Momen mudik dulu jadi bagian hidup saya yang paling dikenang, ketika masih bekerja di luar kota. Saya bekerja di Kota Bekasi, kampung halaman untuk mudik berada di Kota Bandung.Â
Setiap tahun, momen mudik saya selalu saat puncak arus mudik karena waktu libur saya memang sekitar dua hari sebelum Lebaran. Jadi tidak heran, selalu terjebak dalam kemacetan.Â
Oh ya, kenangan ini merupakan saat Lebaran di tahun 2007. Jalan tol tidak sebanyak sekarang. Jadi kami, para perantau rebutan dan berhimpitan di dalam kendaraan yang terjebak dalam kemacetan.
Saya yang ogah ke terminal memilih memakai travel yang jaraknya lebih dekat dari kontrakan. Cukup jalan kaki 10 menit saya sudah tiba di Mall Metropolitan Bekasi, pool travel.Â
Saat saya memesan tiket untuk ke Bandung, penjaga tiket mengatakan kursi masih ada. Tentunya, saya tenang-tenang saja, bisa mudik ke Bandung aman sentosa.Â
Namun, sudah waktunya keberangkatan, tapi kami, para penumpang ini masih menunggu. Belum diantarkan ke kendaraan yang akan mengantarkan kami untuk mudik. Hingga 30 menit kemudian, baru kami diberi kabar kalau kendaraan belum datang dari tempat sewanya. Rupanya kendaraan yang seharusnya mengantar kami terjebak kemacetan sehingga pihak travel memilih menyewa kendaraan.Â
Akhirnya kendaraan yang kami tunggu datang. Sebuah mobil Avanza. Sebelum naik kendaraan, kami di-briefing lebih dulu. Karena itu kendaraan sewaan, tidak terdaftar sebagai kendaraan travel, maka kami semua harus berpura-pura sebagai satu keluarga besar yang akan mudik ke Kota Bandung.Â
Hal itu terpaksa dilakukan karena ada kekhawatiran bila di perjalanan ada pemeriksaan. Kami harus memiliki jawaban yang kompak. Apalagi ternyata para penumpang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda dengan variasi usia. Ada lansia, orang dewasa, dan anak-anak, persis sebuah keluarga besar.Â
Ternyata yang dikhawatirkan itu terjadi, tidak ada pemeriksaan. Tapi tetap saja, kami terjebak kemacetan meskipun terbilang normal.Â
Saya akhirnya tiba di Kota Bandung, turun setelah gerbang tol Pasteur. Dari situ, saya kembali harus naik angkutan umum menuju rumah. Akan tetapi, karena terburu-buru, hingga saya tidak fokus dan salah memilih jurusan angkutan umum. Akibatnya, malah lebih jauh dari tujuan.