Mohon tunggu...
DEWIYATINI
DEWIYATINI Mohon Tunggu... Freelancer - freelance writer

Belakangan, hiburan di rumah tidak jauh dari menonton berbagai film dan seri dari berbagai negara, meski genre kriminal lebih banyak. Daripada hanya dinikmati sendiri, setidaknya dibagikan dari sudut pandang ibu-ibu deh! Kendati demikian, tetap akan ada tulisan ringan tentang topik-topik yang hangat mungkin juga memanas di negeri ini. Terima kasih untuk yang sudah menengok tulisan-tulisan receh saya. Love you all!

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bagikan Lebih Banyak Kebaikan Korban Daripada Tumbuhkan Kebencian Terhadap Pelaku Kejahatan

23 Mei 2024   21:19 Diperbarui: 23 Mei 2024   21:24 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu, saya sembelit. Keterlaluan, karena waktunya bertepatan dengan waktu jalan-jalan dan survey. Ya, saya gak mau sebut itu kerja. Bikin mumet yang sembelit.

Ada pesan penting. Ada kasus pembunuhan subuh di desa tetangga. Saya bukan polisi, makanya tidak buru-buru ke tempat kejadian perkara. Kejadian subuh, informasi jam 8 pagi. 

Sambil meredakan sembelit, bersiap untuk survey. Anggaplah si sembelit reda, bermotor berboncengan dengan Paksu, menyusuri gang menuju lokasi. 

Paksu bingung sebelah mana lokasinya. Mau tanya, tidak ada orang. Sepi. Patokan belakang sekolah. 

Sebagai yang dibonceng, mata harus sigap seperti elang. Saat tiba di sebuah persimpangan, kepala saya menoleh kanan. Tampak sebuah rumah yang sudah dipasangi garis polisi. "Ini dia rumahnya," sambil menghampiri rumah yang tampak asri itu.

Sebetulnya kronologi versi laporan polisi sudah ada, tapi rasanya tidak pol saja jika tidak datang ke lokasi, ngobrol dengan tetangganya. Tapi ini, sungguh sepi. Tiada yang lewat. 

Hingga satu waktu, datanglah seorang lelaki dengan sepeda motor. Rupanya kurir paket. Waktu ditanya, dia mau mengantar paket pakaian ke rumah yang dipasangi garis polisi. Sungguh kebetulan. 

Saat itu, hanya saya, paksu, dan seorang kawan yang tiba lebih dulu. Kalau jaman dulu, model seperti ini disebut 'berita eksklusif'. Karena hanya didapat oleh segelintir orang. 

Kami mendapat sejumlah testimoni baik tentang korban. Jangan tanya soal kejadian, dipastikan dia tidak tahu. 

Bergulirlah kisah si kurir yang terbilang sering mengantarkan paket korban. Termasuk tentang sosok si mantan pembantu yang mengaku telah menghilangkan nyawa korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun