Mohon tunggu...
Dedi Wahyudi
Dedi Wahyudi Mohon Tunggu... -

Writer terkenal,, trainer internasional

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengkritisi Makna Pancasila

18 Juni 2012   23:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:48 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pancasila yang ditetapkan sebagai dasar negara indonesia kini kembali menuai kontroversi. Berbagai elemen masyarakat terutama umat islam di indonesia menggugat pancasila yang nyata – nyata tidak pernah berhasil menyejahterakan masyarakat indonesia. Selain umat islam ada juga masyarakat yang merasa gerah terhadap pemerintah yang tak pernah menjalankan pancasila secara utuh. Semenjak pancasila ditetapkan sebagai dasar negara indonesia hingga kini, pancasila belum pernah diterapkan secara sempurna oleh pemerintahan indonesia. Inilah yang membuat negeri indonesia carut marut, menurut mereka (pembela pancasila).

Berbagai tandatanya pun muncul di benak masyarakat tentang apa sebenarnya pancasila itu. Benarkah pancasila merupakan dasar yang sudah pas diterapkan di negara indonesia? Atau memang pancasila hanyalah sebuah syair yang tidak pernah dapat ditafsirkan secara benar oleh seluruh masyarakat?

Saya akan membahas pancasila dari sudut yang berbeda yaitu dari segi kata – kata. Mungkin ini agak sedikit nyleneh tapi saya jamin ini ada benarnya juga. Jika kita amati tata bahasa dari setiap sila maka akan kita dapati bahasa yang “carut – marut” bahkan sulit untuk diartikan. Berikut saya tuliskan dulu sila – sila dalam pancasila.


  1. 1.“Ketuhanan” yang maha esa
  2. 2.Kemanusiaan” yang adil dan beradab
  3. 3.“Persatuan” indonesia
  4. 4.“Kerakyatan” yang dipmpin oleh “Hikmat” “Kebijaksanaan” dalam Permusyawaratan” “Perwakilan”
  5. 5.“Keadilan” sosial bagi seluruh rakyat indonesia

Kalau tidak salah itu semua adalah 5 sila yang telah disepakati oleh indonesia. Nah, kata – kata yang dikasi tanda petik dua (“ “) itulah yang akan kita bahas. Mari kita mulai saja membahas kata demi kata. Jika kita amati dari kata yang ditandai tadi, semua kata itu mendapatkan imbuhan ke- an. Dalam ilmu bahasa indonesia imbuhan “ke – an “ memiliki berbagai makna, berikut penjelasannya :

Imbuhan ke-an

Imbuhan ke-an tidak pernah berubah bentuknya dalam kondisi yang mana pun. Imbuhan ini juga disebut imbuhan gabung atau konfiks.

Fungsi Imbuhan ke-an

Beberapa fungsi imbuhan ke-an adalah sbb.:


  1. membentuk kata benda abstrak, misalnya keberanian, ketentraman, keindahan, dan sebagainya.
  2. membentuk kata kerja pasif, misalnya kehujanan, kehilangan, keracunan, dan sebagainya.
  3. membentuk kata sifat, misalnya keibuan, kebapakan, kekanak-kanakan, dan sebagainya.

Makna Imbuhan ke-an

Imbuhan ke-an mengandung beberapa makna menurut kata yang diimbuhinya, antara lain, menyatakan:


  1. hal atau keadaan, misalnya pada kata berikut ini:

    1. Ia tidak memiliki keberanian untuk bertanding.
    2. Kecantikannya membuat banyak orang tergila-gila.

  2. agak atau terlalu, misalnya pada kata berikut ini:

    1. Sayur itu keasinan.
    2. Setelah bekerja seharian dia tampak kelelahan.

  3. terkena, misalnya pada kata berikut ini:

    1. Ia sakit karena kehujanan.
    2. Duduklah di bawah pohon biar tidak kepanasan.

  4. tempat, misalnya pada kata berikut ini:

    1. Orang-orang berkumpul di kelurahan.
    2. Dia tidak berada di kediamannya.

  5. menyerupai atau memiliki sifat seperti, misalnya pada kata berikut ini:

    1. Gadis itu tampak keibuan.
    2. Janganlah kekanak-kanakan.

  6. sangat merasakan, misalnya pada kata berikut ini:

    1. Dia tampak kesakitan.
    2. Gunakan selimut biar tidak kedinginan.

Jika kita memasukkan kata – kata dalam setiap sila dari pancasila tersebut ke dalam makna di atas, maka kita akan sulit mengartikan sila – sila tersebut. Misalnya :

Kata KETUHANAN, berasal dari kata dasar TUHAN mendapatkan imbuhan ke – an menjadi KETUHANAN. Apa arti ketuhanan yang pas coba? Apakah


  • ·Hal atau keadaan Tuhan? Saya rasa tidak pas.
  • ·Agak atau terlalu Tuhan? Tidak pas juga.
  • ·Terkena Tuhan? Walah makin ngawur.
  • ·Tempatnya Tuhan? Wah mengkhayal.

  • ·Menyerupai atau Memiliki sifat seperti Tuhan? Ini mungkin sih, tapi jika disambung dengan kata selanjutnya “Memiliki sifat seperti tuhan yang maha esa”(sila 1). Malah artinya jadi nyleneh. Berati bukan ini.

  • ·Sangat merasakan Tuhan? Ini malah tidak mungkin sekali.

Jadi apa arti dari “ketuhanan yang maha esa” yang benar? Sulit sekali menemukan arti dari kata tersebut.

Selanjutnya kata KEMANUSIAAN mungkin ini ada yang pas artinya yaitu

·Keadaan manusia yang adil dan beradab. Seperti apa keadaannya? Hehe...

·Memiliki sifat manusia yang adil dan beradab. Ini agak pas lah.

Terus PERSATUAN kalau ini bisa diartikan sebagai keadaan yang menyatu.

Selanjutnya sila ke empat inilah yang paling membingungkan

KERAKYATAN yang dipimpin oleh HIKMAT, KEBIJAKSANAAN dalam PERMUSYAWARATAN, PERWAKILAN. Sebuah susunan paling amburadul dan tidak bakalan bisa diartikan dengan benar.

·KERAKYATAN artinya juga tidak jelas, arti yang paling mendekati hanyalah MENYERUPAI RAKYAT. Nah yang menyerupai rakyat itu apa? Nggak nggenah banget neh.

·HIKMAT dalam kamus bahasa indonesia memiliki arti : kebijakan, kearifan, kesaktian (kekuatan gaib).

·KEBIJAKSANAAN memiliki arti kepandaian menggunakan akal budinya.

·PERMUSYAWARATAN tidak ada artinya. Mungkin kalau kata dasarnya “musyawarah” jadinya “permusyawarahan”.

·PERWAKILAN yang lebih mendekati adalah “tempat wakil – wakil”

Coba bayangkan saja kata – katanya. KERAKYATAN yang dipimpin oleh HIKMAT. (Jadi RAKYAT dipimpin oleh HIKMAT?) KEBIJAKSANAAN dalam PERMUSYAWARATAN. Sampai disini udah bingung artinya, ditambah lagi kata PERWAKILAN. Waduuhh.. makin riweuh.

Kalau dicoba arti lain yaitu “yang menyerupai rakyat dipimpin oleh kearifan yang pandai menggunakan akal budinya dalam permusyawaratan di tempat wakil – wakil”.

Kira –kira anda bisa paham apa tidak maknanya? ?????

Sila ke lima, KEADILAN SOSIAL bagi seluruh rakyat indonesia. Yang ini agak mendingan.

Penulis menyimpulkan :

Bahwa pancasila itu tidak memiliki arti yang jelas sehingga sering menimbulkan penafsiran yang berbeda – beda. bahkan Ir. Sukarno pun tidak menuliskan dengan jelas tafsir dari pancasila. Ir. Sukarno hanya menuliskan lima sila itu tanpa adanya kitab penjelasan yang jelas. Kalau boleh dikatakan pancasila hanya sekedar JUDUL dan DAFTAR ISI saja. Karena penjelasannya tidak ada.

Maka pantas saja jika di dalam pemerintahannya Ir. Sukarno menafsirkn pancasila itu sebagai NASAKOM (Nasionalis, Agamis, Komunis). Sedangkan di jaman Suharto pancasila diartikan sebagai asas tunggal di indonesia. Begitulah jika kita tidak jeli memahami sesuatu yang memang sulit dipahami. Pancasila itu hanyalah lima sila yang tiada arti. Namun anehnya banyak orang yang rela mati demi memperjuangkan pancasila. Yang lebih parahnya lagi, mereka yang memperjuangkan pancasila adalah orang – orang islam. Padahal saya yakin mereka juga tidak mengerti apa yang mereka perjuangkan. Mereka tidak pernah mengerti apa arti pancasila yang sesungguhnya. Karena yang mendorong mereka untuk berjuang mati – matian hanyalah materi belaka. Inilah fakta ironi negeri ini.

Para pejuang pancasila masa kini seolah – olah menuhankan pancasila. Berbagai cara dilakukan agar pancasila tetap menjadi asas negeri ini. Padahal jika kita melirik kembali kepada sejarah, sang pecentus pancasila yakni Ir. Sukarno pun tidak pernah mengagung – agungkan pancasila. Ir. Sukarno juga mengatakan bahwa pancasila masih bisa diperas kembali menjadi Tri Sila. Yakni Nasionalis, Agamis, dan Komunis. Bahkan dari Trisila tersebut bisa diperas kembali menjadi Ekasila, yakni Gotong Royong.

Kok anehnya orang – orang jaman sekarang malah rela memperjuangkan apa yang tidak jelas. Bahkan sang pecentusnya saja tidak segitunya membela pancasila. Ini malah yang bukan pecentusnya rela mati. Apa ini ndak keblinger namanya?

Ini sama saja mereka pergi ke dukun untuk menanyakan sesuatu. Ketika dukun itu memberikan jawabannya, maka mereka langsung percaya 100 % kepada si dukun tersebut. Padahal dukunnya juga tidak yakin akan apa yang diramalkannya itu. Hehehe...

Anda yakin sama pancasila?? Maka sama aja anda yakin sama ketidakjelasan. Karena pancasila cuman JUDUL + DAFTAR ISI saja, tanpa penjelasan, tanpa isi yang jelas. Kayak gini kok mau dijadikan landasan. Ya malah kacau jadinya, kayak sekarang. [det]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun