Mengapa? Karena, menurut saya, ayat itu belum "finish" untuk menjadi dalil keharaman muslim memilih pemimpin non muslim. Masih ada banyak pertanyaan serta kemungkinan tafsir di sana. Salah satunya adalah apakah yang dimaksud pada ayat itu pimpinan negara atau bukan? Atau, misalnya, ada celah kemungkinan tafsir bahwa ayat itu bersifat situasional menimbang ketika ayat itu diturunkan situasi muslim memang sedang berperang dengan orang-orang Yahudi.Â
Â
  Andai saya penduduk DKI Jakarta, maka saya tidak akan menolak Ahok dengan berlandaskan ayat Alquran yang belum jelas dijadikan dalil. Melainkan, saya akan menolak dipimpin oleh Gubernur yang cacat secara mental dan moral tanpa peduli apa agama dan etnisnya.Â
Â
  Andai Ahok terjerat kasus korupsi dan telah terbukti di pengadilan secara sah, maka saya akan sekuat mungkin menolaknya.Â
Â
  Lalu, bagaimana posisi saya terhadap Ahok saat ini? Meski saya bukan warga Jakarta, saya sering bicara kepada kawan-kawan diskusi, bahwa saya -dahulu- memandang Ahok sebagai sosok yang menjadi pembeda antara putih dan hitam. Namun, kini, seiring kasus Sumber Waras dan Reklamasi yang berbelit, Ahok saya tempatkan pada kotak abu-abu.
Â
  Bila Ahok terjerat, maka cukup hal itu menjadi dalil pembenar bagi saya untuk menolak Ahok. Tanpa membawa satu pun ayat kitab suci, yang memang seharusnya tetap suci.
Â
  Gitu aja koq repot!