Mohon tunggu...
Dewa Gilang
Dewa Gilang Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Single Fighter!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa Motif Saudi Menghukum Mati Syekh Nimr?

3 Januari 2016   14:20 Diperbarui: 3 Januari 2016   16:30 2043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mengapa Arab Saudi tiba-tiba menghukum mati sedemikian banyak orang dalam satu waktu dan kesempatan? Apa sebenarnya motif yang ada dalam benak rezim Saudi tersebut?

Setidaknya pertanyaan mengenai motif Saudi tersebut layak untuk ditampilkan mengingat bahwa inilah hukuman mati terbanyak rezim itu, dalam satu waktu, pasca tahun 1980 di mana Saudi mengeksekusi sebanyak 63 ekstremis Islam pimpinan Juhayman al-Qtaybi yang telah menduduki Masjidil Haram.

Pertanyaan tentang motif Saudi juga layak untuk ditampilkan menimbang bahwa salah satu dari ke-47 orang yang dihukum mati ialah Syekh Nimr Baqir, salah satu ulama Syiah Saudi terkemuka dan sangat dihormati. Terlebih dakwaan terhadap Syekh Nimr, antara lain membantu teroris, memprovokasi perusuh dan melakukan kerusakan tidak pernah terbukti dan hanya berupa tuduhan sepihak. Atau dakwaan itu hanya kedok Saudi untuk membungkam para pemprotes rezim turun-temurun itu yang mulai bergema di seantero kerajaan tiran tersebut?

Saya lebih cenderung untuk sepakat dengan pernyataan Philip Luther, Direktur Program Timteng dan Afrika Utara Amnesti Internasional, bahwa eksekusi mati Saudi terhadap Syekh Nimr lebih bermotif dan dengan pertimbangan-pertimbangan politik ketimbang tuduhan terorisme. Perang melawan terorisme hanya kedok Saudi untuk menutupi motif  yang sebenarnya.

Bagi kalangan pemerhati Timteng, umumnya, dan Saudi, khususnya, maka sangat terang-benderang fakta-fakta yang menunjukkan bahwa rezim Saud, yang berkuasa di Saudi, tengah menghadapi masa depan yang suram, tak jelas dan serba tak menentu. Saudi tengah dihinggapi oleh berbagai masalah, mulai dari ekonomi, sosial, politik dan keamanan, akibat dari benih yang ditanamnya sendiri.

Dalam bidang politik, keputusan Saudi untuk mengintervensi urusan dalam negeri negara lain, baik secara terang-terangan layaknya di Yaman atau kasat mata dengan menggelontorkan dana besar bagi kelompok-kelompok teroris takfiri bermazhab Wahabi (seperti ISIS dan Front Nusra) sebagai perpanjangan tangan rezim Bani Saud, telah berbuah pahit terhadap kondisi ekonomi-politik di negara itu.

Bantuan persenjataan dan finansial terhadap kelompok teroris takfiri dan berlanjutnya perang berbiaya besar di Yaman tidak disangsikan berimbas kepada tergerusnya kocek tebal Saudi yang amat bergantung pada minyak. 

Hal ini diperburuk dengan kesalahan strategis Riyadh yang memutuskan mengerek turun harga minyak di pasaran global demi menekan musuh abadinya, Iran dan Rusia selaku sekutu Iran. Kebijakan yang menjadi bumerang bagi Arab Saudi sendiri. Dendam kesumat yang bercampur dengan ambisi untuk menjadi nomer satu di kawasan Timteng dan Teluk, bercampur baur dengan ketakutan terhadap Iran, telah membuat Saudi lupa bahwa pendapatan negaranya amat bergantung kepada minyak.

Di dalam Negeri, Saudi dibayangi oleh tuntutan rakyatnya sendiri yang menyuarakan hak legalnya yang selama ini diberangus oleh rezim tersebut. Pemerintah despotik Saudi memilih kepala pemerintahan bukan berdasarkan keinginan rakyatnya, tapi ditentukan oleh kelompok tertentu. Ajaran fanatik Wahabi, secara perlahan namun pasti, yang memberangus kebebasan dengan mengatasnamakan Islam mulai mendapatkan nada-nada sumbang dari warga negaranya. Di titik inilah muncul figur-figur layaknya Syekh Nimr yang berani tampil ke depan, yang lebih memilih bersuara ketimbang bungkam. 

Pada titik inilah kita dapat memahami mengapa Syeikh Nimr wajib untuk dibungkam, dengan menangkapnya, melemparkan tuduhan terorisme dan mengeksekusi mati sebagai upaya terakhir untuk membungkam kebobrokan rezim Bani Saud itu. Hukuman mati Syeikh Nimr yang dibarengi dengan eksekusi mati terdakwa ekstrimis al-Qaeda tak lebih adalah upaya terakhir Saudi untuk mengelabui sebagian mata awam dan sebagai legalitas semu vonis sesat terhadap Syeikh Nimr.

Mungkin terlalu dini untuk menebak apa yang akan terjadi pasca Saudi mengeksekusi mati Syeikh Nimr. Tapi, hampir pasti bahwa hukuman mati itu akan mengundang reaksi keras di Saudi yang -kemungkinan besar- akan berakibat fatal bagi keamanan dan stabilitas internal Saudi serta membuat rezim itu akan makin tertimpa tangga setelah selama ini jatuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun