Mohon tunggu...
Dewi Darmawati
Dewi Darmawati Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

tanpa sensasipun kehidupan dan sekeliling kita ini sudah cukup menarik

Selanjutnya

Tutup

Money

Suara dari Kokpit

1 Maret 2011   02:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:10 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Bisa dibayangkan maskapai penerbangan seperti Lion Air [bukan iklan!] dengan begitu banyak rute yang dijalani, ada ratusan pilot yang membagi diri menjalani ratusan jadwal penerbangan dalam dan luar negeri. Jadwal yang ketat, aturan keselamatan yang harus diikuti hingga titik koma, bisa membuat seluruh awak bekerja layaknya mesin otomatis. Namun sisi manusiawi justru dapat kita rasakan dari komunikasi pilot dengan penumpang. Sebagai penumpang, menarik bisa menyimak [sambil membayangkan] pilot di ruang kokpit kepada siapa kita mempercayakan diri kita sepanjang perjalanan yang bisa singkat tapi bisa juga cukup panjang.

Dari segi suara, yang berkumandang ke kabin penumpang, bisa terdengar berbagai jenis, ada yang ramah, ada yang dingin, ada yang ala kadarnya. Materi yang disampaikan ada yang secukupnya: perkenalan diri, permintaan maaf atau penjelasan masalah di pelayanan darat [pada umumnya jika ada keterlambatan jadwal], waktu perjalanan, ketinggian jelajah. Ada yang menambahkan prakiraan cuaca sepanjang perjalanan. Ada juga yang menyempatkan diri menyampaikan informasi jika sedang melewati angkasa daerah – daerah tertentu a.k.a. di darat saat itu sedang melewati daerah mana. Waktu komunikasi ada yang hanya di awal perjalanan, ada juga yang ditambah beberapa kali sepanjang perjalanan. Ada juga yang menambahkan sentuhan – sentuhan pribadi dalam materi komunikasi. Bahkan ada yang pada saat mendarat dalam materi komunikasi yang ditujukan kepada awak kabin, masih menyempatkan mengucapkan selamat datang. Menarik sekali.

Yang menarik pula adalah bahwa dalam sekian kali penerbangan nyaris tidak pernah sempat dipiloti oleh pilot yang sama. Bisa dibayangkan seberapa besar jumlah awak kokpit yang dikelola oleh perusahaan penerbangan ini.

Dunia penerbangan negeri ini makin hiruk pikuk. Perusahaan penerbangan sebagian silih berganti datang dan pergi. Jumlah penumpangpun melonjak drastis, sehingga untuk rute-rute tertentu bandar udara tak ubahnya seperti terminal bis dan angkot, sangat sibuk dan penuh mondar – mandir manusia. Cukup menyenangkan karena walaupun baru untuk sebagian kecil penduduk, itu menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan dan bergeraknya lalu lintas ekonomi.

Memasuki badan pesawat berbeda pula sensasinya saat memperhatikan kesibukan awak kabin yang seolah tiada henti. Mereka yang sudah ratusan – ribuan kali melakukan hal-hal yang sama namun tetap dengan suara yang terdengar ramah, walaupun sering kalau diperhatikan raut muka dan ekspresi mereka tidaklah seramah yang terdengar, sering guratan kelelahan [atau kejengkelan terhadap ulah penumpang] tampak di sana. Tapi tetap saja mereka adalah tuan – nona rumah yang tampil prima, bahkan sekalipun saat itu waktu sudah mendekati tengah malam, karena mereka mengawaki penerbangan terakhir hari itu.

Semua bekerja dan berjalan sesuai sistim dan prosedur yang sudah ditetapkan. Karena jika prosedur keselamatan diabaikan, taruhannya adalah nyawa ratusan manusia.

Tidak disengaja, tapi beberapa tahun belakangan ini jadi makin rutin jadi konsumen maskapai Lion Air [bukan iklan!].Walaupun masih banyak yang menggerutu kalau jadwal mengalami keterlambatan, apalagi kalau tanpa pemberitahuan atau jikapun ada pemberitahuan, kadang tidak jelas sampai kapan. Dengan berbagai kekurangan yang ada Lion Air rupanya tetap makin dekat di hati konsumennya. Yang kasat mata saja, dalam setiap penerbangan kursi yang ada jarang tampak kosong. Mungkin apa yang disediakan Lion Air cukup memenuhi kebutuhan pelanggannya. Rute yang semakin lengkap. Harga yang terjangkau. Bahkan pembelian tiket yang bisa dilakukan secara online, sehingga tengah malam butapun pemesanan dan pembayaran tiket bisa dilakukan tanpa beranjak dari rumah.

Maskapai penerbangan, sebagaimana dunia usaha yang lain pasti tidak terlepas dari pakem – pakem upaya pelayanan konsumen dalam rangka mempertahankan konsumen loyalnya. Dari pengamatan, walaupun sangat jarang terjadi tatap muka pilot dengan penumpang, namun pilot tidak terlepas berperan sebagai pembawa brand image perusahaan. Salah satu yang efektif untuk menanamkan kesan baik [atau tidak baik] bagi pengguna jasa penerbangan adalah bagaimana pilot melakukan komunikasi verbal kepada penumpang selama perjalanan. Cukup untuk menyimpulkan pengalaman penerbangan hari itu, sejak pelayanan darat hingga sampai ke darat di tempat tujuan. Tetap sangat menarik jika bisa mengamati kesemuanya.

ditulis berdasarkan catatan perjalanan pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun