Dalam kacamata Ilmu Hubungan Internasional, suatu negara dapat menjalin hubungan dengan negara lain melalui diplomasi. Penerapan diplomasi memiliki bentuk yang bermacam macam, salah satunya diplomasi publik yang juga berkembang di Prancis. Menurut sejarahnya, diplomasi publik Prancis berkembang setelah masa perang dingin mendorong pada aksi budaya eksternal dan kebijakan audio visual sejak 1983 dalam bentuk produksi buku, saluran radio, televisi yang diperuntukkan bagi masyarakat internasional. Hingga saat ini diplomasi publik oleh Perancis terus berkembang termasuk di Indonesia, hubungan diplomatik antar kedua negara ini telah terjalin sejak 1950.Â
Penerapan dari diplomasi publik Prancis di Indonesia memiliki tujuan untuk membangun pemahaman, memperkuat hubungan, dan mempromosikan kepentingan negara melalui komunikasi terbuka dan berbagai kegiatan budaya, pendidikan, dan lainnya yang berorientasi pada publik (yaitu masyarakat Indonesia). Pemerintah Prancis memperkuat mitra strategis dengan Indonesia  sejak 2011 melalui Declaration on Strategic Partnership oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan perdana Menteri Perancis, Francois Fillon dimana salah satu bidang dalam kesepakatannya yaitu bidang sosial budaya dan people to people contact. Industri perfileman dalam kerjasama antara Perancis dan Indonesia juga turut memberikan kontribusi besar terkait pengetahuan dan persebaran budaya Prancis di Indonesia.
Dalam perkembangan industri perfilman, Prancis memiliki Pusat Nasional Perfilman dan Animasi Prancis yang disebut Centre national du cinma et de l'image anime atau (CNC) yang sudah didirikan sejak tahun 1946. Perusahaan ini bertanggung jawab atas produksi dan promosi sinematik, seni audiovisual, dan  merupakan perusahaan milik negara dengan otonomi hukum dan finansial. Dari perkembangan industri ini, pemerintah melihat bahwa industri perfileman dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan ekonomi kreatif suatu negara selain dapat memberikan pendapatan dengan angka yang cukup besar (Titanic misalnya menghasilkan 3,4 milyar US dollar, kurang lebih setara dengan 40 triliun rupiah), lebih dari itu industri film dapat membawa pesan budaya dan menjadi media antar bangsa yang sangat bermakna.
Oleh karena peluang tersebut, pemerintah Republik Indonesia melalui Badan Ekonomi Kreatif melakukan kerjasama dengan CNC pada tanggal 29 Maret 2017 di Jakarta dalam acara  "Creative Economy and Cultural Industries In a Digital World" yang diadakan oleh Pemerintah Indonesia. Perjanjian kerja sama ini akan ditandatangani oleh Kepala Bekraf, Triawan Munaf, dan Jean-Charles Berthonnet selaku Duta Besar Perancis untuk Republik Indonesia. Perjanjian kerja sama antara kedua negara ini meliputi pengembangan sektor ekonomi kreatif, khususnya subsektor perfilman antara Indonesia dan Perancis. Dalam kesempatan kerjasama ini, Prancis dan Indonesia memiliki tujuan untuk memajukan industri film nasional agar lebih menarik dalam kualitas pemain, alur cerita, dan music di dalam film.Â
Adapun 3 poin utama dalam kerjasama yaitu transfer pengetahuan dan pengalaman dalam bidang produksi internasional antara para produser perfilman Perancis dan Indonesia, membuka investasi asing bagi bidang perfilman menurut Peraturan Presiden No. 44 tahun 2016 yang mencakup produksi, distribusi dan eksibisi perfilman serta memberi potongan pajak dan modal bagi sineas yang membuat film di Indonesia dan Perancis. Seiring berjalannya waktu, kerjasama yang dilakukan mulai berkembang dan membuahkan hasil. Dapat dilihat dalam bidang produksi perfilman internasional melalui film Marlina the Murderer in Four Acts yang dibuat oleh sutradara Indonesia dan produser asal Prancis, Isabelle Glachant mendapatkan penghargaan pada Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2018 dengan raihan kategori Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, Pameran Utama Wanita Terbaik, Penulis Skenario Asli Terbaik, Pengarah Sinematografi Terbaik, Pengarah Artistik Terbaik, Penyunting Gambar Terbaik, Penata Suara Terbaik, Penata Musik Terbaik, Pameran Pendukung Wanita Terbaik.Â
Melalui film tersebut secara tidak langsung juga menunjukkan keindahan alam Indonesia karena lokasi pembuatan film yang dilakukan di Sumba, cerita dalam film ini juga sesuai dengan budaya Prancis yang mendukung penolakan budaya patriarki dan mendukung hak perempuan. Film ini dibagi kedalam 4 babak yaitu The Robbery, The Journey, The Confession, dan The Bird. Pada masing masing babak penjelasan rangkaian cerita tentang dominasi laki-laki melainkan dan bercerita pada perjuangan seorang perempuan diperankan oleh Marline (seorang janda) yang menuntut ketidakadilan berupa kekerasan dan pemerkosaan yang menimpanya akibat hegemoni dan tradisi. Bentuk perjuangan perempuan dalam film ini juga diperankan oleh Novi, sebagai sahabat Marline yang mendapatkan perlakuan tidak pantas dari suaminya sendiri.
Dalam proses pembuatan film, melalui CNC juga turut memberi pelatihan kepada peserta terkait materi capacity building mengenai standard operating procedure (SOP) cara mengelola komisi film termasuk manajemen, komunikasi, pemasaran, promosi, dan pengembangan bisnis. Produksi  film ini juga didukung oleh perpres no.44 tahun 2016 yang membuka keran investasi asing dalam bidang perfilman yang mencakup bidang produksi, distribusi dan eksibisi perfilman. Melalui kerjasama ini Upaya diplomasi publik melalui industri perfilman ini turut menunjukkan perkembangan terhadap bentuk pengenalan budaya yang semakin luas dan beragam melalui audio visual kepada publik. Dengan berkembangannya diplomasi publik Prancis di Indonesia memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk mengenal budaya internasional, serta meningkatkan kesempatan pertukaran budaya dan riset antar negara.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H