Karut marutnya kondisi perfilman di Indonesia membuat Dewan Kreatif Rakyat (DKR) mencoba hadir dengan terobosan baru membuat Bioskop Rakyat. Dengan slogan dari rakyat untuk rakyat, Bioskop Rakyat bukan hanya memutar film-film berkualitas dan inspiratif tapi juga akan melangkah lebih jauh dengan memberdayakan para pemuda-pemuda diberbagai wilayah Indonesia untuk dapat menjadi pelaku industri kreatif yang juga memperjuangan perubahan ke arah yang lebih baik. Penasehat DKR Lily Wahid menyatakan momentum hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei adalah waktu yang tepat untuk bangkitnya industri kreatif khususnya perfilman yang berpihak pada rakyat.
Menurut sutradara Damien Dematra yang juga salah satu penasehat DKR, film-film yang akan diputar di Bioskop Rakyat bukan hanya karya-karya yang didominasi dari Jakarta tapi harus memberi peluang bagi pelaku-pelaku industri kreatif di daerah khususnya para sineas muda agar film mereka dapat diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia hingga akhirnya film Indonesia dapat benar-benar menjadi tuan rumah di negerinya sendiri dan menngembalikan film dalam posisinya yang sebenarnya sebagai pembentuk budi pekerti bangsa dan tidak boleh hanya dikuasai oleh kepentingan segelintir pemegang modal untuk keuntungan finansial semata.
Dalam rangka International Day of Families (15 May), Global Day of Parents (1 Juni), Public Service Day (23 Juni), dan International Day against Drug Abuse & Trafficking (26 June) DKR meluncurkan untuk pertama kalinya Festival Film International yang mengambil tema Keluarga, Pelayanan Publik, Anti Narkoba dan Trafficking yang diberi nama International Film Festival for Family, Public Service, Against Drug Abuse and Trafficking (IFFADAT). IFFADAT adalah festival film tematik pertama di dunia yang mengangkat isu-isu tersebut diatas.
Menurut pendiri dan direktur festival ini, Damien Dematra telah terkumpul lebih dari 100 film dengan tema-tema tersebut diatas dari 30 negara dan telah dipilih 20 film yang akan diputar dalam festival tersebut dari tanggal 4 Juni sampai dengan 15 Juni 2015 di Jakarta. Disamping itu, film-film pilihan dari festival ini akan diputar di jaringan Bioskop Rakyat selama 1 tahun kedepan.
Sekjen DKR Dedeh Kurniasih menambahkan Dewan Kreatif Rakyat menargetkan 1000 Bioskop Rakyat dalam 3 tahun kedepan. Untuk memulainya DKR telah mengadakan pemutaran perdana di Bioskop Rakyat bertepatan dengan Hari yang baik Hari Isra Mi'raj. Tempat pemilihan perdana untuk pemutaran film-film tersebut adalah di Pondok Pesantren Daarul Istiqoomah, Cileungsi, Jawa Barat di bawah asuhan KH. Aos Sutarya Firdaus. Sedangkan film-film yang dipilih dalam pemutaran perdana ini adalah film Captain Jihad dan film Musik tentang perdamaian One Love for All.
Kedua film tersebut dipilih karena dianggap membawa pesan perdamaian yang sangat cocok dengan generasi muda pada saat ini. Maraknya film-film yang mengandalkan resep paha dan dada dan kecenderungan untuk mendewakan gaya hidup hedonisme sangat kontras dengan kedua film tersebut. Film Captain Jihad sendiri hadir di tengah-tengah semakin kuatnya paham radikalisme dikalangan anak-anak muda Indonesia. Film ini terasa sangat relevan karena langsung hadir di pesantren-pesantren dan basis-basis yang selama ini dijadikan sasaran perekrutan paham radikal. Film Captain Jihad bercerita tentang kisah hidup Nazir Abbas, mantan ketua Jamaah Islamiyah, yang juga adalah guru dari 2 teroris paling berbahaya yaitu Noordin M.Top dan Dr. Azhari. Nazir Abbas yang pernah berguru di Afghanistan ini akhirnya mengalami pencerahan dan menemukan makna Islam sejati ketika dia berada dalam penjara. Selanjutnya hingga kini dia menjadi pejuang perdamaian yang berdiri di garis paling depan untuk menangkal paham radikalisme. Film karya sutradara Damien Dematra yang sudah meraih berbagai penghargaan internasional ini akan diputar diberbagai jaringan Bioskop Rakyat di seluruh Indonesia.
Selanjutnya Film musik One Love For All adalah film yang membawa pesan perdamaian bahwa pada dasarnya semua orang cinta damai. Film ini menampilkan artis dan penyanyi Natasha Dematra yang baru saja terpilih sebagai peraih Bronze Awards dari Global Music Awards sebagai penyanyi wanita terbaik dalam kiprahnya di film ini. Film ini sendiri dibuat dengan shooting di 5 benua dari tahun 2012-2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H