Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bubur Terakhir Buat Nenek

12 Agustus 2023   18:14 Diperbarui: 12 Agustus 2023   18:33 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar pixabay.com (gratis)

BUBUR TERAKHIR BUAT NENEK

Suasana desa masih pagi. Terlihat lalu lalang ibu-ibu pergi kepasar. Maklum, kurang lebih dua ratus meter dari rumahku terdapat pasar desa. Orang bilang pasar dadakan. Ada juga yang bilang pasar kresek.

Pasar ini hanya ramai dari pukul empat pagi sampai pukul tujuh. Setelahnya kembali seperti semula. Hanya terdapat beberapa kios yang menjual perabotan rumah tangga. Ada juga yang jual alat bangunan. Selebihnya jualan sembako dan baju-baju.

Aku sering bersama ibuk ikut kepasar. Senang dapat jalan kaki di pagi hari. Aku juga senang melihat jualan para pedagang. Sayuran, buah-buahan yang sangat segar hasil panen di kampung.

"Bu, aku minta uangnya "
"Buat apa? Ibu aja yang belikan. Nanti kemahalan." Jawab ibuku.
"Ndak bu. Aku ingin belikan nenek nasi bubur ayam. Kemarin kan aku belum sempat kerumah nenek. Pas ini hari minggu."

Ibuku memberikan aku uang sepuluh ribuan. Ibu memang sangat sayang kepada nenek. Apalagi nenek hidup sendirian.
Aku bergegas membelikan nenek nasi bubur. Aku memilih biar tidak diisi bumbu. Hanya isi telur, dan kuah. Tidak isi kripik karena nenekku sudah tidak punya gigi lagi.

"Bu, aku langsung kerumah nenek ya. Kan tidak jauh."
"Kamu berani sendirian?" Tanya ibuku.
"Berani buk. Kan jalanan masih sepi."

Tidak lama kami sudah tiba di rumah. Aku langsung pamit menuju rumah nenek. Rumah nenek merupakan rumah tua ayahku. Kebetulan ayah bisa beli rumah, sehingga ayah berpisah rumah dengan nenek.

"Nek...nek. ni cucumu datang. Bawaim bubur kesukaan nenek."

Tidak seperti biasa nenek tidak menyahut. Hatiku gundah. Ada apa dengan nenek? Padahal dua hari lalu nenek sehat-sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun