Mohon tunggu...
Dewi Ika
Dewi Ika Mohon Tunggu... -

Penyuka nasi goreng pedas sebelum jam 10 malam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berita Kriminal: Layakkah Disajikan?

2 Juni 2012   05:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:29 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: http://oliphoph.wordpress.com/2009/02/06/566/

Seperti yang saya tahu sejak beberapa tahun yang lalu, waktu saya masih kecil, pukul 11.00 WIB – 13.00 WIB atau lebih tepatnya ketika jam makan siang tiba, sebagian besar televise menyajikan acara siaran berita criminal. Ayah saya, gemar sekali nonton berita, apapun jenis beritanya, pun begitu dengan berita criminal. Waktu kecil, saya memang suka ikut nonton dan kesan yang saya dapatkan sampai sekarang, saya selalu merasa berita criminal itu sangat menyeramkan, begitu menyeramkan. Bagaimana tidak, ada semisal seorang ibu tega membunuh anaknya, seorang ayah membantai istri dan kedua anaknya, dan sebagainya seperti perampokkan, penculikan, pemerkosaan, pencurian dan lalinnya.

Yang saya herankan, sejak saya kecil sampai sekarang, selalu ada saja kasus yang ditayangkan setiap harinya dan saya pikir dengan jumlah kasus yang bukannya berkurang namun justru bertambah dengan variasi usia pelaku yang lebuh banyak. Lalu, layakkah berita semacam itu ditayangkan luas diberbagai media, khususnya televisi. Jikapun, harus ditayangkan, apa sebenarnya dari pemberitaan kasus criminal tersebut.

Baiklah semisal berita tersebut ditayangkan dengan tujuan untuk memberikan nilai/pelajaran bagi public yang menyaksikan. Tapi ketika dikembalikan, apakah dengan menampilkan contoh buruk serta analisisnya agar tidak ditiru masyarakat itu benar-benar efektif akan menjadi pelajaran dan melahirkan sesuatu yang “Tidak untuk dilakukan” alias “not to do” ataukah malah menjadi semacam tutorial terbesit bagi orang yang memang punya pikiran buruk. Misal, ketika sebuah berita criminal tentang pembunuhan ditayangkan, dan dianalisis dalam siaran tersebut, bagaimana hebatnya pelaku pembunuhan, hingga awalnya mampu mengelabuhi penyidik yang mengira korban mati dengan bunuh diri. Boleh jadi, tentang bagaimana korban melakukan aksinya akan dicatat oleh satu atau beberapa orang dari berjuta pemirsa yang menyaksikan siaran tersebut.

Belum lagi, ketika yang menyaksikan siaran berita tersebut adalah anak-anak, boleh jadi tayangan berita criminal plus analisisnya yang lumayan detail dari sang reporter akan melekat dalam  benak anak-anak. Seperti kita tahu, anak-anak dengan pikiran yang masih jernih akan lebih mudah menangkap sesuatu yang ia lihat dan ia dengar tanpa disadari kemudian terkadang si anak menirukan apa yang dilihat dan didengar itu. Analoginya, anak kecil mampu menirukan orang dewasa berbicara itu karena ia mendengarkan orang dewasa bicara, anak kecil mampu melakukan sesuatu juga karena melihat orang dewasa melakukan sesuatu. Bagaimana dengan tayangan berita criminal?

Kemudian, ketika kita mengambil sudut pandang dari keluarga korban atau tersangka kasus criminal. Senangkah mereka jika aib keluarganya dibicarakan dan diekspos ke seluruh Indonesia. Bukankah jika kita kembalikan kepada pribadi kita masing-masing, kita tidak pernah menginginkan rahasia buruk ataupun aib yang kita punya diketahui oleh orang banyak. Seandainya, seorang tersangka dengan tindakan bejadnya diekspos di media dan diceritakan pula tentang siapa keluarganya maka imbasnya, keluarga yang tidak bersalah itu juga akan mendapat cap buruk , dibilanglah keluarga pembunuh, anak pembunuh, istri pencopet dan sebagainya. Kemudian dari sudut pandang korban, taruhlah contoh korban pemerkosaan, apakah tidak menyedihkan jika kemudian ia yang sebenarnya tidak salah menjadi korban kesalahan orang lain  alias pelaku memperoleh pandangan negative dari masyarakat, dan kasus ini banyak saya temui, masyarakat men-judge sebagian korban pemerkosaan sebagai perempuan tidak benar, padahal mereka hanya korban, misalnya saya temui hal ini di salah lembaga rehabilitasi di Surakarta. Semisal ada mengatakan “Loh, bukannya sudah disamarkan nama korban atau pelakunya, wajahnya pun disensor” . Kalaupun ya disensor, tapi alamat dan data lainnya diekspos, apa mungkin masyarakat disekitar daerahnya tidak mengetahui kasus tersebut.

Saya kembalikan kepada pemikiran anda masing-masing pertanyaan ini : Layakkah berita criminal disajikan? Saya bilang “Tidak” ! Anda bilang?

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun