Mohon tunggu...
Alexander Batara Marpaung
Alexander Batara Marpaung Mohon Tunggu... Profesional

Senang jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Memahami Hubungan dalam Rantai Pasok dan Logistik, Melalui Pandangan Pelanggan

7 Januari 2025   12:18 Diperbarui: 7 Januari 2025   12:18 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Courtesy of Trident Information System

Memahami Hubungan dalam Logistik dan Rantai Pasokan Melalui Pandangan Pelanggan

By Alexander Batara Marpaung

Pendahuluan
Logistik dan manajemen rantai pasokan (SCM) merupakan elemen dasar dalam ekonomi global, yang memastikan kelancaran arus barang dan jasa dari produksi hingga konsumsi. Inti dari proses ini adalah hubungan antara pemangku kepentingan, khususnya ikatan antara bisnis dan pelanggan mereka. Artikel ini membahas filosofi logistik dan SCM, mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi hubungan dan koordinasi pelanggan, mengidentifikasi potensi masalah, menguraikan tantangan, dan mengusulkan strategi untuk mendorong situasi yang saling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.


Filosofi Logistik dan Manajemen Rantai Pasokan
Pada intinya, logistik dan SCM berfokus pada manajemen sumber daya yang efisien untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Filosofi ini berpusat pada sinkronisasi aktivitas seperti pengadaan, produksi, manajemen inventaris, dan distribusi. Keterkaitan ini bertujuan untuk meningkatkan penciptaan nilai, meminimalkan biaya, dan memastikan kepuasan pelanggan.

Filosofi yang Berpusat pada Pelanggan
SCM modern menekankan pendekatan yang berpusat pada pelanggan, yang mana kebutuhan dan harapan pengguna akhir menjadi titik fokus. Hal ini melibatkan pemahaman akan permintaan pelanggan, memastikan pengiriman tepat waktu, dan menumbuhkan rasa percaya dan keandalan. Pelanggan bukan sekadar penerima, tetapi peserta aktif yang umpan balik dan kepuasannya memengaruhi dinamika rantai pasokan secara signifikan.

Studi Kasus:

Amazon adalah contoh utama perusahaan yang menganut filosofi yang berpusat pada pelanggan. Dengan opsi pengiriman di hari yang sama, rekomendasi yang dipersonalisasi, dan kebijakan pengembalian yang mudah, Amazon secara konsisten melampaui harapan pelanggan. Dengan memanfaatkan algoritme canggih dan jaringan logistik yang luas, perusahaan memastikan pengalaman berbelanja yang lancar.

Solusi:

Untuk meniru kesuksesan Amazon, bisnis dapat berinvestasi dalam teknologi yang tangguh, seperti analitik berbasis AI, dan mengembangkan hub distribusi lokal untuk mengurangi waktu pengiriman.

Faktor yang Mempengaruhi Hubungan dan Koordinasi Pelanggan

Koordinasi yang efektif dan hubungan pelanggan yang kuat dibangun berdasarkan beberapa faktor yang saling terkait:

1. Komunikasi dan Transparansi Komunikasi yang jelas, konsisten, dan terbuka sangat penting. Berbagi informasi yang transparan mengenai status pesanan, potensi penundaan, atau perubahan membangun kepercayaan dan mengurangi ketidakpastian.

Contoh:

Pengecer global terkemuka menerapkan sistem pelacakan waktu nyata bagi pelanggannya, yang memungkinkan mereka memantau lokasi pasti pesanan mereka. Transparansi ini mengurangi pertanyaan pelanggan dan meningkatkan kepuasan.

Solusi:

Pembaruan rutin melalui email, SMS, atau notifikasi aplikasi dapat meningkatkan komunikasi dan transparansi.


2. Integrasi Teknologi Teknologi canggih, seperti sistem Manajemen Hubungan Pelanggan (CRM), alat pelacakan waktu nyata, dan analitik berbasis AI, menyederhanakan operasi dan meningkatkan interaksi pelanggan.

Contoh:

DHL mengadopsi sensor berkemampuan IoT untuk memantau pengiriman yang sensitif terhadap suhu, memastikan kualitas produk selama transit.

Terobosan:

Bisnis harus mengeksplorasi solusi IoT dan blockchain untuk meningkatkan visibilitas dan akuntabilitas dalam rantai pasokan mereka.


3. 
Keandalan dan Konsistensi Pelanggan mengharapkan layanan yang andal dan konsisten. Memenuhi jadwal pengiriman, menjaga kualitas produk, dan menawarkan dukungan yang dapat diandalkan adalah hal yang tidak dapat dinegosiasikan.

Contoh:

Sistem inventaris just-in-time (JIT) Toyota memastikan bahwa suku cadang tiba tepat waktu saat dibutuhkan, meminimalkan penundaan dan memastikan keandalan.

Solusi:

Menerapkan analitik prediktif untuk mengantisipasi dan mengatasi potensi gangguan dapat meningkatkan konsistensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun