Mohon tunggu...
Dewa Yuniardi
Dewa Yuniardi Mohon Tunggu... -

Asianusa

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Industri Otomotif (Nasional)

27 Februari 2015   15:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:25 5154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Industri otomotif ialah merancang, mengembangkan, memproduksi, memasarkan, dan menjual serta melakukan purna jual kendaraan bermotor.

Pengertian otomotif jika dilihat dari fungsi kata otomotif’ yang berkedudukan sebagai kata sifat, otomotif merupakan sesuatu yang berhubungan dengan alat yang dapat berputar atau bergerak dengan sendirinya. Otomotif biasanya akan dikaitkan dengan motor atau mesin yang dapat menggerakan benda yang lebih besar daripada mesin/motor penggerak tersebut. Otomotif juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan dunia industry dan transportasi di mana kedua bidang tersebut oada umumnya akan menggunakan tenaga mesin atau motor untuk menggerakan alat pada mobil, motor, bus, dan alat-alat besar yang sering kali digunakan di industri-industri besar. Namun sayangnya sebgaian besar orang awam yang tidak mengenal lebih jauh tentang pengertian otomotif akan menyamakan istilah otomotof dengan berbagai macam alat transportasi seperti mobil, motor, dan bus. Dan bahkan ada sebagaian orang yang menganggap istilah otomotif sama dengan mobil. Tentu saja anggapan ini sangat salah karena pada dasarnya istilah otomotif lebih mengacu pada mesin atau motor sebagai sumber pengerak mobil atau jenis transportasi lainnya bukan sebagai mobilnya.

Pengertian otomotif dari sumber lain

Adapun pengertian otomotif yang berhasil dikutip dari sumber lain yang mengatakan bahwa otomotif adalah sebuah ilmu yang mengulas tentang berbagai jenis alat transportasi yang menggunakan mesin/ motor sebagai sumber penggerak karena jika mesin/ motor diaktifkan akan dapat menghasilkan tenaga yang dapat mengerakan alat transportasi seperti sepeda motor, mobil, traktor, bus, alat berat, dan lain sebagainya. Dan salah satu alat transportasi yang sering dihubungkan dengan istilah otomotif karena mesin mobil mempunyai jenis yang bervariasi sehingga kemungkinan akan menghasilkan mesin-mesin jenis baru sehingga akan memperluas bidang otomotif.

Pengertian otomotif bagi masyarakat awam sangat dikaitkan erat dengan sesuatu yang berhubungan dengan mobil. Banyak masyarakat yang mengatakan bahwa otomotif pokoknya hal-hal yang berhubungan erat dengan kendaraan atau alat transportasi. Memang ada sedikit hububugannya antara istilah otomotif dan dunia transportasi. Namun tidak hanya sebatas itu saja. Istilah otomotif mempunyai cakupan yang lebih luas daripada apa yang ada di pikiran sebagian besar masyarakat awam tentang pengertian otomotif. Sistem bisnis industri ortomotif secara umum dibagi menjadi 6 (enam) Bagian yaitu:

  1. Industri Pemegang Merk (Pemegang Lisensi atau Prinsipal), yang melakukan desain (perancangan) dimulai dari: product planning, styling, prototyping, homologation, desain teknis (engineering design) dan hal2 lainyang berhubungan dengan perancangan sebuah kendaraan dari mulai tidak ada menjadi ada dalam bentuk Prototype yang kemudian melakukan uji coba (riset) terhadap prototype tersebut dengan berbagai macam standarisasi pengujian2 yang berlaku dan kemudian melakukan perbaikan2 terhadap prototype tersebut sampai kemudian prototype tersebut dianggap layak untuk diproduksi . Setelah prototype sudah diuji dan dilakukan perbaikan2 lalu prinsipal kemudian merancang industri untuk membuat kendaraan prototype tersebut dalam jumlah banyak. Proses perancangan industri ini bukan lah hal sederhana karena selain merancang industri perakitan mulai dari lini produksi sampai ke proses manufaktur komponen2 yang diperlukan, selain juga melakukan standarisasi teknis produk dan komponen nya, juga merancang Supply Chain Management (rantai manajemen pembekal/suplier/vendor) untuk menjamin kualitas produk dan standarisasi dari hasil produksi dalam jumlah banyak (mass product)
  2. Industri Perakitan, atau sering disebut ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk), APM (Agen Pemegang Merk), yang melaksanakan produksi kendaraan sesuai dengan SOP dan arahan teknisdari Pemegang Merk. Untuk melaksanakan perakitan bisa dilakukan oleh Pemegang Merk itu sendiri, atau bekerjasama dengan investor lain untuk memproduksi kendaraan rancangan dari Pemegang Merk. Industri perakitan hanya melaksanakan SOP dan standarisasi teknis yang diberikan oleh pemegang merk, adapun untuk pengembangan teknis perancangan dilaksanakan oleh Pemegang Merk.
  3. Industri Karoseri, adalah industri yang melakukan perubahan dari bodi kendaraan yang diproduksi oleh industri perakitan untuk melayani kebutuhan pasar tertentu seperti mobil box, bis, truk dll. Industri karoseri menggunakan platform yang dirancang oleh pemegang merk dengan mengacu pada spesifikasi teknis kendaraan yang ditentukan oleh pemegang merk.
  4. Industri Modifikator, adalah industri yang melakukan perubahan modifikasi kendaraan mulai dari bodi, mesin, dan bagian2 lain sesuai dengan kebutuhan atau keinginan sang modifikator atau pasar dengan menggunakan platform dari pemegang merk.
  5. Industri Perbengkelan/After Sales, adalah industri jasa yang melakukan perbaikan dan perawatan dari kendaraan.
  6. Industri Komponen, adalah industri yang melakukan pembuatan/manufaktur untuk komponen2 otomotif sesuai dengan standarisasi teknis dari pemegang merk. Komponen yang dibuat bisa dibagi dalam 2 kategori, yaitu: komponen OEM (komponen yang digunakan untuk industri perakitan) dan Komponen After Market (komponen yang digunakan untuk perbaikan).

Pada gambar di atas diilustrasikan tentang detail dari bagian otomotif, yang dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:

  1. Platform, terdiri dari Body (in white), Chasis (rangka kendaraan), serta mechanical. Platform adalah hal utama yang dirancang oleh pemegang merk, dimana platform inilah yang akan didaftarkan kepada HAKI (Hak Kekayaan Intelektual) / Hak Paten dari sebuah kendaraan, karena ini merupakan hasil rancangan dari pemegang merk (Pemegang Lisensi).
  2. Power Train, terdiri dari Engine (mesin), Transmission (transmisi), Differential. Umumnya pada awal pembuatan prototype sang perancang (pemegang merk) tidak perlu merancang/membuat mesin, karena untuk investasi industri permesinan membutuhkan investasi yang sangat besar sekali. Sejalan dengan tumbuhnya industri otomotif dunia, sudah banyak industri pembuatan mesin kendaraan yang ada sehingga yang dilakukan sang perancang hanyalah memilih mesin mana yang cocok digunakan sesuai dengan rancangan teknis prototype hasil perancangan nya. Pada umumnya banyak sekali merk2 mobil yang berbeda2 menggunakan mesin yang sama, yang berbeda hanyalah ECU (Engine Control Unit) dimana inipun sudah banyak industri yang sudah membuat ini.
  3. Electrical, terdiri dari Wiring dan Hardnes. Sama halnya dengan poin nomor 2 diatas, sudah banyak industri2 yang memproduksi sistem elektrikal kendaraan.
  4. Interior/Eksterior, merupakan estetika dari sebuah kendaraan, ini perlu dilakukan perancangan artistik oleh pemegang merk.

Industri Mobil Nasional (Mobnas)

Kita semua tau bahwa Industri otomotif nasional adalah wacana lama, lama sekali sejak era ORBA-nya Suharto. Membuat mobil nasional adalah sebuah cita-cita bangsa ini. Sebagai sebuah ikon kebangsaan dengan sebutan mobil nasional (mobnas). Sayangnya hingga saat ini, gagasan tersebut masih berputar sebagai sebuah wacana saja. Padahal jika melihat dari kemampuan dan kapabilitas bangsa ini, sudah mampu membuat mobil sendiri, seperti yang dilakukan oleh beberapa merk2 lokal yang bermunculan sebelumnya dan produk2 mobil nasional Asianusa.

Mobil Nasional sering dipandang memiliki dua muka.  Sering Mobil Nasional dipandang sebagai tahayul yang ditakuti, dijauhi, dipandang tidak ada gunanya dipikirkan bila kita tidak punya uang. Dibilang adalah dosa bila kita menggunakan uang yang hanya sedkit untuk sesuatu yang resikonya terlalu besar.

Di pihak lain, Mobil Nasional digambarkan terlalu sederhana. Seakan-akan asal bisa gabungkan komponen-komponen mobil, setiap orang yang memiliki bengkel bisa bikin Mobil Nasional. Mobil Nasional dipersepsikan secara naif sehingga ditertawakan dan ditinggalkan orang karena dianggap sebagai mainan penghayal yang tidak serius dan tidak memiliki prospek bisnis yang nyata.

Sering kita dengar bahwa orang Indonesia punya hambatan kultural untuk menjadi pelaku industri karena latar belakang kultur kita agraris yang kurang proaktif cenderung menunggu, lebih biasa dengan budaya lisan kurang mampu menulis, kurang kepekaan terhadap waktu dan angka, kurang mampu analysis bertindak segera dan cepat, mudah kompromi dan merubah sasaran, cenderung berusaha secukupnya dsb.

Tetapi fakta di industri yang ada menunjukkan bahwa dengan management yang baik, bila disediakan pengaturan yang baik, orang Indonesia mampu lebih baik dari bangsa lain, sebut saja dibandingkan dengan orang Jepang misalnya.

Yang penting adalah perencanaan dan persiapan untuk pengendalian yang baik selalu harus ada.

Kelemahan kita umumnya kurang perhatian dan persiapan untuk meng-establish mindset ini. Padahal tidak selalu bahasa dan sistem nilai masing-masing orang itu sama, sedangkan industri menuntut orang bekerja seperti robot, dengan sikap yang sama, ketrampilan yang standard, metoda, bahan dan alat yang standard, sasaran dan jadwal waktu yang direncanakan dsb.Mindset industri harus disiapkan bersamaan dengan set up perusahaan, penyiapan produk dan fasilitas produksinya. Harus ada kesadaran bahwa nyawa atau jiwa industri ini tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi harus disepakati, dibina dan direncanakan, dipelihara dan dikembangkan. Nyawa ini sering terlihat menjadi ciri yang membedakan antara industri yang dibina dengan campur tangan asing (pma misalnya) dengan industri yang sepenuhnya dikembangkan lokal.

Beberapa point mindset yang dibutuhkan bila kita ingin membentuk industri mobil nasional diantaranya adalah aspek-aspek seperti berikut:

1. Bertindak sesuai standard.

Ada definisi dan aturan yang ditetapkan untuk segala sesuatu yang menyangkut metoda, alat, proses dan ukuran keberhasilan proses, pengetahuan dan ketrampilan, produk dan ukuran keberhasilan produk, dll. Segala sesuatu disiapkan aturannya, pedoman pelaksanaan dan target pencapaiannya, batasan waktu, tempat dan kriteria yang jelas. Mula-mula, setiap yang berulang, selalu harus punya aturan yang disepakati. Kemudian kesepakatan yang terbukti baik harus dituliskan sebagai stadard. Akhirnya hanya dengan standard itu pekerjaan boleh dilakukan. Standad itu sewaktu-waktu ditinjau kembali dan standard dirubah untuk perbaikan, bila ada yang lebih baik. Setiap hal ada standarnya sebagai pedoman kerja dan acuan penilaian hasil kerja. Standard ini menjadi referensi acuan dan semangat untuk pengaturan selanjutnya yang berkembang dan selalu ditingkatkan. Standard mencakup semua aspek teknis operasional, aspek ketenaga-kerjaan, keuangan dan administrasi umum yang diperlukan oleh bisnis.

Contohnya:

-Setiap barang punya lokasi tempat yang ditetapkan dan barang tersebut selalu diatur kembali ketempatnya pada waktu yang ditetapkan pula.

-Setiap proses punya syarat ketrampilan apa yang dibutuhkan dari operatornya, jelas batas baik buruknya, jelas urutan kerja dan ukurannya, jelas alat dan bahannya, jelas cara kerjanya, jelas kondisi kerjanya, jelas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, dst.

-Setiap material yang digunakan punya tuntutan spesifikasi yang jelas dan dipastikan bukti pemenuhannya dengan sampling pengujian berkala dsb.

-Setiap lokasi dan aset ada penanggung jawabnya dengan aturan kebersihan, keteraturan, pemeliharaan yang jelas.

2. Bekerja sistem penyusunan program dengan target dan sasaran yang jelas.

Seperti juga dengan standard untuk aturan umum, program yang dijalankan selalu berdasarkan rencana dan sasaran yang sudah disepakati bersama sebelumnya.

Pengaturan kerja memastikan koordinasi dan sinkronisasi sinergi antar bagian untuk optimisasi sumber daya yang terbatas.Agenda dan jadwal pekerjaan. prioritas dan pembagian kerja selalu harus jelas dan disepakati sebelumnya.

Sehingga Deming mengambarkannnya dalam suatu siklus PDCA (Plan, Do, Check dan Action). Perencanaan harus menyeluruh dan memenuhi unsur 5W + 1H yang mewakili seluruh aspek yang harus dipersiapkan.

Target harus diambil secara SMART (Simple, Measurable, Achievable, Reasonable dan Timely). Ada daftar dari parameter dan variabel yang dipilih sebagai ukuran dengan nilai pencapaian yang dituntut yang disepakati sebagai ukuran keberhasian yang dievaluasi dari waktu ke waktu. Hasil kerja dilaporkan, dibandingkan dengan rencana, dianalysis dan diambil keputusan tindak lanjutnya secara berkala. Sehingga akhirnya dapat kita lihat, setiap keputusan selalu diikuti dengan control point ukuran keberhasilan yang menjadi sasarannya.

Program disusun lengkap dengan kebutuhan spesifik tenaga kerja dan anggaran biaya yang dibutuhkan.

3. Punya metoda, standard kerja yang dilengkapi dengan ukuran-ukuran pencapaian, ukuran-ukuran kualitas yang diharapkan, batasan-batasan kondisi kerja, data empiris untuk performance, bench mark untuk best practice, dsb.Metoda ini memiliki referensi yang jelas yang digunakan sebagai patokan dasar untuk perencanaan kualitas, design dan pengembangan perbaikan selanjutnya. Standard kerja ditetapkan untuk setiap langkah proses yang dilaksanakan untuk setiap item produk yang dikerjakan. Standard kerja menjamin efektifitas dan efisiensi keja dan keandalan untuk kemampuan proses. Perencanaan standar kerja ini ditetapkan bersamaan pada saat perencanaan kualitas dalam pengembangan setiap produk baru dan dievaluasi untuk dikembangkan untuk perbaikan selanjutnya. Pengembangan produk harus disertai dengan perencanaan kualitas secara bersamaan, sehingga ada jaminan bahwa produk yang dikembangkan sesuai dengan harapan pembeli.

Pengetahuan yang melampaui kebutuhan operasional saat ini perlu ada untuk menjamin tersedianya solusi dan kemampuan bersaing dan berkembang dalam menghadapi perubahan di pasar.

4. Punya system untuk komunikasi, perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, penanggulangan masalah, penanganan penyimpangan, pengambilan keputusan, peninjauan. penilaian, pengembangan dsb.

System ini mengatur pembagian kerja dengan tugas, sasaran dan kewenangan yang jelas. System ini mengatur aliran kerja dangan kriteria hasil yang jelas. System harus mengakomodasikan aturan untuk penanganan terhadap penyimpangan, rencana darurat bila terjadi penyimpangan serta langkah penaggulangan masalah yang terjadi. System harus mendefinisikan langkah yang disepakati untuk perencanaan bisnis, perencanaan kualitas, pengembangan produk, perencanaan produksi, pemasaran dan penjualan serta dukungan finansial, administrasi umum dan general affair.

5. Punya nilai-nilai perilaku yang disepakati sebagai kulturkerja yang diharapkan dan diterapkan  secara konsisten. Pembentukan sikap, nilai dan norma bersama ini dibuat tertulis, dituntut dan diucapkan sebagai permintaan, dicontohkan atasan dan dijaga dengan reward dan punishment yang konsisten.

Terbinanya iklim komunikasi yang sehat perlu untuk memperkecil friksi dan hambatan untuk bekerja sama secara fair, firm and friendly. Spirit kerja yang tinggi mendukung kreatifitas dan produktivitas kerja. Pembentukan team work disupport oleh sikap saling menghargai, tidak saling menyalahkan, orientasi terhadap solusi berdasarkan kesepakatan bersama, penghargaan yang setimpal untuk prestasi, kesempatan yang sama untuk berkembang, perlakuan yang adil dalam pengaturan upah dan penyelesaian konflik dsb.

6. Menguasai detail setiap langkah proses bisnis dan proses transformasi material untuk produk yang dihasilkan.

Penguasaan proses memastikan tercapainya kualitas yang direncanakan dengan tingkat harga yang sesuai untuk mencapai profit yang ditargetkan. Penguasaan proses memungkinkan pengambilan keputusan yang optimum berdasarkan pertimbangan cost benefit ratio yang jelas unuk mencapai efektifitas, efisiensi dan produktifitas yang diharapkan. Penguasaan proses mendorong usaha menciptakan ongkos produksi serendah-rendahnya melalui improvement. Penguasaan proses memastikan kualitas hasil yang direncanakan dan kemampuan recovery bila terjadi penyimpangan yang tidak diharapkan. Pelatihan yang memadai memastikan operator yang siap dan handal. Penguasaan proses memastikan keandalan sistem produksi dengan pengendalian kemampuan proses secara konsisten tanpa harus terkaget-kaget dengan hambatan tiba-tiba yang tidak diharapkan. Pada dasarnya, bila prosesnya tidak dikuasai, sebaiknya jangan berbisnis. Karena tanpa penguasaan proses bisnis sulit dikendalikan.

7. Menguasai medan, pergerakan, trend perkembangan pasar dan bisnis secara keseluruhan.

Profit harus selalu menjadi tujuan dari bisnis, sehingga pendapatan perusahaan dapat selalu berkembang, mengimbangi kenaikan biaya overhead. Perlu kesadaran bahwa semua operasional disesuaikan dengan tujuan bisnisnya. Sehingga bisnis harus direncanakan, direview dan dievaluasi secara berkala. Perlu disiapkan alat untuk memonitor dan menganalysis perubahan yang terjadi di pasar. Sehingga mampu mengantisipasi perubahan dan merencanakan ekspansi sesuai sasaran yang tepat untuk sustainable dan berkembang di pasar.

Perlu kemampuan untuk mengantisipasi perubahan moneter dan hambatan finansial, financial engineering untuk pendanaan dsb. Perlu disadari bahwa profit harus didapat dari efisiensi dengan membuat ongkos produksi serendah-rendahnya dan menghindari pemborosan dari penyimpangan yang terjadi terhadap rencana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun