Selain itu, ada pula ketentuan mengenai infrastruktur, bangunan, pendidikan, dan perencanaan
penanggulangan bencana di masing-masing kota.
Guna melakukan hal itu, maka diperlukan dukungan dari media. Peran media adalah untuk mendukung dan membangun pikiran positif masyarakat melalui literasi kebancanaan secara terus menerus.
Dibutuhkan juga peran dari para influencer. Tujuannya adalah untuk membantu mereka yang tidak mengerti, menyebarkan pengetahuan agar segera melakukan evakuasi setelah goncangan, dan juga melakukan evakuasi lebih cepat.
Kedua, dilakukan program untuk mengubah perilaku penduduk. Hal ini dilakukan dengan pendidikan kebencanaan kepada anak sekolah dan warga mengenai rumah tahan gempa. Sementara untuk bangunan, dilakukan relokasi terhadap balai kota dan pusat penyelamatan ke tempat yang lebih tinggi. Upaya ini masih dilengkapi dengan pembangunan menara evakuasi.
Ketiga, dilakukan pendataan penduduk secara lebih baik. Setiap keluarga memiliki kartu yang berisi informasi anggota keluarga, anggota keluarga dengan disabilitas, hingga lokasi evakuasi jika terjadi bencana.
Upaya tersebut dilakukan untuk mempermudah seandainya evakuasi setelah terjadinya bencana perlu dilakukan. Karena itu, informasi mengenai jalur evakuasi, proses pengumpulan di balai kota, dan pengetahuan mengenai kondisi juga dicantumkan dalam kartu tersebut. Dengan kartu tersebut, maka rencana kontijensi dan evakuasi juga dapat dilakukan.
Demikian sedikit catatan dari paparan Tada mengenai upaya Jepang untuk melakukan mitigasi bencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H