Mohon tunggu...
Capt Maha Dewa Agni Jatayu
Capt Maha Dewa Agni Jatayu Mohon Tunggu... Pilot - Profesional Pilot

Sky Is A Fast Place But There Is No Room For Error - Kompasianer Since 2015

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memilih Presiden & Para Pemimpin Rakyat Indonesia 2019

18 Maret 2014   17:42 Diperbarui: 30 November 2018   19:28 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terus terang memilih seorang pemimpin adalah merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah.Apalagi pada jaman yang serba instant sekarang ini.Akan tetapi keluhan ini tidaklah bisa kita pungkiri atau hindari.Karena hal ini lumrah dalam suatu tatanan negara yang mempunyai demokrasi seperti Indonesia.Dan juga berdasarkan sangat banyaknya beragam tuntutan, perspektif terhadap calon pemimpin yang akan menjadi pilihan.

Secara sosiologis memang bisa jikalau kemunculan seorang pemimpin ini sangat erat kaitannya dengan kepentingan serta kebutuhan dari suatu kumpulan yang  menginginkan bahwa dengan adanya pemimpin dari kalangan yang bersangkutan maka akan bisa mengakomodir semua kebutuhan mereka.Dan yang utama pemimpin tersebut harus bisa menjalankan aspirasi orang banyak yang memilihnya.

Namun sekali lagi tidaklah mudah untuk menyatukan suatu keinginan dari berbagai macam orang & golongan yang ada di dalam masyarakat.Karena sebagaimana hukum alam, semakin maju sebuah peradaban maka akan semakin kompleks juga tuntutan terhadap siapa calon pemimpinnya.Akan tetapi secara garis besar & mudahnya masyarakat memilih para calon pemimpinnya berdasarkan kriteria :

1. Karena tahu back ground dari calon pemimpin yang akan di pilihnya.Yang utama adalah sebelum waktu pemilihan itu terjadi.Dalam hal ini adalah prestasi kerja yang bersangkutan di dalam masyarakat sehari-hari (Dalam waktu lama).Jadi masyarakat bisa menilai yang bersangkutan layak / tidak mewakili aspirasi mereka dalam pemilihan pemimpin yang akan terjadi.Dan penilaian itu terjadi bukan hanya pada waktu adanya pemilihan yang di adakan (Dalam waktu singkat) seperti : Pemilihan Presiden, Pemilihan anggota DPRD, Pemilihan Camat, Pemilihan RT & lain sebagainya

2.Berdasarkan prestasi dalam bidang tertentu.Yang secara garis besarnya tidak memandang pada aspek yang lainnya.Misalnya seorang Ahli Tata Negara, karena kemampuanya dalam menguasai bidang ilmu yang di gelutinya maka secara tidak langsung menjadikan yang bersangkutan di identikan bisa memimpin suatu bidang kerja yang berhubungan dengan kenegaraan.Hal ini biasanya terjadi secara spontan tanpa perlu proses yang lama untuk membentuk opini seperti di atas.

3.Karena berdasarkan asal muasal (Ascribed) dari calon pemimpin.Misalnya karena turunan dari Maha Patih Gajah Mada, sehingga secara tidak langsung masyarakat akan menilai yang bersangkutan merupakan turunan dari orang yang berpengaruh besar di dalam kehidupan berbangsa & bertanah air.Pada waktu jaman dulu maupun pada saat sekarang.Hal ini terjadi karena  merupakan suatu penghormatan dari masyarakat kepada calon pemimpin tersebut.Sehingga ada anggapan bahwa yang bersangkutan akan memiliki juga jiwa dari pemimpin yang terdahulu tersebut.

4.Karena pengaruh dari pihak ketiga (Influenced) yang bahasa sederhananya adalah : Orang yang tidak tetap pikirannya.Dalam artian kaum ini tergolong orang yang senang ikut-ikutan saja.Kemana angin bertiup maka kesanalah mereka condong.Jadi bisa saja pada saat sekarang mereka akan bilang calon pemimpin yang akan di pilihnya adalah Si Unyil, namun besok sore mereka akan bilang bukan si Unyil tapi si Usro.

Maka berdasarkan dari 4 point di atas maka kiranya, point pertamalah yang kiranya bisa mejadi acuan dalam memilih seorang pemimpin.Sebab perlu kita ketahui yang namanya memimpin itu bukanlah suatu pekerjaan yang hanya bersifat tekhnis semata.Tapi berdasarkan gabungan banyak asfek yang mencakup kepribadian, kemahiran & pengetahuan yang bersangkutan di dalam memimpin.

Seorang pemimpin haruslah bisa menyusun strategi dalam menjalankan kepemimpinannya tersebut sesuai dengan amanat yang di berikan kepadanya.Serta harus bisa & mampu membaca konstelasi sosial yang ada di dalam masyarakat maupun pada tempat yang di pimpinnya.Sikap arif bijaksana akan di terapkan dalam segala lini kehidupannya yang akan berakibat besar pada pengaktualan nyata dari yang di pimpinnya.

Akan tetapi untuk sebagian orang, hal di atas tidaklah menjadi penting.Karena mereka berpikir secara instantnya saja.Fenomena ini bisa kita lihat pada saat ini di dalam Pemilihan Calon Kepala Daerah, Calon Legeslatif, Dll.Banyak wajah-wajah baru yang sebelumnya tidak pernah kita kenal, lalu tiba-tiba muncul kepermukaan.Kita terbingung-bingung dengan kehadiran orang-orang ini yang menyatakan mereka akan berjuang untuk kemajuan bangsa & negara, serta untuk kepentingan yang luas pada masyarakat.Wajah, slogan, partai, serta janji mereka adalah seperti yang di atas.Namun yang jadi pertanyaan terbesar adalah :  Adakah perwujudan sebenarnya peran aktif mereka yang bisa di jadikan tolak ukur yang utama di dalam bermasyarakat pada waktu yang lalu.Serta berkelanjutan pada saat sekarang ini yang menjadikan mereka pantas menjadi calon pemimpin dari masyarakat ? Karena perlu kembali di ingat masyarakatlah yang menentukan pilihan mereka & bukan para calon-calon tersebut. Seharusnya jawaban ini bisa di jawab secara gamblang di dalam diri para calon-calon pemimpin masyarakat ini.Akan tetapi " Akal Sehat Terkadang Tertutup Dengan Yang Tidak Sehat ".

Paradigma baru kepemimpinan yang berkembang pada saat ini, sebenarnya haruslah berdasarkan dari sesuatu yang luhur.Yaitu : Keinginan untuk memajukan Bangsa & Negara.Bukan karena ambisi pribadi & golongan tertentu.Yang paling parah adalah menjelek-jelekan sesuatu yang sebenarnya adalah batas akhir dari kemampuan seseorang dalam ajang pemilihan seorang pemimpin.Syukur-syukur kalau yang bersangkutan pada waktu nanti terpilih bisa untuk menutup kekurangan serta memperbaikinya menjadi sesuai tatanan dari yang sudah baku.Jikalau tidak maka apa yang terjadi ??? Maka bisa di bilang yang di gantikan maupun yang menggantikan tidak lebih dari sama derajatnya.Sehingga apa yang di dengung-dengungkan tidaklah semanis yang akan kita rasakan pada saatnya nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun