Mohon tunggu...
Dewi Wulandari Octaviani
Dewi Wulandari Octaviani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Akuntansi - Universitas Mercu Buana

Mahasiswa Magister Akuntansi - NIM 55523110053 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pemeriksaan Pajak - Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

TB2_Pemeriksaan Pajak_Diskursus Model Dialektika Hagelian dan Hanacaraka pada Auditing Perpajakan

27 November 2024   18:50 Diperbarui: 27 November 2024   18:50 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengembangan Pemahaman yang Mendalam

Proses dialektika memungkinkan auditor untuk terus memperbaiki pemahamannya tentang situasi pajak wajib pajak melalui serangkaian analisis dan evaluasi. Dengan mengidentifikasi kontradiksi dan mencari solusi yang komprehensif, auditor dapat mengatasi masalah pajak yang kompleks. Pendekatan dialektika mendorong auditor untuk berpikir kritis dan mencari solusi-solusi baru yang lebih efektif.

Konsep dialektika Hegelian memberikan kerangka berpikir yang sangat berguna dalam konteks auditing pajak. Dengan memahami bagaimana tesis, antitesis, dan sintesis saling berinteraksi, auditor dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang situasi pajak wajib pajak, serta mengambil keputusan yang lebih baik dalam melaksanakan tugasnya.

Mengapa Model Hanacaraka Penting dalam Auditing Pajak  ?

Model Hanacaraka, dengan akarnya dalam aksara Jawa Kuna, menawarkan perspektif yang unik dan mendalam untuk diterapkan dalam konteks auditing pajak. Filosofi yang terkandung dalam setiap aksara memberikan kerangka berpikir yang holistik dan integratif, memungkinkan auditor untuk melihat permasalahan pajak dari berbagai sudut pandang. Model Hanacaraka mendorong auditor untuk melihat permasalahan pajak secara menyeluruh, tidak hanya dari aspek teknis, tetapi juga dari aspek sosial, budaya, dan etika. Setiap aksara memiliki keterkaitan satu sama lain, mencerminkan interkoneksi berbagai faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak. Model ini menekankan pentingnya keseimbangan antara kepentingan individu, perusahaan, dan negara dalam sistem perpajakan.

Hanacaraka menggambarkan sebuah proses yang terus berkembang dan berubah, sama halnya dengan sistem perpajakan yang terus mengalami evolusi. uditor perlu mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik dalam peraturan perpajakan maupun dalam perilaku wajib pajak. Proses auditing adalah proses pembelajaran yang berkelanjutan, di mana auditor terus memperbaiki pemahaman dan keterampilannya. Model Hanacaraka menekankan pentingnya keadilan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam penerapan peraturan pajak. Auditor diharapkan memiliki integritas yang tinggi dalam menjalankan tugasnya, yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan kebenaran.

Ha Na Ca Ra Ka

Auditor dapat diibaratkan sebagai utusan negara yang memiliki tugas untuk memastikan kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan perpajakan. Mereka bertindak sebagai perwakilan pemerintah dalam menegakkan hukum dan keadilan dalam bidang perpajakan. Auditor harus memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang peraturan perpajakan (Ca), mampu menganalisis data dengan cermat (Ra), dan mengambil keputusan yang tepat (Ka). Konsep "utusan" menekankan pentingnya tanggung jawab dan integritas dalam menjalankan tugas sebagai auditor. Auditor harus bertindak secara profesional dan objektif dalam menjalankan tugasnya.

Da Ta Sa Wa La

Auditor perlu berkomunikasi dengan baik dengan wajib pajak (Sa), memahami konteks sosial dan budaya yang melingkupi wajib pajak (Wa), dan memiliki sikap yang empati (La). Dalam proses audit, seringkali terjadi perbedaan pendapat antara auditor dan wajib pajak. Konsep "saling bertentangan" ini menggambarkan dinamika yang sering terjadi dalam proses negosiasi dan penyelesaian sengketa pajak. Auditor harus memiliki kemampuan negosiasi yang baik untuk dapat menyelesaikan perbedaan pendapat dengan cara yang adil dan saling menguntungkan.

Pa Dha Ja Ya Nya

Auditor harus memiliki tujuan yang jelas dalam melakukan audit (Pa), memiliki dedikasi yang tinggi (Dha), dan selalu mengedepankan kualitas kerja (Nya). Konsep "sama saktinya" menunjukkan pentingnya keseimbangan antara kepentingan negara dan wajib pajak. Auditor harus dapat menemukan titik temu yang adil bagi kedua belah pihak. Auditor harus selalu menjunjung tinggi prinsip keadilan dalam mengambil keputusan.

Ma Ga Ba Tha Nga

Auditor harus memiliki sikap yang profesional (Ma), berani mengambil risiko yang terukur (Ga), dan terus belajar dan mengembangkan diri (Nga). Konsep "mati bersama" dapat diartikan sebagai konsekuensi dari tindakan yang tidak sesuai dengan aturan. Jika wajib pajak melakukan tindakan yang melanggar peraturan perpajakan, maka mereka akan menghadapi konsekuensi hukum. Konsep ini juga dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya pelanggaran pajak dengan memberikan efek jera.

Model Hanacaraka menawarkan perspektif yang unik dan komprehensif dalam memahami dan mengatasi kompleksitas permasalahan pajak. Dengan menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam model ini, auditor dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam mewujudkan sistem perpajakan yang adil dan efektif.

How ?

Bagaimana Penerapan  Model Dialektika Hegelian, dan Hanacaraka pada Auditing Perpajakan ?

Penerapan Model Dialektika Hegelian dalam Auditing Pajak

Dialektika Hegelian adalah sebuah proses pemikiran yang diawali dengan sebuah ide (tesis), kemudian muncul ide yang bertentangan (antitesis), dan akhirnya kedua ide tersebut disatukan dalam sebuah ide baru yang lebih komprehensif (sintesis). Proses ini terus berulang, menciptakan perkembangan dan evolusi pemikiran. Tesis merupakan aturan dan regulasi perpajakan yang berlaku. Ini adalah titik awal, yaitu aturan yang sudah ditetapkan. Sedangkan antitesis merupakan temuan-temuan yang bertentangan dengan aturan tersebut selama proses audit. Misalnya, terdapat ketidaksesuaian antara data yang dilaporkan dengan bukti-bukti yang ditemukan. Sintesis merupakan kesimpulan akhir dari audit yang merupakan kombinasi antara aturan yang ada dan temuan-temuan baru. Kesimpulan ini bisa berupa rekomendasi perbaikan, penyesuaian aturan, atau bahkan pengungkapan kasus pelanggaran pajak. Proses dialektika tidak berhenti sampai di situ. Kesimpulan dari satu audit bisa menjadi tesis baru untuk audit berikutnya. Misalnya, dari kasus di atas, pemerintah mungkin akan melakukan evaluasi terhadap aturan perpajakan yang ada dan membuat peraturan baru yang lebih ketat untuk mencegah terjadinya penggelapan pajak. Analisis yang lebih mendalam dengan melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang (tesis dan antitesis), auditor dapat melakukan analisis yang lebih mendalam dan komprehensif. Solusi yang lebih inovatif dengan sintesis yang dihasilkan dari proses dialektika seringkali merupakan solusi yang inovatif dan belum pernah terpikirkan sebelumnya. Peningkatan kualitas audit melalui proses dialektika mendorong auditor untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuannya. Keputusan yang lebih objektif: dengan mengacu pada fakta dan bukti yang ada, keputusan yang diambil dalam proses audit akan lebih objektif dan adil. Model dialektika Hegelian menawarkan kerangka kerja yang berguna untuk melakukan audit pajak.

Contoh Penerapan Model Dialektika Hegelian dalam Auditing Pajak

Pemeriksaan Pajak Perusahaan Startup Teknologi, penerapan model dialektika Hagelian, yaitu :

Tesis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun