Mohon tunggu...
Dewan Arif
Dewan Arif Mohon Tunggu... -

Psikologi UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sekilas Sejarah Psikologi Kognitif

21 Oktober 2013   02:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:15 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Psikologi Kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum yang mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental/psikis yang berkaitan dengan cara manusia berfikir.Seperti dalam memperoleh pengetahuan, mengolah informasi yang masuk melalui penginderaan, bagaimana menghadapi suatu permasalahan dan menghasilkan solusi pemecahannya, serta menggali dari ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam menghadapi tuntutan hidup sehari-hari.

Perkembangan psikologi kognitif bermula ketika Plato dan Aristoteles (428-348SM) berdebat tentang bagaimana manusia memahami dan meng-interpretasi informasi yang ia peroleh dari sekitarnya. Dalam perdebatan tersebut. Plato berpendapat bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan cara menalar secara logis setiap informasi yang ditangkapnya, pada kedepannya pandangan ini kemudian dikenal sebagai aliran rasionalis. Lain halnya dengan Aristoteles yang mempercayai bahwa manusia memperoleh pengetahuannya melalui bukti-bukti empiris, pandangan ini pun kemudian dikenal sebagai aliran empiris.

Pada masa – masa berikutnya perdebatan ini pun masih berlanjut seperti yang terjadi pada pada masa 1596 – 1650 antara pengusung paham rasionalis dari Perancis Rene Descartes dan pengusung paham empiris dari Inggris Jhon Locke. Namun pada akhirnya perdebetan ini menemui titik kesepahaman ketika Immanuel Kant seorang filsuf dari Jerman dari abad ke 18 mengemukakan pandangannya bahwa baik paham empiris maupun rasionalis harus dapat bersinergi dalam masalah pembuktian objek teori. Maka sejak saat itu, baik dalam bidang ilmu psikologi maupun bidang keilmuannya lainnya menggunakan pemahaman empiris dalam perolehan data lalu menggunakan pemahaman rasionalis dalam pengolahan dan anilis data.

Salah satu aliran dalam bidang ilmu psikologi kognitif diantaranya adalah aliran strukturisme, aliran fungsionalisme, aliran asosiasi dan kemudian aliran behaviorisme. Aliran struturisme yang dibawa oleh Wilhem Wundt (1832 – 1920) lebih berfokus pada proses berpikir dimana proses perpindahan informasi atau berpikir haruslah dibagi dalam struktur berpikir yang lebih kecil. Aliran fungsionalisme yang dikemukakan oleh William James (1842-1910)berpendapat bahwa bahwa penting bagi manusia untuk tahu apa dan mengapa mereka melakukan sesuatu dimana gagasan tersebut melibatkanatensi,kesadaran serta persepsi individu.

Aliran asosiasi yang diangkat oleh Edward Lee Thomdike (1874 – 1949) menyatakan bahwa individu membutuhkan stimulus untuk dapat menginterpretasi dan mengolah informasi yang didapatnya. Sementara itu aliran behaviorisme yang diangkat oleh B.F Skinner (1904 – 1990) menyatakan bahwa kemampuan manusia dalam menangkap, menterjemahkan dan mengolah informasi dapat dijelaskan melalui hubungan penguataan stimulus dan respon yang diwujudkan dalam bentuk hadiah dan hukuman / hak dan tanggung jawab / X & Y / hubungan kausalitas sebab akibat. Edward Tolman (1886-1959) percaya bahwa semua tingkah laku ditujukan pada suatu tujuan. Menggunakan eksperimen dengan tikus yang mencari makanan dalam maze, percobaan ini membuktikan bahwa terdapat skema atau peta dalam kognisi tikus. Hal ini membuktikan bahwa tingkah laku melibatkan proses kognisi. Oleh karena itu beberapa pihak mengakui Tolman sebagai Bapak Psikologi Kognitif Modern.

Kehidupan mental/psikis mencakup gejala–gejala kognitif, efektif, konatif sampai pada taraf psikomotis, baik dalam berhadapan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Gejalapsikis ini dapat dibedakan anatara satu dengan yang lain dan dijadikan objek studi ilmiah sendiri-sendiri, namun tidak dapat dipisahkan secara total antara yang satu dari yang lainnya. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar–dasar dari gejala yang khas kornitif, tetapi juga meninjau aspek kognitif dalam gejala mental yang lain, seperti apa penafsiran dan pertimbangan yang menyertai reaksi perasaan (afektif) dan keputusan kehendak (konatif).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun