian hikmah perang dunia II, Indonesia di kuasai oleh Jepang 3,5 tahun sebelumnya telah memberikan keasadaran hakiki bahwa suku-bangsa yang berada di bawah Majapahit dan dalam tantangan penjajahan Belanda adalah bangsa Indonesia saat ini yang merdeka di tahun 1945. Nilai-nilai yang terukir dengan tinta emas adalah nilai pertemuan untuk melawan musuh, tanpa anak bangsa dalam sebuah wadah kebangsaan.
Hal penting yang menjadi catatan kita akan sejarah bangsa yang bersemangat berjuang mengusir tidak bisa disebut semangat rela berkorban dalam bahasa Islam “jihad” mengusir itu dimunculkan oleh sebagian besar pemeluk Islam. tinggi Pangeran Deponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Tengku Umar, Hasanuddin, Pangeran Antasari, Imam Bonjol, Pattimura dan lain-lain. Indonesia disatukan dengan nilai-nilai ketauhidan di seluruh nusantara.
Perjuangan Budi Oetomo pada 1908 misalnya, para pemuda anak bangsa ini mulai meskipun masih dalam suasana kesukuan. Bangkitnya pemuda yang didasari semangat berkobar untuk menjadi bangsa yang bersatu yang bermartabat di bawah panji kesatuan. Perkumpulan pemuda lainnya adalah Tri Koro Darmo menjadi wadah awal dari perhimpunan pemuda. Kelak, para pemuda tanpa tekadnya demi Indonesia dalam sebuah momentum yang dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Nilai-nilai kesatuan bangsa yang ditorehkan melalui sumpah pemuda.
Dalam sebuah artikel di Kompas.com dengan judul "Sejarah Sumpah Pemuda, Tekad Anak Bangsa Bersatu demi Kemerdekaan", buku Indonesia dalam Arus Sejarah (2013), organisasi Tri Koro Dharmo merupakan perkumpulan pelajar yang berdiri pada 7 Maret 1915. Anggotanya didapat dengan menjaring pelajar bumiputra yang berasal dari perguruan dan sekolah -sekolah yang ada di jawa. Pelajar dari Jawa dan Madura menjadi inti dari perkumpulan ini. Tri Koro Dharmo yang secara bahasa memiliki makna tiga tujuan mulia (sakti, bukti, bakti), menginginkan sebuah perubahan dari cara pandang pemuda akan kondisi yang terjadi di Indonesia. Karena terdapat sebuah desakan akan keanggotaan Tri Koro Dharmo lebih luas, maka nama dari perkumpulan ini diubah menjadi Jong Java. Seluruh pelajar dari Jawa, Madura, Bali dan Lombok bisa bergabung dalam wadah ini.
Selanjutnya dalam artikel yang sama dijelaskan bahwa sudah ada perkumpulan pemuda sebelum Tri Koro Dhamo dengan nama Perhimpunan Indonesia. Namun, organisasi yang dibentuk pada 1908 itu hanya sekelompok perkumpulan mahasiswa yang belajar di Belanda dan menunjukan peran aktifnya di Indonesia. Situasi kemudian berubah saat jumlah tokoh masuk ke dalam Perhimpunan Indonesia, misalnya Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) pada 1913. Kelak, muncul nama tokoh lain yang dihasilkan Perhimpunan Indonesia dan dicatat berperan penting dalam kemerdekaan, misalnya Sutan Sjahrir dan Mohammad Hatta. Barulah setelah para mahasiswa Perhimpunan Indonesia itu kembali ke Tanah Air, mereka mulai berhimpun dan bergerak demi kemerdekaan Indonesia. Para pemuda ini mulai menyadari akan tujuan bersama dan mengurangi perbedaan yang timbul dari berbagai suku bangsa dan agama. Dalam buku 45 Tahun Sumpah Pemuda (1974) yang diterbitkan oleh Museum Sumpah Pemuda, disebutkan bahwa setelah Tri Koro Dharmo atau Jong Java mulai muncul perkumpulan pemuda kedaerahan lainnya. Selain Perhimpunan Indonesia, ada juga Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islaminten Bon, Pemuda Kaum Betawi, Pemuda Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan masih banyak lainnya. Mereka merasa membutuhkan dukungan untuk bisa bersatu demi kemerdekaan. Muncul inisiatif untuk menggabungkan dari para perhimpunan pemuda ke dalam sebuah musyawarah besar. Dalam buku 45 Tahun Sumpah Pemuda (1974) yang diterbitkan oleh Museum Sumpah Pemuda, disebutkan bahwa setelah Tri Koro Dharmo atau Jong Java mulai muncul perkumpulan pemuda kedaerahan lainnya. Selain Perhimpunan Indonesia, ada juga Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islaminten Bon, Pemuda Kaum Betawi, Pemuda Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan masih banyak lainnya. Mereka merasa membutuhkan dukungan untuk bisa bersatu demi kemerdekaan. Muncul inisiatif untuk menggabungkan dari para perhimpunan pemuda ke dalam sebuah musyawarah besar. Dalam buku 45 Tahun Sumpah Pemuda (1974) yang diterbitkan oleh Museum Sumpah Pemuda, disebutkan bahwa setelah Tri Koro Dharmo atau Jong Java mulai muncul perkumpulan pemuda kedaerahan lainnya. Selain Perhimpunan Indonesia, ada juga Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islaminten Bon, Pemuda Kaum Betawi, Pemuda Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan masih banyak lainnya. Mereka merasa membutuhkan dukungan untuk bisa bersatu demi kemerdekaan. Muncul inisiatif untuk menggabungkan dari para perhimpunan pemuda ke dalam sebuah musyawarah besar. Jong Islaminten Bon, Pemuda Kaum Betawi, Pemuda Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan masih banyak lainnya. Mereka merasa membutuhkan dukungan untuk bisa bersatu demi kemerdekaan. Muncul inisiatif untuk menggabungkan dari para perhimpunan pemuda ke dalam sebuah musyawarah besar. Jong Islaminten Bon, Pemuda Kaum Betawi, Pemuda Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan masih banyak lainnya. Mereka merasa membutuhkan dukungan untuk bisa bersatu demi kemerdekaan. Muncul inisiatif untuk menggabungkan dari para perhimpunan pemuda ke dalam sebuah musyawarah besar.
Pemuda yang sadar perjuangan mewujudkan diri untuk benar-benar mewujudkan Indonesia baru, yakni Indonesia bebas dari segala belengu penguasa. Kongres Pemuda I akhirnya dilakukan pada 30 April sampai 2 Mei 1926. Belum mampu tanpa memandang Indonesia karena masih kuatnya egokedaerahan. baru pada 27 sampai 28 Oktober 1928 Kongres Pemuda II, dengan kepanitiaan dari berbagai perkumpulan. Sugondo Djojopuspito dari PPPI sebagai ketua, Djoko Marsaid dari Jong Java sebagai wakil ketua, Mohammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond sebagai sekretaris, dan Amir Sjarifuddin dari Jong Batak sebagai bendahara. Mereka berkumpul di Batavia (Jakarta) dan mulai menyatakan kesepakatan bersama akan pentingnya persatuan pemuda. deklarasi pun dilakukan, dan dikenal dengan nama "Sumpah Pemuda". Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya. Adapun hasil dari Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 itu adalahPertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung persatuan bahasa Indonesia. Rumusan sumpah sudah tertulis dan dibacakan dalam acara itu. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, yaitu pada 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. Sumpah Pemuda dimaknai sebagai momentum bersatunya para pemuda, yang kemudian bergerak bersama dan berjuang menuju Indonesia merdeka.
Pilar kebangsaan berikutnya adalah lahirnya Pancasila 1 Juni 1945 saat bicara yang disampaikan oleh Ir. Soekarno berpihak pada BPUPK (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan) Indonesia. Yang menarik adalah Tarik ulurnya sila-sila yang ada di dalam Pancasila. Pancasila sekarang yang dipakai rumusannya adalah hasil perjuangan umat pendahulu yang memiliki nilai-nilai toleransi yang tinggi akan keberlangsungan bangsa ini. Sebuah nilai hakiki sebuah bangsa yang sampai saat mampu tanpa bangsa dalam kesempurnaan antar agama yang satu dengan lainnya.
Pancasila sebagai dasar negara memiliki filosofis yang strategis. Mengandung makna bahwa Ketuhanan yang mahaesa adalah hal yang paling mendasar dalam kehidupan berbangsa. Sebab setiap manusia yang bertuhan yakin bahwa ajarannya tuhannya tidak akan menyengsarakan umatnya. Artinya adalah orang yang beragama dengan baik, tentu akan melakukan hal-hal yang baik. Baik untuk dirinya, baik untuk keluarganya, dan baik pula untuk bangsa dan negaranya. Orang yang berbuat dzolim seperti korupsi, merampok, bertindak anarkis, adalah mereka yang perlu dipertanyakan kualitas beragamanya.
Perjuangan anak bangsa dari awal hingga mampu mencapai puncak perjuangan dengan menghasilkan sebuah tonggak monumental bagi bangsa dan negara ini yaitu Pancasila sebagai landasan idiologi berbangsa dan bernegara. Martabat bangsa dipertaruhkan oleh implementasi nilai-nilai Pancasila itu dalam kehidupan. Sehingga untuk mencapai derajat martabat bangsa bagi penerus cita-cita mulia itu adalah bagaimana setiap diri anak bangsa mampu mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila itu dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara.
SIMPULAN
Sebagai penutup penulis mencoba memberikan alur pemikiran untuk dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa ini bagi generasi penerus saat ini ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1.Tetaplah mengerti makna perjuangan ganerasi terdahulu. Mencoba belajar, memahami, dan mengerti mengapa para pejuang begitu keras untuk melepaskan diri dari sejarah belengu.
2.Perjuangan itu memberikan gambaran kepada kita bahwa merdeka tidak akan diperoleh jika hanya dilakukan oleh sekelompok orang atau segolongan masyarakat atau suku tertentu atau kelompok organisasi tertentu saja melainkan merupakan kesatuan anak bangsa dari seluruh tanah air.
3.Perjuangan ini memberikan kepada kita bahwa setiap perjuangan akan menghadiahkan pengorbanan baik pikiran, harta bahkan nyawa. Tidak sedikit yang bergelar pahlawan gugur dalam memperjuangkan bangs aini.
4.Perjuangan ini memberikan kepada kita bahwa setiap perjuangan tidak membatasi siapa kita, dari mana, atau apa agama kita. Perjuangan bangsa melibas Batasan itu semua yang penting Indonesia menjadi merdeka dan bermartabat.
5.Perjuangan mengabdikan diri kepada kita agar kita berjuang menyelesaikan perjuangan ini dengan tekad agar setiap diri kita bermartabat sehingga menjadikan keluarga, masyarakat dan negara ini bermartabat.
6.Martabat bangsa hanya dapat diperoleh dengan kerja keras berdiri di atas diri sendiri sebagai bangsa, bahu membahu dalam kerjasama, dan kuatkan sifat “ta'awun” atau bertolong-tolongan antar sesame anak bangsa, sehingga sama-sama sejahtera, sama-sama kuat, sama -sama bermartabat. Jangan menjadi bangsa yang lemah menjadi tamu di negerinya sendiri. Wallahu'alam.
DAFTAR PUSTAKA
Otho H. Hadi, Nation and Character Building Melalui Pemahaman Wawasan Kebangsaan . Makalah.
Rahmat. (2013)” Sumpah Pemuda: Antara Idealisme dan Realisme Pendidikan Politik,” Kependidikan Islam, Vol. 1, Tidak.
Sofiuddin. Dakwah bil Hikmah: Pemikiran & Perjuangan KH. Ahmad Hasyim Muzadi Sebagai Upaya Reaktualisasi Ajaran Wali Songo (Depok: al-Hikam Press, 2017).
Sammy Ferrijana, Basseng & Triatmojo Sejati, Modul Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara (Lembaga Administrasi Negara RI).
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/28/06360091/sejarah-sumpah-pemuda-tekad-anak-bangsa-bersatu-demi-kemerdekaan?page=1 .
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/28/06360091/sejarah-sumpah-pemuda-tekad-anak-bangsa-bersatu-demi-kemerdekaan?page=2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H