Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Awal Cinta di Ubud

26 Februari 2024   22:19 Diperbarui: 26 Februari 2024   22:22 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Awal Cinta di Ubud
DN Sarjana

Siapa yang tidak pernah mendengar nama Ubud. Suasana alam pedesaan ditata asri. Tidak heran disetiap tempat dibangun rumah hunian untuk tamu baik berupa home stay, villa, resort dan hotel. tidak salah Ubud dijuluki kampung tourism. Ubud terkenal di manca negara dan sering menjadi daerah tujuan wisata nomer satu di dunia. Bicara soal seni, di Ubud lah tempat dan lahirnya seniman kelas dunia.

"Ya, begitu. Agak geser ke timur. Ada melirik kesini. Ya...ya...pas. Tapi rambut disingkap dikit".

"Ah, gimana sih yang pas Bapak?" Perempuan itu agak ketus.

"Boleh aku pegang sebentar rambutmu?"
Perempuan dengan wajah lumayan manis itu mengangguk. Dendi merasa tidak enak bersentuhan dengan setiap model yang akan dilukisnya. Dia selalu menjaga privatisasi seseorang. Apalagi dia seorang gadis.Dendi dua tiga kali memberi perintah gadis yang sedang dilukis. Sketsa lukisan mulai tampak. Dia melihat gadis itu gelisah.

"Ma, aku capek".
Mamanya kemudian bertanya kepada Dendi. Adakah jalan memotret anaknya untuk kemudian dilukis.

"Boleh aja bu. Tapi saya biasanya lebih suka dari pemodelan langsung, karena tidak terpengaruh situasi buatan. Baik saya potret aja". Dedi mengambil kamera hp, lalu memotret gadis itu beberapa kali.

"Sudah, silahkan. Pengambilan selesai".

Gadis itu melangkah mendekati ibunya. Diambilnya botol minuman, lalu dia mendekati sketsa lukisan tadi.

"Pak, kok senyumku kecut banget sih?"

"Kan belum selesai. Nanti akan dipadukan dengan poto tadi Buk".
Gadis itu menoleh kepada Dedi. Lalu dia berkata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun