Aji adalah seorang office boy di sebuah perusahaan besar di pusat kota Jakarta. Setiap hari, ia menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan senyum di wajahnya. Tidak ada yang istimewa dari penampilannya, namun kebaikan hatinya selalu terlihat. Aji dikenal sebagai sosok yang ramah dan suka membantu siapa saja yang membutuhkan.
Di lantai paling atas gedung perusahaan tersebut, seorang wanita cantik dan cerdas bernama Clara bekerja sebagai manajer pemasaran. Clara adalah sosok yang sangat dihormati di kantornya. Meski banyak pria yang tertarik padanya, Clara tetap fokus pada pekerjaannya dan jarang memperhatikan hal-hal di luar karirnya.
Suatu hari, saat Aji sedang membersihkan ruangan rapat, Clara masuk dengan tergesa-gesa. "Maaf, saya tidak menyadari ada yang sedang bekerja di sini," kata Clara sambil tersenyum. Aji, yang biasanya tidak gugup, tiba-tiba merasa canggung. "Tidak apa-apa, Bu Clara. Saya hanya menyelesaikan pekerjaan saya," jawabnya sambil menundukkan kepala.
Setelah pertemuan pertama itu, Aji sering kali bertemu Clara di kantor. Clara sering mengamati Aji yang selalu bekerja dengan tekun. Ada sesuatu dalam diri Aji yang menarik perhatian Clara, bukan hanya karena pekerjaannya yang baik, tetapi juga karena ketulusan yang terpancar dari setiap tindakan Aji.
Suatu ketika, Clara mengadakan rapat penting dan membutuhkan bantuan untuk menyiapkan segala sesuatunya. Tanpa diminta, Aji dengan sigap membantu menyiapkan ruang rapat dengan sempurna. "Terima kasih banyak, Aji. Semua berjalan lancar berkat bantuanmu," kata Clara dengan tulus setelah rapat selesai.
Aji merasa sangat senang dan bangga mendapat pujian dari Clara. Bagi Aji, itu adalah momen yang sangat berarti. "Saya hanya melakukan tugas saya, Bu Clara," jawab Aji dengan senyum malu-malu.
Hari demi hari, interaksi antara Aji dan Clara semakin sering terjadi. Clara mulai melihat Aji bukan hanya sebagai seorang office boy, tetapi sebagai pribadi yang luar biasa. Sementara itu, Aji kagum dengan kecerdasan dan kebaikan hati Clara. Meski ada jarak strata sosial dan ekonomi di antara mereka, keduanya mulai merasakan kenyamanan ketika berbicara satu sama lain.
Suatu sore, ketika kantor sudah mulai sepi, Clara yang penasaran dengan kehidupan Aji mengajaknya untuk sekadar minum kopi di kantin. "Aji, jika tidak keberatan, saya ingin tahu lebih banyak tentang kamu. Apa yang membuatmu selalu tersenyum dan semangat setiap hari?" tanya Clara.
Aji tersenyum, merasa terhormat dengan perhatian Clara. "Saya selalu bersyukur, Bu Clara. Saya percaya, meski pekerjaan saya sederhana, itu adalah bagian penting dari sebuah tim yang besar. Dan bisa membantu orang-orang seperti Anda membuat saya bahagia," jawab Aji dengan tulus.
Percakapan tersebut menjadi awal dari banyak percakapan lainnya. Clara dan Aji semakin sering menghabiskan waktu bersama, baik di jam makan siang maupun setelah jam kerja. Clara menemukan kesederhanaan dan kebijaksanaan dalam diri Aji yang jarang ia temui pada orang lain.
Di sisi lain, Aji merasa beruntung bisa mengenal Clara lebih dekat. Ia belajar banyak tentang dunia yang berbeda dari yang selama ini ia kenal, dan Clara selalu dengan sabar menjelaskan setiap pertanyaan yang Aji ajukan.