Dengan kalimat itu, seakan-akan meminta orang tua ikhlas atas musibah itu. Ketahuilah, seumur hidup rasa bersalah telah memberi izin dan melepas tanggung jawab pendampingan pada sekolah tidak akan pernah hilang. Terus menghantui.
Ikhlas, kata yang paling berat, karena orang tua akan terus menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab utama kematian anaknya. Tak harus menunggu siapa yang akan dipersalahkan.
"Seandainya kami tidak mengizinkan, hal ini tidak akan terjadi," kalimat itu terus berputar di kepala para orang tua itu.
Anak-anak akan tetap hidup, jika izin itu tidak pernah diucapkan. Anak-anak masih tetap bersama mereka, jika tidak menyepakati rencana kegiatan perpisahan.Â
Tidak ada orang tua yang pernah memimpikan untuk menguburkan anaknya. Mereka berharap anak merekalah yang kelak akan menguburkan jasad mereka dan mendoakannya.
Saat ini, mereka tidak peduli siapa yang dijadikan tersangka. Karena mereka sudah menempatkan siapa tersangka utama atas kematian anaknya, yakni diri mereka sendiri.Â
Mereka yang menyalahkan dirinya sendiri atas kehilangan anaknya dan masa depan yang diidamkan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H