Mohon tunggu...
dadan suwarna
dadan suwarna Mohon Tunggu... -

peminat masalah sosial dan budaya, sedang belajar jadi online publisher

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Laskar Kehidupan Berbagi Kesan dan Pesan

8 Januari 2012   13:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:10 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Hidup adalah bermain, tetapi hidup bukan untuk dipermainkan”. Pesan sederhana itu tampaknya jadi ekspresi kerja kreatif novel dan film Laskar Pelangi (LP). Di tengah cuaca panas, ditempa hidup miskin, kondisi itu bukan alasan anak-anak mengeluh. Di tengah keadaan yang menggerus impian anak, mereka masih memiliki kedamaian dan harapan justru di tengah alam dan kondisi yang tidak memihak.

LP bukan sekadar musikal, tetapi kisah berbagi ekspresi dan inspirasi. Kalau pergelaran musikal ini setia pada pakem pesan, sekalipun anak-anak sasarannya, ia tetaplah nilai-nilai kemanusiaan antartokoh dalam hidup yang damai dan bersahaja. Adapun konflik antartokoh adalah cara mereka dalam meretas jalan kebaikan, keikhlasan, serta kejujuran. Hidup tidaklah bergenit dengan keganjilan dan pemaksaan khayalan, melainkan tuntunan moral bagaiman agar hidup “tahan banting”. Itulah mengapa musikal LP sangat kita nantikan.

Musikal LP mampu menjadi tontonan alternatif. Setidaknya reviu (ulasan) atas pertunjukannya menunjukkan respons yang positif atas kiprah dan kreativitas anak-anak dan tim pendukungnya. Sebuah liputan melalui situsnya melaporkan, “Sorak bahagia dan tepuk tangan penonton Musikal Laskar Pelangi bergemuruh di Teater Esplanade, Singapura (pada 2 Oktober 2011)”, tentu bisa subjektif bila anak-anak di sini tidak menjadi saksi mata langsung atas tontonan ini.

Bahwa ada efek industri di balik pergelaran musikal nantinya, tidaklah berarti bahwa pergelaran mencerabut pesan-pesan moral tentang motivasi atau kemauan. Inilah “provokasi” penting dalam membangun anak Indonesia mengerti dan tahu diri, peran fungsinya sebagai anak adalah juga becermin pada keadaan yang lain; pada anak desa yang berjuang demi martabatnya, sementara boleh jadi keadaan anak lain tengah dimanja oleh nilai-nilai hedonistis dan materialistis, belum lagi kini anak-anak kehilangan cermin figur dan anutan, entah kepada sesamanya maupun kepada orangtuanya, belum lagi pelajaran tentang kesederhanaan begitu penting yang jawabannya bukan menadahkan tangan atau bahkan mencuri. Yang tetap harus dibaca, kemiskinan bukanlah kutukan, kemiskinan bukanlah kata akhir bagi siapa pun mengalah dan menyerah pada keadaan.

Bahwa hiburan adalah estetis, tidak dengan sendirinya hiburan menghilangkan pesan-pesan yang etis. Tontonan adalah juga tuntunan. Anak-anak butuh cermin yang bukan sekadar sosok, tetapi perilaku sehari-hari.  Itulah mengapa di Ancol, libur dari pelajaran adalah juga mendapat tuntunan. Mereka butuhdiarahkan dalam berpikir dan berbuat edukatif; ceria dalam kekurangan, bergerak dengan penuh keinginan. Ini adalah “inspirasi” yang akan mengendap dalam kalbu dan kesadaran bahwa optimistis memandang masa depan akan berarti mengubur pesimisme akan kagagalan, kekalahan, bahkan kematian.

Anak-anak butuh digagas bahwa memainkan kisah adalah juga menyampikan pesan, saling mengingatkan jalan, membagi cara pandang; mengungkapkan sesuatu adalah juga berarti menyampaikan dan memberi sesuatu. Bila setia pada cerita sebagai pesan moral, manusia yang ditokohkan LP adalah tipikal yang sederhana dengan kekuatan karakter dan motivasi yang kuat. Mereka bukanlah manusia-manusia yang cengeng, takut, undur diri pada keadaan bergelimang masalah dan musibah. Keadaan adalah pelajaran terbaik memetik hikmah pada hari ini dan nanti.

Pergelaran musikal penting bukan karena tarif yang dikenakan, tetapi karena merengkuh motivasi, inspirasi, serta membangun mental anak bangsa haruslah dimulai dari sesuatu yang “kecil”: mau belajar, mau prihatin, mau “senasib sepenanggungan” dalam memaknakan arti persahabatan sebagai suasana yang tetap riang, terbuka, serta penuh kesan.

Kita ingin melihat anak-anak yang tidak frustrasi pada persoalan, tidak menyerah pada keadaan dan kepahitan alam dan nasib. Belum lagi pelajaran menjadi makhluk yang jujur atau ikhlas tidak lagi melekat pada moral manusia sekarang yang telanjur dininabobo oleh rebutan kepentingan benda dan kuasa. Bahwa berbuat jujur, berbudi tinggi dengan keinginan mengejar langit harapan lebih penting bagianak-anak Indonesia melawan kondisi hidup miskin dan tanpa daya. Spiritlah yang jadi kunci keberhasilan apa pun kini dan nanti.

Berbagi kesan dan pesan akan memberi secercah kebaikan dalam memainkan peran dalam laskar kehidupan.

http://www.facebook.com/dadansuwarna#!/dadansuwarna

Laskar Kehidupan Berbagi Kesan dan Pesan edukasi.kompasiana.com/2012/01/08/las… via @kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun