Mohon tunggu...
Mahardika Dewayana
Mahardika Dewayana Mohon Tunggu... -

@InongPerjuangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harus Khilafah, Gagal Paham?

16 Januari 2016   14:55 Diperbarui: 16 Januari 2016   18:12 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurut mereka yang menyuarakan khilafah atau sistem pemerintahan islam di indonesia, khilafah adalah suatu sistem pemerintahan yang turun dari Tuhan, dan hukumnya wajib untuk menegakannya. Menurut mereka juga Pancasila dengan segala bentuk demokrasinya adalah buatan manusia adopsi dari peradaban barat, tidak wajib menegakannya, menegakannya berarti lalim terhadap Tuhan. Inilah gagal paham pertama menurut penulis karena tidak ada rujukan apapun mengenai khilafah dalam artian sistem pemerintahan islam ini dalam kitab suci, sepengetahuan penulis rujukan yang ada adalah kewajiban mengangkat Khalifah, khalifah dalam konteks pemimpin, apapun namanya apakah itu Raja, Presiden, Sultan, Panembahan, lurah, camat, ketua RT.

Kenapa penulis mengatakan bahwa khilafah sebagai sistem pemerintahan islam ini tidak dibakukan dalam ajaran islam itu sendiri, karena ditinjau dari sejarahnya, dimulai dari pasca wafatnya Nabi Muhammad, menuju era 4 sahabat terjadi kebingungan dalam tata cara pergantian kepemimpinan, bahkan dari satu era sahabat ke sahabat lain sampai dengan era sayidina ali pun belum ada pola baku. Sepeninggal Nabi Muhammad, Sayidina Abu bakar dipilih secara aklamasi, lalu Sayidina Umar dipilih dgn penunjukan langsung oleh Sayidina Abu Bakar setelahnya, kemudian Sayidina Ustman terpilih setelah Sayidina Umar memerintahkan pembentukan semacam dewan pemilihan untuk memilih penggantinya, lalu era dinasti-dinasti dengan cara turun menurun. Hal ini menunjukan bahwa khilafah juga adalah sistem/konsep yang dibuat oleh manusia dengan tujuan tertentu, sudah pasti tujuannya adalah kemaslahatan, dan keadilan rakyat yang dinaunginya, lalu apa bedanya dengan Pancasila dengan demokrasinya saat ini ?, sama2 dibuat oleh manusia dan untuk tujuan yang mulia, kemaslahatan umat manusia kan.

Tapi Pancasila dan demokrasinya itu biang kerok carut marutnya keadaan indonesia saat ini, demokrasi itu bisa membuat yang benar jadi salah dan salah jadi benar, khilafah jelas sudah bisa menghantarkan umat islam dalam kejayaan, kegemilangan. Inilah gagal paham kedua menurut penulis.

Seperti sudah diuraikan sebelumnya, khilafah dan pancasila adalah produk, bagaimana produk itu digunakan adalah tergantung pengguna, bisa digunakan dengan baik maka tujuan kemaslahatan yang dicita-citakan akan terwujud atau justru sebaliknya. Begitu juga khilafah, mereka menurut penulis masih hidup dengan romantisme kegemilangannya saja, tapi menafikan kegelapannya, bagaimana pola pergantian pemimpin dalam kekhilafahan yang menumpahkan banyak darah, bahkan di era 4 sahabat nabi pun harus dilalui dengan pertumpahan darah,  mereka juga mungkin menafikan bagaimana ketika bani abbasiyah merebut khilafah dari bani ummayah, berapa puluh ribu nyawa penduduk ibukota damsyik terbunuh saat itu, tentu tidak perlu penulis ceritakan bagaimana ketika cucu Nabi Muhammad sendiri harus terbantai oleh bani ummayah. Apakah pola pergantian pemimpin seperti itu tidak lebih baik dari sistem demokrasi pancasila yang negara kita anut saat ini ?. Dan yang lebih penting adalah bagaimana demokrasi ini sangat memberikan ruang kepada mereka yg justru menentangnya, mereka menentang plus menikmati, ini yang tidak akan mereka dapatkan dalam sistem khilafah, coba saja pawai mempropagandakan kebencian terhadap pemerintahan khilafah isis di raqqah sana misalnya, seketika leher kalian akan dipenggal :).

Pancasila dengan demokrasinya saat ini adalah rumusan kesepakatan para pendiri bangsa yang penulis yakini jauh lebih pintar, dan memahami ajaran agamanya daripada kita yang hidup saat ini, apalagi dibanding penulis,.

Bung Hatta, Bung Karno, Mbah Hasyim Asyari, Mbah Wahid Hasyim dkk bukanlah orang-orang bodoh tidak mengerti ajaran agama nan ambisius yang ingin mengambil keuntungan dalam merumuskan dasar negara ini dahulu. 

Kita tetap menginginkan Khilafah bagaimanapun akibatnya, mati dalam memperjuangkannya adalah sebaik-baiknya mati. Inilah gagal paham ketiga. 

Dalam demokrasi semua orang boleh bicara, boleh menyuarakan aspirasinya, tapi...

Tapi harus sesuai konstitusi yang berlaku, silahkan saja beraspirasi macam-macam, jangan dibarengi dengan hasutan, propaganda kebencian terhadap pemerintahan yang sedang berkuasa, apakah mereka tidak ingat nasehat Nabi Muhammad kalau kita harus mentaati pemimpin yang berkuasa, walau perilaku pemimpin itu buruk sekalipun, apalagi terhadap pemimpin yang memberikan kebebasan beribadah seperti saat ini.

Dengan melakukan hasutan, teror, apalagi membunuh karena menganggap yang tidak setuju khilafah sudah keluar dari ajaran agama, maka sesungguhnya mereka sedang mencari masalah dengan aparat keamanan, kemanusiaan, dan mungkin juga dengan Tuhan itu sendiri.

Sudahlah, khilafah dengan segala coretan kegemilangan dan kegelapannya mari dijadikan saja pelajaran, toh kalau mereka setuju dengan penulis bahwa pancasila dan khilafah itu sama-sama hanya sebuah produk untuk sebuah tujuan kemaslahatan umat manusia, mari gunakan pancasila dengan demokrasinya untuk itu, lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk tujuan itu, negara kesatuan ini dahulu bersatu walau berbeda-beda karena ada semangat untuk bersama-sama bisa mewujudkan kehidupan yang adil dan sejahtera. Bukan begitu ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun