Menjadi kaya merupakan idaman setiap manusia karena memang dalam diri manusia terdapat kecenderungan cinta pada harta. Menjadi kaya tidak tidaklah tercela karena sifat cinta kepada harta memang melekat pada diri manusia. Namun, seringkali untuk memperoleh kekayaan manusia ingin memperoleh secara cepat tanpa menunggu waktu lama. Sifat tergesa-gesa juga merupakan sifat manusia yang membuat manusia sering tidak mempertimbangkan secara mendalam beragam keputusan.
Apa yang terjadi jika sifat cinta harta dan sifat tergesa-gesa menyatu saat manusia berusaha memperoleh kekayaan? Jawabannya adalah terjebaknya manusia pada investasi ilegal (atau dikenal dengan investasi bodong). Kegiatan investasi merupakan kegiatan untuk memperoleh kekayaan sehingga pada akhir kegiatan investasi kekayaan manusia akan bertambah. Namun, jika dalam kegiatan investasi manusia memilih investasi bodong maka yang terjadi adalah kekayaan manusia akan berkurang.
Guna memberikan pendidikan singkat tentang pengelolaan keuangan pribadi, tim pengabdian kepada masyarakat (tim abdimas) Kelompok Keahlian Accounting, Economics and Finance Universitas Telkom mengadakan pelatihan dengan tema "Literasi Keuangan: Mewaspadai Jebakan Kaya Instant". Acara pelatihan tersebut di adakan pada Jumat, 4 Oktober 2024 di Restoran Reomah Legit, Bandung. Masyarakat sasar yang menjadi peserta adalah para ibu-ibu penggiat kuliner yang tergabung dalam Kerabat Mak Ket. Jumlah peserta mencapai 20 peserta dan sebagian besar dari peserta merupakan pengusaha di bidang kuliner.
Dalam pelatihan tersebut tim abdimas memberikan tips untuk mengidentifikasi investasi bodong sehingga peserta dapat menghindari jebakan kaya instand dengan berinvestasi pada investasi bodong. Selain itu tim abdimas juga membekali bagaimana peserta menghindari bias yang sering melekat dalam keputusan memilih instrumen investasi. Salah satu bentuk bias yang berpotensi melekat dalam keputusan investasi adalah FOMO (Fear of Missing Opportunity) yang merupakan sifat tergesa-gesa dalam memilih instrumen investasi hanya karena dorongan untuk tidak ingin tertinggal  kesempatan untuk berinvestasi. FOMO merupakan sifat buruk dalam berinvestasi karena FOMO merupakan sifat tergesa gesa dalam berinvestasi. Sifat FOMO mencegah seseorang untuk berpikir secara rasional dalam menentukan apakah instrumen investasi tersebut cocok untuk memenuhi kebutuhan keuangannya.
Pada akhirnya, kegiatan pelatihan keuangan yang dilakukan tim abdimas Universitas Telkom dapat berkontribusi terhadap peningkatan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia, yang saat ini menjadi perhatian tahunan Otoritas Jasa Keuangan. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang diadakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2024 terlihat bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia masih berada pada tingkat 65,43%.Â
Tim pengabdian kepada masyarakat berniat untuk melakukan kerjasama dengan Kerabat Mak Ket di masa depan untuk membahas isu-isu keuangan lain relevan untuk mengembangan kemampuan ibu-ibu dalam mengelola keuangan pribadi dan keuangan usaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H