Kompetisi di Jalanan Jakarta
Kemacetan yang terjadi di Jakarta disebabkan karena banyak hal. Di antara penyebab tersebut, pertama adalah karena tidak seimbangnya panjang jalan dan jumlah kendaraan. Terlalu banyak kendaraan yang melintasi jalanan Jakarta yang pendek. Laju pertumbuhannya pun sangat timpang, panjang jalan tumbuh 0,01% per tahun, sementara jumlah kendaraan melaju pesat dengan 12% per tahun.
Penyebab kemacetan yang kedua adalah banyaknya pembangunan yang terjadi di jalanan Jakarta. Sedikitnya tercatat ada enam proyek jalan yang sedang berlangsung di Jakarta dan memperparah kemacetan yang terjadi.
Dua penyebab di atas masih ditambah dengan kegamangan pemerintahan baru DKI Jakarta dalam mengatasi permasalahan kemacetan ini. Sebagai contoh adalah pernyataan Wakil Gubernur Jakarta, Sandiaga Uno, ketika ditanya solusi mengenai kemacetan. Jawaban yang beliau sampaikan membingungkan dan belum menyelesaikan persoalan. Anda bisa melihat video wawancara dengan beliau di sini.
Pengguna kendaraan pribadi juga harus dihadapkan pada berbagai kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi macet, namun mengandung ketidakjelasan. Sebut saja kebijakan ganjil genap, jalur yang tidak boleh dilalui sepeda motor, aturan three in one, dan sebagainya. Berbagai aturan tersebut diberlakukan hanya di ruas tertentu saja dengan waktu berlaku aturan yang khusus pula. Bayangkan Anda seorang pendatang dari luar Jakarta dan menggunakan kendaraan pribadi serta tidak memahami berbagai aturan tersebut, apa yang kira-kira akan terjadi? Â
Selepas mengarungi kemacetan di jalan dan sampai di tempat tujuan, Anda pun akan dihadapkan pada permasalahan yang lain lagi, yaitu mencari tempat parkir. Tidak semua gedung memiliki tempat parkir yang memadai. Sebagai akibatnya, maka banyak pemilik kendaraan yang parkir di tempat yang tidak seharusnya. Tidak jarang, ada razia di tempat ini dan kendaraan Anda pun bisa menjadi salah satu korbannya.
Dari uraian di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa hidup di Jakarta adalah kompetisi, terutama bagi mereka pengguna kendaraan pribadi. Begitu keluar dari rumah, Anda sudah dihadapkan dengan persaingan keluar dari kompleks perumahan. Berlanjut ke jalan raya yang lebih lebar, di sini pun terjadi kompetisi, bahkan lebih garang manakala semua pengguna jalan ingin bersicepat ke tempat tujuan. Sampai di tempat tujuan, lagi-lagi Anda harus berlomba untuk mencari tempat parkir. Kondisi ini diilustrasikan dengan sangat tepat pada video berikut ini:
Dari Kompetisi ke Kolaborasi
Melihat kompleksnya persoalan kemacetan, upaya pemerintah daerah yang kurang maksimal, peraturan yang tidak jelas, dan kompetisi di antara pengguna jalan, maka para pengguna kendaraan di Jakarta perlu mencari langkah mandiri untuk sedikit meringankan persoalan macet tersebut. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengubah dari kompetisi menjadi kolaborasi.
Kolaborasi atau kerja sama di antara warga dapat dilakukan dengan metode car-pooling atau car sharing. Metode ini mendorong orang untuk berbagi pakai kendaraan bagi mereka yang berasal dari satu tempat yang sama dan memiliki kesamaan arah dan tujuan.
Metode berbagi kendaraan ini sangat penting untuk dilakukan karena berbagai keuntungan yang ditawarkan. Pertama, metode ini membantu mereka yang tinggal di tempat jauh dan  belum terlayani oleh fasilitas transportasi massal. Kedua, pengguna transportasi massal sering mengeluh karena kurang nyaman. Dengan berbagi kendaraan ini, maka kenyamanan pengguna pun dapat dicapai. Sebagai contoh, mereka tidak perlu antri berlama-lama untuk naik kendaraan atau menunggu di halte tanpa kepastian.