'Tan hana nguni, tan hana mangke' (Jika tidak ada masa lalu, tidak akan ada masa sekarang dan masa depan). Kalimat dalam bahasa sansekerta yang sarat makna ini, kerap kita temui pada naskah-naskah kuno  pada  saat  berkunjung ke museum.
Kalau direnungkan lebih dalam lagi,  dari naskah-naskah kuno tersebut, banyak sekali catatan-catatan peradaban di masa lalu, gambaran gaya hidup, konten-konten sastra masa lalu hingga  pepatah petitih yang bisa dijadikan  sebagai pedoman kehidupan di masa sekarang.
Hal ini diungkapkan Sinta Ridwan, seorang Filolog perempuan pada acara Live IG Nina Nugroho Solution #akuberdaya bertajuk 'Cerita Perempuan di Balik Aksara Kuna', baru-baru ini.
Dikatakan kandidat doktor di bidang arkeologi ini, filologi adalah ilmu yang meneliti manuskrip-manuskrip sastra kuna (kuno) Â dari jaman 1300 silam, namun ada pula yang memiliki rentang usia 50 tahun dari sekarang.
Sinta sendiri mulai mengenal ilmu filologi pada tahun 2008 dan langsung jatuh cinta karena di saat yang bersamaan  menyaksikan pameran  berbagai naskah kuna nusantara  yang dikemas dalam sebuah simposium berskala internasional.
"Wow, disitu aku langsung jatuh cinta. Sebenarnya ilmu ini nggak umum ya karena yang dikaji adalah naskah-naskah kuna se -Indonesia. Tapi aku senang banget karena yang dikaji adalah  berupa media atau benda-benda tidak keras. Seperti buku atau daun. Tantangannya,  karena  nggak bisa bertahan lama harus diperlakukan dengan hati-hati. Bahkan banyak manuskrip-manuskrip  yang sudah hancur juga," ujar Sinta.
Tak hanya itu, Sinta yang pernah  memenangkan penghargaan Kick Andy Heroes 2012 sebagai Young Hero ini juga concern mendalami ilmu epigrafi yang merupakan bagian dari arkeologi.
Epigrafi adalah  ilmu yang mempelajari tulisan-tulisan dalam benda keras, semacam batu atau  logam.
"Sering banget orang yang mengambil profesi ini, disebut berada di jalan yang sepi. Jadi , aku sekarang dalam misi ingin berbagi ilmu. Bagaimana memperkenalkan dua ilmu ini, filologi dan epigrafi.  Makanya dari 2009, aku bikin  kelas aksara untuk umum. Tujuannya  memperkenalkan aksara-aksara itu ke generasi millenial," papar Sinta, seru.