Mohon tunggu...
Dewa Kurniawati
Dewa Kurniawati Mohon Tunggu... pegawai negeri -

hanya seorang tukang obat yang suka mbolang...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pesan Cinta Kak Zoya #5

2 Februari 2011   23:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:57 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="277" caption="dari om google"][/caption] ******************Jakarta, 13 Desember 2008 ********************* Cafe, tempat pertemuan Malika, Tyas dan Wira Tak banyak yang mereka obrolakan sore itu, hanya sebatas mengenai garis besar konsep respsi pernikahan yang diinginkan Tyas. Suara malika tak sering terdengar, hanya tyas dan wira yang aktif berbicara, sesekali malika mengangguk atau sekedar tersenyum. Iya, gak kok... hanya sebatas kata itu yang ia ucapkan, masih sulit baginya menata hatinya setelah mengetahui bahwa wira dan arya ternyata adalah orang yang sama. Ingin rasanya ia pergi dari sana, tapi hal itu tidak mungkin ia lakukan. "Kita pamit pulang ya kak" ucap tyas sambil bangkit dari duduknya, malika dan wira segera mengikuti setelahnya. "Duluan kak" seulas senyum yang terpaksa malika berikan dan terasa begitu sulit. Wira mencoba bersikap wajar, tapi ada sebuah rasa yang ia simpan dalam hatinya. "Hati - hati ya" pesan wira kepada dua wanita yang berdiri dihadapannya. "Kalo nanti ada yang kurang jelas, bisa di tanyain ke malika atau tanya sama aku" pesan tyas sebelum berlalu. Wira mengangguk mantap sambil tersenyum, senyuman yang kini mulai dibenci malika. Tyas dan malika bergegas meninggalkan wira yang masih berdiri di sana, menatap punggung malika yang perlahan menjauh. Didalam sedan hitam tyas, malika mulai menumpahkan kesedihannya. Tak dapat lagi ia bendung air matanya, butiran bening itu mengalir deras dari kelopak mata malika. Tyas membiarkan sahabatnya menangis, karena ia tahu benar sifat malika, setelah puas menangis malika akan jauh lebih tenang. Tyas mengelus halus pundak sang sahabat, berusaha menenagkan dan memberikan dukungan pada malika. "Anter aku ke taman, yas" pinta malika. Sesaat tyas heran dengan permintaan malika, tapi kemudian ia teringat cerita malika beberapa bulan yang lalu. Tyas membelokkan mobilnya ke kiri, menuju sebuah taman kota yang sudah sangat ia hapal. "Kamu yakin mau pulang sendiri ?" tanya tyas setelah menghentikan laju kendarannya di sudut bagian belakang taman. "Iya, aku bisa naek taksi kok" malika mencoba berusaha membuat tyas tak khawatir padanya. Sebelum keluar dari dalam mobil, tyas memeluk erat sang sahabat. Cukup lama mereka berpelukan, dan tangis malika kembali pecah diiringi deraian dari mata tyas. "Tuhan pasti punya rencana indah buat kamu" lirih tyas mengucapkan itu sambil mengelus halus punggung malika. Malika hanya bisa mengucapkan terima kasih sambil mengangguk, berharap hal itu akan terjadi pada dirinya. Setelah mengusap air matanya dengan tisu yang ada di mobil tyas, malika bergegas keluar dari mobil tyas. Senja itu suasana taman tidak terlalu ramai seperti biasanya, dan malika tahu harus melangkahkan kakinya kemana. ************************************* Dirumah Malika "Kok kesininya gak bareng sama malika?" tanya bunda pada wira dan Zoya yang sore itu datang bersama. Zoya menelpon wira untuk menjemputnya di sebuah studia foto tempatnya pemotretan, meminta wira untuk menemaninya berbicara pada malika. Tak sanggup bila harus berbicara sendiri. "Tadi malika pergi sama tyas, tante" ucap wira seraya menjawab pertanyaan bunda zoya. Bunda mengangguk sambil tersenyum ramah ke arah wira, senyum lembut seorang ibu. Zoya mengajak wira ke taman belakang untuk berbicara berdua dengan dirinya, tak enak bila pembicaraan itu terdengar oleh bunda. Banyak hal yang mereka bicarakan, dan tanpa terasa sudah 2 jam mereka berbicara. Saat ini jam yang melingkar di pergelangan tangan wira sudah menunjukkan pukul 8 malam. Ada kekhawatiran yang terpancar dari raut wajah zoya, dan kegelisahan itu amat jelas terbaca. Akhirnya penantian mereka membuahkan hasil, malika sudah berada di depan rumah dan bersiap masuk. "Huuufff... bismillaaahhh...." malika mencoba menguatkan dirinya begitu melihat starlet silver milik wira terparkir di halaman rumahnya. Di dalam rumah, bunda terlihat sibuk menata meja makan untuk makan malam mereka. "Kamu dari mana lika, kata wira pergi sama tyas ya?" tanya bunda setelah malika mencium tangan bunda. "Ia, tadi ada perlu sebentar bun". "Kakakmu sama wira kayaknya nunggu kamu deh dari tadi, mereka ada dihalaman belakang" ucap bunda. "ia bunda" malika mengangguk pelan, lalu berjalan menuju halaman belakang. Debaran dihati malika terasa begitu kuat, hafasnya ia rasa sesak, dan melangkahpun harus sekuat tenaga ia paksa. 'Ada apakah gerangan dengan kak zoya? apa dia sudah tahu tentang yang apa terjadi pada dirinya dan wira?' pertanyaan itu ia biarkan bersemayam di otaknya, belum mampu ia temukan jawabannya. "Kakak nunggu aku?" tanya malika pada zoya dan wira. Mereka terlihat terkejut dengan kehadiran malika yang tiba - tiba, mungkin karena mereka yang terlalu asyik berbincang hingga tidak mendengar langkah kaki malika. Zoya menggeser sebuah kursi yang ada di sebelahnya dan mempersilahkan malika duduk, sementara wira tetap pada posisinya, didepan zoya. Suasana hening sejenak, sampai akhirnya zoya membuka suaranya. "Kakak gak tau harus mulai dari mana, tapi yang jelas kakak mau minta maaf sama kamu". Malika terlihat bingung, tak tahu arah ucapan sang kakak. Dia hanya diam sambil menunggu lanjutan cerita dari zoya. "kapan tepatnya kamu kenal sama wira, kakak juga gak tau, tapi yang jelas ini semua karena kakak" zoya menundukkan wajahnya, berusaha menahan tangis. "Maksudnya ?" tanya malika yang masih belum mengerti. "Kamu sering bilang pengen ngerasain apa yang kakak  rasain, pengen punya pangeran..." zoya menghentikan kalimatnya, menatap lurus ke arah malika. Malika terdiam, tak ingin ada satu katapun yang terlewat dari ucapan zoya. Zoya kembali menunduk, tak sanggup melihat ekspresi kesedihan yang terpancar dari wajah malika. "Kakak yang minta wira buat jadi pangeran kamu..." pelan pengakuan zoya malam itu, tapi terdengar seperti sebuah teriakan di telinga malika. Malika merasakan debaran di hatinya semakin kuat, tak pernah ia menduga akan mendapat pengakuan seperti itu dari kakakknya sendiri. "Maafff... kakak cuma pengen kamu juga bisa ngerasain apa yang kakak rasain, bisa punya pangeran di hati kamu,... wira sama sekali gak salah..." zoya menjelaskan di sela tangisnya, malika tetap diam. Sementara wira yang duduk di depan zoya tak bisa melakakukan apapun, zoya memintanya untuk memberikan kesempatan menjelaskan semuanya sendiri pada malika. "Tanpa kakak pernah berfikir kalo apa yang kakak lakuin ke aku bisa bikin aku sakit hati?" tanya malika tiba - tiba. Debaran di hatinya semakin membuncah, sebisa mungkin ia tahan gejolak itu. Zoya mengangkat wajahnya, berusaha menguatkan hatinya untuk bisa menatap wajah malika. "Itu salah satu kebodohan kakak, gak pernah berfikir kalo semuanya bakal seperti ini". "Gimana kalo akhirnya aku beneran suka sama kak wira? gimana kalo akhirnya malah kak wira yang suka sama aku?" malika balik bertanya. Zoya terkejut mendengar lontaran pertanyaan malika, ia memang sama sekali tidak pernah berfikir tentang hal itu, yang ia tahu adalah memberikan pangeran untuk malika, sekalipun itu adalah pangerannya sendiri. "Makasih karena kakak udah mau ngasih aku kesempatan untuk bisa ngerasain apa yang kakak rasain, makasih karena kakak udah rela berbagi kak wira sama aku...." malika menggenggan tangan kiri zoya yang di letakkan di atas meja dengan tangan kanannya. "Tapi aku bisa kok nyari sendiri... pangeran yang punya perasaan tulus buat aku, bukan cuma karena kasian" ucap malika lagi, tak lupa senyum pun ia sertakan di akhir kata - katanya. Malika bangkit dari duduknya dan bergegas menuju kamarnya, meninggalkan zoya dan wira disana. Kali ini senja dirasa begitu kelam baginya. Baru sebentar malika mengenal wira, tapi pesonanya sudah mampu menempatkan dirinya di jejeran teratas hati malika. Perhatiannya, kebaikannya.... tapi toh itu semua karena zoya, bukan tulus dari hatinya. Itulah yang ada difikiran malika kini. ***************** Jakarta, 5 Juni 2009 ******************* Gedung tempat resepsi pernikahan tyas. Tak terasa dua minggu lagi hari bahagia tyas akan di gelar, gedung telah dipersiapkan, begitu pula dengan undangan yang sudah mulai di sebar, catering, sovenir, semuanya telah siap. Malika bergegas masuk ke dalam gedung yang akan digunakan untuk acara resepsi pernikahan tyas. Di sana telah menunggu wira, tyas, sang calon suami fajar dan satu orang teman wira. Hari ini sebenarnya baru pertama malika melihat gedung resepsi itu, karena selama ini kesibukannya di sekolah terlalu menyitanya. Aneh memang kelihatannya, tapi begitulah malika. "Kok lama sih nyampenya Lika ?" tanya tyas begitu malika masuk. Malika hanya tersenyum menanggapinya. Malika menangkap seseorang yang sedari tadi memperhatikannya, orang yang tak lain adalah teman wira. "Her, kenalin ini malika" wira memperkenalkan malika pada heru, teman wira yang memiliki bisnis penyewaan gedung, dan salah satunya adalah gedung ini.Heru menjulurkan tangan kanannya, dan di sambuut dengan uluran tangan kanan malika. "Tadinya aku fikir zoya, mirip banget sama cewenya wira" ucap heru. Ada perasaan yang tidak enak di hati wira mendengar kalimat heru, tidak enak pada malika. Wajah malika dan zoya memang sangat mirip, tapi zoya memiliki postur tubuh yang lebih tinggi bila dibandingkan malika. Wajahnya yang oval, kuning langsat, hidung yang mancung, memang sangat mirip dengan zoya. Tapi terlihat lesung di kedua pipinya kala malika tersenyum, itu yang tidak dimiliki zoya. Kebersamaan malika yang  sebagai PJ resepsi pernikahan tyas denagn wira masih akan berlanjut hingga 2 minggu ke depan. Masih banyak yang akan dia lewati, tapi rasanya sudah begitu lelah. Berharap Tuhan berkenan memberikannya lebih banyak kekuatan....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun