Mohon tunggu...
Dewa Kurniawati
Dewa Kurniawati Mohon Tunggu... pegawai negeri -

hanya seorang tukang obat yang suka mbolang...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspadai Resep Obat Narkotik dan Psikotropik.

5 Maret 2011   11:07 Diperbarui: 4 April 2017   18:25 47618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi resep dari om google

[caption id="" align="aligncenter" width="350" caption="ilustrasi resep dari om google"][/caption] Aku teringat peristiwa yang terjadi di apotek tempatku bekerja kemarin sore. Saat aku tengah melayani seorang pasien yang hendak membeli vitamin untuk anaknya yang berusia 2 tahun, tiba - tiba masuk seorang pria mengenakan kaos putih dan bertopi hitam. Ia berdiri bersama beberapa pasien lain yang menunggu dilayani. Sore itu aku bertugas bersama dua orang temanku yang lain dan suasana di apotek lumayan ramai. "Makasih Ibu..." ucapku setelah selesai transaksi dengan ibu itu. Bapak yang mengenakan topi hitam itu menghampiriku. "Mba, ada obat ini ?" tanyanya sambil menyerahkan sebuah kertas yang sudah bisa ditebak adalah resep. Sepertinya aku tahu apa yang tertulis di dalam kertas itu. Ku ambil kertas itu, membukanya perlahan. "Alprazolam 1 mg". Hm.. benar dugaanku. Aku berjalan menghampiri seorang rekanku yang lebih senior di sana. "Mba, Alprazolam udah ada belum ?" tanyaku padanya yang saat itu berada tak jauh dariku. "Masih belum ada deh kayaknya" ucapnya sambil tersenyum padaku. Aku kembali menuju bapak tadi. "Kosong pak obatnya" aku memberikan kembali resep yang tadi ia berikan padaku. "Makasih mba" senyum yang seolah dipaksakan ia sertakan pula. Tidak seperti biasanya rupanya. Berbohong, itu yang baru saja aku dan rekanku lakukan pada bapak itu. Aku sudah bisa menebak isi resep yang tadi ia serahkan sebelum aku buka, kalau tidak Alprazolam, biasanya Valisanbe atau Dumolid. Dan selalu seperti itu kami melayani pasien - pasien yang serupa dengan bapak tadi. Awalnya kami sama sekali tidak curiga pada resep - resep yang bertuliskan Alprazolam, Valisanbe, ataupun Dumolid, yang waktu itu hanya dua atau tiga kali mampir keapotek kami dalam satu hari. Tapi setelah beberapa hari diperhatian, resep - resep yang bertuliskan Dumolid sepertinya ditulis oleh orang yang sama, karena tulisannya semua sama. Sekalipun bila dilihat pada bagian kop resep menunjukkan rumah sakit atau klinik yang berbeda, bahkan tak jarang dari rumah sakit atau klinik di Jakarta (lokasi apotekku di Tangerang), dan cap nama dokternyapun berbeda. Lain halnya dengan resep yang bertuliskan Alprazolam 1 mg. Awalnya ada satu pasien yang sudah beberapa kali menebus Alprazolam di apotekku, dengan tulisan yang sama dan dengan nama pasien yang sama pula, tapi nama rumah sakit atau klinik  serta nama dokternya berbeda. Belakangan, kami curiga pasien tersebut mengalami adiksi atau kecanduan karena cukup sering menebus obat itu, dan resep yang ia berikan pada kamipun resep yang mungkin ia buat sendiri.  Alhasil kami kembali berbohoong padanya. "Obatnya abis mas" sambil memberikan kembali resep yang ia berikan, alasan itu yang kami berikan. "Belum ada Alprazolamnya" kebohongan kami lanjutkan. Mungkin akhirnya ia curiga pada kami, dan sempat nyaris membuat keributan. Saat itu salah satu rekanku yang mengalaminya. Dengan mata yang agak memerah, pasien itu menggebrak etalase obat yang memisahkan antara rekanku dengan dirinya. "Mba bohong kali, masa gak ada melulu" sungut pasien tersebut. "Kalo emang belum ada mau diapain" tak kalah keras rekanku berbicara. "Abisnya masa dari kemaren masih belum ada, apa perlu saya masuk". Terang saja ucapan lelaki itu membuat rekanku semakin meradang. "Ngapain pake masuk segala, emang ini apotek punya bapaknya mas" lebih keras lagi rekanku berbicara. Mungkin karena terlalu berisik percakapan antara rekanku dengan lelaki itu, hingga membuat dokter yang praktek di apotek kami yang tak lain adalah menantu dari pemilik apotek keluar dari ruang prakteknya. "Kenapa mas?" tanyanya yang aku yakin sebenarnya sudah tahu asal - muasal keributan itu. "Ini tante karyawannya, dipecat aja nih tante" mendadak pria itu jadi begitu santun saat berhadapan dengan dokterku. "Abis masnya sih gak percaya saya bilangin" rekanku membela diri. Akhirnya pria itu pamit dan masih tetap berharap rekanku dipecat. "Kamu kenapa ngeladenin orang kayak gitu, matanya udah merah banget kayak gitu" ucap Dr Anti pada rekanku. Rekanku hanya tersenyum. Hingga seperti itu mereka berjuang mendapatkan obat yang mereka "butuhkan". Bukan tanpa alasan kami melakukan itu. Alprazolam, Dumolid dan Valisanbe termasuk golongan obat Psikotropik, yang hanya bisa dikeluarkan dengan resep dokter. Mungkin itu pula alasan mereka memalsukan resep - rese itu. Demi memperoleh obat - obatan tersebut. Psikotripok adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat atau obat psikotropik ini dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berfikir, perubahan alam perasaan, dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Pemakaian psikotropik yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan petugas kesehatan dapat meinmbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menimbulkan ketergantungan tapi juga kelainan fisik maupun psikis si pemakai, bahkan tidak jarang menimbulkan kematian. Alprazolam (1 mg dan 0,5 mg) termasuk derivat Triazolo Benzodiazepin, yang merupakan obat anti ansietas atau anti panik (kecemasan) yang sifat umumnya mirip dengan diazepam. Efek tersebut diduga di sebabkan oleh ikatan Alprazolam dengan reseptor - reseptor spesifik yang terdapat pada susunan saraf pusat. Alprazolam termasuk Psikotropika golongan IV yang efek ketergantungannya ringan, tapi tetap saja mampu menimbulkan ketergantungan. Dumolid (Nitrazepam 5 mg) termasuk ke dalam golongan Benzodiazepine. Nitrazepam bekerja dengan meningkatkan aktivitas GABA( salah satu reseptor di otak), sehingga mengurangi fungsi otak pada area tertentu, dimana menimbulkan rasa kantuk, menghilangkan rasa cemas dan membuat otot relaksasi. Nitrazepam biasanya digunakan untuk mengobati insomnia. Nitrazepam mengurangi waktu terjaga sebelum tidur dan terbangun di malam hari, juga meningkatkan panjangnya waktu tidur. Nitrazepam juga termasuk kedalam Psikotropik golongan IV. Obat - obat golongan Psikotropik sejatinya hanya bisa diberikan dengan resep dokter dan bisa memberikan efek yang diinginkan jika penggunaannya sesuai dengan dosis dan indikasi. Dan saat ini penyalahgunaan obat - obatan tersebut  sudah marak sekali. Jadi perlu kehati - hatian dari para petugas apotek jika menemukan kasus seperti yang ada diapotek tempatku bekerja. ********************************** Hanya mencoba berbagi informasi dari pengalamnku bergelut dalam bidang farmasi..... ********************************** Referensi : 1. Buku  Obat - Obat Penting : Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs. Kirana Rahardja 2. http://id.wikipedia.org/wiki/Psikotropika

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun