HARI RAYA GALUNGAN, MENYANGGA EKONOMI PETANI
Barangkali banyak diantara pembaca telah mendengar perayaan hari suci terbesar di Bali disamping hari raya Nyepi adalah hari raya Galungan dan Kuningan.
Kegiatan dua hari raya ini betul betul memerlukan persiapan yang panjang bagi masyarakat Bali utamanya yang beragama Hindu. Kalau di runut bisa diambil dari hari Sugihan Jawa yaitu enam hari sebelum Galungan.
Apa yang menarik kalau dilihat dari dunia pertanian maupun perekonomian masyarakat? Hari raya ini secara ekonomi menyebabkan perputaran uang yang sangat besar di Bali. Tidak lagi pada angka puluhan milyar tapi ratusan milyar. Mengapa ini bisa terjadi? Jawabnya:
Pada hari raya Galungan dan Kuningan ada beberapa kegiatan ekonomi besar yang terjadi.
1. Jual beli hasil bumi.
Janur akan diperlukan berton-ton. Untuk membuat sesaji. Persediaan janur di Bali tidak mencukupi. Sehingga didatangkan dari Jawa, Lombok bahkan Sulawesi.
2. Pisang.
Pisang apalagi. Saat hari raya ini keperluan pisang juga berton-ton. Sama halnya janur, pisang juga dipasok dari Jawa, Lombok, sulawesi.
3. Ambu (janur dari pohon enau). Ini juga didatangkan dari Lombok dan Sulawesi.
4. Bunga yang terdiri dari bunga pacah, gumitir, bunga pelung itu keperluannya berton-ton. Biasanya dipasok dari jawa.
5. Jajanan, seperti iwel, satuh, dll, itu banyak dipasok dari Jawa.
6. Bambu untuk penjor dan perlengkapan lain
Dan masih banyak tambahan kebutuhan yang sudah biasa dipasok ke Bali. Kondisi inilah yang menyebabkan roda perekonomian di Bali berputar. Hasil pertanian akan sangat laris. Dan daerah penyangga seperti Banyuwangi, Jember, Lombok masyarakat petaninya juga kecipatran dari dampak hari raya Galungan dan Kuningan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H