Sherly Tjoanda baru saja ditinggalkan suaminya, Benny Laos dalam sebuah kecelakaan tragis. Masih dalam suasana berkabung, ia ditawari menjadi pengganti suaminya sebagai calon Gubernur Maluku Utara. Etiskah itu?
Mungkin para elit itu tidak tahu atau tidak mau tahu, kalau kondisi emosional seorang istri yang baru saja kehilangan suaminya dalam kecelakaan tragis, terlebih dalam situasi yang sangat publik seperti kampanye politik, tentu sangat kompleks.Â
Proses berkabung merupakan pengalaman emosional yang berat dan tidak bisa diprediksi secara jelas kapan seorang individu siap untuk kembali menghadapi kehidupan sehari-hari, apalagi menghadapi tanggung jawab besar seperti menggantikan suami sebagai calon gubernur.
Dalam kondisi berduka, si istri kemungkinan sedang berada dalam tahap shock, denial, atau depresi, tergantung pada seberapa lama waktu telah berlalu sejak kejadian tragis tersebut. Perasaan kehilangan yang mendalam dapat memengaruhi kemampuan kognitif, emosi, dan pengambilan keputusan, yang pada akhirnya dapat mengganggu kesiapan mentalnya untuk menghadapi tekanan publik dan tanggung jawab besar dalam dunia politik.Â
Ada risiko bahwa jika dia menerima tawaran tersebut dalam keadaan emosional yang belum stabil, keputusannya mungkin didasarkan pada dorongan eksternal (seperti harapan partai atau publik) daripada kesiapan pribadinya.
Posisikan diri Anda sebagai seorang istri yang ditinggal suami dalam insiden tragis. Belum lagi, ada dugaan sabotase atau hal lain yang menyebabkannya. Saya yakin, Sherly masih kewalahan mengelola emosinya. Dia masih menyalahkan kepergian suami ke lokasi kecelakaan. Karena jika tidak, mungkin suaminya masih ada.Â
Perasaan bersalah juga akan memenuhi psikologis Sherly. Ia tidak hanya akan merasa bersalah tapi dipersalahkan yang memanfaatkan duka untuk kepentingan politik. Pemilih yang tadinya berempati, bisa saja kehilangan itu karena pilihan Sherly.Â
Sherly berhak menolak permintaan partai, dengan mempertimbangkan rasa dukanya. Sulit bagi seseorang untuk fokus pada dua hal yang bertentangan. Seseorang yang berduka ingin menikmati luka sendiri jauh dari hal-hal lain. Meratapi diri yang ditinggalkan dan tak ingin ditarik keluar dari kesedihan.
Berdasarkan pengalaman sering wawancara dan menulis soal politik, saya kira alasan partai politik mengusulkan sang istri untuk menggantikan suami yang meninggal mungkin memiliki beberapa pertimbangan.Â
Pertama, simpati publik yang membuat partai dapat melihat ini sebagai cara untuk mendapatkan dukungan besar dari pemilih yang bersimpati pada keluarga yang ditinggalkan. Dalam banyak kasus, pemilih dapat memberikan suara dengan pertimbangan emosional, terutama jika sang istri dipandang sebagai simbol kelanjutan perjuangan almarhum. Tapi sekali lagi, hargai duka sang istri.