Mohon tunggu...
Dewan Ts
Dewan Ts Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Broadcasting

saya menyukai tentang kegiatan alam serta minat dalam bidang dunia digital marketing

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Persiapan Mendaki Gunung: Menguasai Ilmu Dasar Trakking dan Menghindari Hanya Ikut Trend

14 Oktober 2024   13:55 Diperbarui: 14 Oktober 2024   14:07 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa bulan terakhir, mendaki gunung menjadi trend dikalangan anak muda, khusus nya kalangan mahasiswa dan pelajar, hal itu tidak luput dari pengaruh media sosial dan content creator. 

Paling utama adalah untuk mengejar content media sosial yang mereka miliki. Pendakian gunung ini bukan hanya sekedar seni untuk "menaklukan" sebuah medan yang curam demi mencapai puncak gunung lalu melakukan swafoto atau sekedar membuat video yang sedang trend di media sosial. Tak sedikit anak muda yang memaknai pendakian gunung sebagai 'jalan hidupnya untuk memaknai lebih dalam tentang kehidupan, atau hanya sekadar mengenal dirinya sendiri' (Prastowo & Al Rasyid, 2019).

Biasanya banyak  pendaki pemula dengan modal peralatan sederhana atau hanya menyewa alat-alat gunung untuk mencoba sensai mendaki gunung, tidak masaalah selama masih memenuhi aspek keselamatan, regulasi formal, dan norma lokal yang berlaku, kadangpun para pendaki hanya fokus terhadap sebuah konten untuk media sosialnya. Namun, motif tersebut akan menjadi pangkal keresahan kita bersama, ketika konten media sosial itu dijadikan sebagai tujuan utama, yang dilakukan dengan segala cara. Mendaki gunung merupakan aktivitas alam bebas penuh risiko. Untuk itu, aspek pemenuhan keselamatan fisik pendaki, peralatan, maupun pengetahuan menjadi sangat penting diperhatikan.

Pendaki gunung legendaris asal Inggris, Sir George Leigh Mallory dalam Wijaya (2005:1), kerap menjawab pendek pertanyaan mengapa ia begitu tergila-gila 2 naik gunung. "Because it is there." ujarnya. Jawaban itu menggambarkan betapa luas pengalamannya mendaki gunung dan berpetualang. Selain jawaban itu, masih banyak alasan mengapa seseorang mendaki gunung atau menggeluti kegiatan petualangan.

Menurut Ryan,(2017) trend mendaki gunung bahkan semakin meningkat sejak tahun 2014, setelah kemunculan film- film bernuansa pendakian muncul dilayar lebar yang membuat kegiatan mendaki akhirnya menjadi wabah mendaki gunung. Selain itu data dari kompas (2023) peningkatan sejumlah pendaki di seluruh gunung indonesia terus meningkat setiap bulannya, contohnya pada Gunung Rinjani,  tercatat 39.226 pendaki pada 2021, dan angka ini meningkat menjadi 90.973 pendaki hingga akhir 2022. Tren ini diprediksi terus meningkat hingga 2025, dengan minat pendakian diperkirakan naik tiga kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meningkatnya minat ini juga didorong oleh wisatawan domestik dan internasional, serta dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat sekitar gunung (rinjaninatonalpark)

Namun peningkatan jumlah pengunjung untuk melakukan pendakian juga berdampak pada peningkatan kecelakaan yang terjadi saat melakukan pendakian gunung. Resiko dari sebuah pendakian itu sangat tinggi, seperti hipotermia, terjatuh ke jurang, tersesat ke dalam hutan rimba, bertemu dengan hewan buas, menghirup gas beracun, kelaparan dalam situasi kritis, memakan tumbuhan beracun saat survival adalah serentetan resiko yang harus dihadapi saat mendaki sebuah gunung.

Persiapan mendaki gunung tidak hanya mencakup aspek teknis, tetapi juga mental, dengan kesadaran bahwa cuaca dan kondisi alam dapat berubah sewaktu-waktu. Oleh karena itu, penting untuk tidak hanya mengikuti tren media sosial seperti TikTok yang menampilkan kesenangan, namun juga memperhatikan keselamatan serta tanggung jawab terhadap alam. Selain itu, pendaki juga harus menguasai penggunaan peta, kompas, dan peralatan keselamatan dasar. Dengan bekal ilmu trekking yang baik, perjalanan mendaki bisa lebih aman dan terkendali, serta meminimalkan risiko kecelakan saat mendaki. Sebagai pendaki pemula berikut ilmu dasar trakking yang harus di kuasai antaranya.

  • Paham membaca peta

Salah satu ilmu dasar trekking yang harus dikuasai adalah kemampuan membaca peta. Kemampuan ini sangat penting untuk navigasi di alam terbuka, terutama di jalur pendakian yang belum familiar atau minim penanda. Dengan memahami peta topografi, pendaki dapat mengetahui lokasi, medan, elevasi, dan jalur alternatif. Penting juga untuk memahami orientasi peta dengan kompas agar tetap berada di jalur yang aman. Menguasai keterampilan ini akan membantu pendaki meminimalkan risiko tersesat dan membuat keputusan yang tepat selama pendakian.

  • Paham tentang koordinat

Kemampuan membaca koordinat adalah ilmu dasar trekking yang sangat penting untuk menentukan posisi dan navigasi di alam liar. Koordinat geografis menggunakan garis lintang (latitude) dan bujur (longitude) untuk menunjukkan lokasi tepat di peta. Dengan pemahaman yang baik tentang koordinat, pendaki dapat menentukan posisinya dan berkomunikasi lebih efektif dalam situasi darurat. Penggunaan GPS atau alat navigasi lainnya yang menampilkan koordinat juga perlu dikuasai, terutama di jalur pendakian yang minim tanda atau berisiko tersesat.

  • Analisis peta

Kalau kamu mau serius mendaki gunung, ilmu dasar seperti analisis peta tuh penting banget, Gen Z! Jangan cuma ngandelin Google Maps atau GPS, kamu juga harus bisa baca peta manual. Peta topografi misalnya, bisa ngasih tahu kamu tentang ketinggian, bentuk medan, dan jalur yang bakal dilewatin. Ini penting buat jaga-jaga kalau sinyal ilang atau gadget mati. Dengan skill ini, kamu bisa paham posisi kamu, cari jalur alternatif, dan ngelakuin keputusan yang lebih aman di alam bebas. Jangan sampai cuma ikut tren, keselamatan tetap nomor satu!

  • Kompas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun