"Hutang Indonesia akhirnya lunas, Mas," kata Dalimin pagi ini kepadaku.
Alhamdulillah. Baru kemarin aku pesimistis hutang Indonesia akan lunas, pagi ini aku mendengar kabar baik itu dari Dalimin.
"Serius itu, Mas? Kok bisa?" tanyaku.
"Betul, Mas. Indonesia itu kan negara kaya, ternyata selama ini hanya masalah pengelolaan keuangan saja yang tidak beres. Buktinya, pemerintah sekarang sudah berhasil melunasi hutang Indonesia," katanya.
"Tidak hanya itu, pemerintah juga sudah menetapkan upah minimal pekerja seluruh Indonesia Rp10 juta per bulan. Negara kaya, rakyatnya juga semakin sejahtera, Mas," tambahnya.
Alhamdulillah. Lagi-lagi aku mengucap syukur. Berarti sudah tidak akan ada lagi unjuk rasa buruh yang selalu diberitakan membuat macet jalan.
"Sementara harga dolar turun jadi Rp3.000. Semua harga kebutuhan pokok sekarang terjangkau, Mas. Semua itu berkat pemerintahan yang sekarang," katanya lagi semakin bersemangat.
"Beneran itu, Mas. Sampeyan tidak ngomong ngawur atau habis mimpi kan?" tanyaku.
"Tidak, Mas. Makanya sampeyan yang bangun. Jangan tidur terus. Datang ke kampus pagi-pagi kok malah tidur," katanya.
"Mas. Bangun, Mas," kata Dalimin.
Sejenak kemudian, aku pun duduk di depan laptop di kampus sambil menyeruput cappuccino panas. Di laptopku terpampang berita tentang hasil survei sebuah lembaga riset yang menyatakan kepuasan rakyat kepada pemerintah meningkat. Februari lalu tingkat kepuasan di angka 65,9 persen, kemudian saat Mei menjadi 67,5 persen.