Melihat pengertian tersebut, maka DAS adalah satu kesatuan ekosistem yang menjadi bagian dari siklus hidrologi. Manakala ekosistem ini terganggu, maka dapat menyebabkan gangguan pada siklus hidrologi yang terwujud dalam berbagai bentuk seperti kekeringan atau curah hujan ekstrim.
Gangguan pada DAS dapat terjadi karena wilayah ini terpengaruh oleh setidaknya empat sektor, yaitu sektor kehutanan, pertanian, sumber daya air, dan permukiman. Di beberapa lokasi, keempat sektor ini masih ditambah dengan sektor pertambangan. Masing-masing sektor memiliki regulasi dan kebijakan sendiri-sendiri dalam melakukan program kerjanya. Melihat fenomena DAS dan kerumitan pengelolaannya, maka diperlukan koordinasi dan badan otonom yang berwenang dan bertanggung jawab dalam pengelolaan DAS.
Terkait dengan upaya pencegahan dan PRB banjir, maka beberapa hal perlu dilakukan. Pertama adalah penguatan kelembagaan pengelolaan DAS. Kedua, untuk mencegak kerusakan ekosistem DAS, maka perencanaan dan pencegahan kerusakan DAS sebaiknya dilakukan secara terintegrasi, terpadu, dan menyeluruh mulai dari hulu sampai dengan hilir.
Seperti diketahui, maka DAS terdiri dari beberapa subsistem yang memiliki karakteristik masing-masing. Subsistem tersebut adalah bagian hulu, tengah, dan hilir. Dalam rangka untuk mendukung upaya PRB, maka pengelolaan tiap subsistem haruslah dilakukan secara berbeda sesuai dengan karakteristiknya, namun terintegrasi satu dengan yang lainnya.
Subsistem Hulu
Pada bagian hulu, kegiatan yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga fungsi ekologinya, yaitu dengan penanaman pohon, pembersihan hulu sungai dari pembendungan alam, dan bijak dalam pemanfaatan lahan di daerah ini.
Aksi pada bagian hulu ini dalam konteks PRB disebut sebagi SEKOLAH GUNUNG. Di sini, para pemangku kepentingan belajar, mengelola, dan melestarikan fungsi ekologis gunung/dataran tinggi untuk mengontrol keseimbangan bagian tengah dan hilir.
Kegiatan Sekolah Gunung mengalami tantangan, yaitu banyaknya daerah hulu suatu DAS yang gundul karena berkurangnya tututap vegetasi yang menyebabkan sedimentasi. Akibat dari fenomena ini adalah dangkalnya badan sungai dan mengurangi daya tamping sungai, sehingga manakala terjadi hujan yang lebat, sungai-sungai tidak mampu lagi menampung air dan menyebabkan banjir.
Subsistem Tengah
Pada bagian tengah, kegiatan yang bisa dilakukan adalah penyelamatan sempada sungai, bersih-bersih sungai, pengelolaan sampah, urban farming, dan pemanfaatan sungai yang memerhatikan kelestariannya. Aksi pada bagian tengah ini disebut sebagai SEKOLAH SUNGAI.
Sekolah Sungai tidak saja bertujuan untuk mengajak masyarakat agar lebih peduli dan secara aktif terlibat secara aktif dalam berabgai persoalan sungai, namun kegiatan ini juga memiliki tujuan lain. Sekolah sungai diharapkan mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat, seperti nilai ekonomi, sosial, budaya, dan ekologi.