Mohon tunggu...
I Dewa Nyoman Sarjana
I Dewa Nyoman Sarjana Mohon Tunggu... Guru - profesi guru dan juga penulis.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

hobi membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gang Kecil

20 Juli 2023   13:32 Diperbarui: 20 Juli 2023   13:37 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

GANG KECIL ITU
DN Sarjana

Ada yang menyebut Gang Kelinci. Banyak juga teman bilang Gang Hantu. Tapi yang pasti, gang itu tiap jam masuk sekolah maupun pulang sekolah dipadati oleh lalu lalang siswa. Walau ada jalan melingkar untuk masuk ke halaman sekolah, karena menjadi agak jauh berjalan, maka gang kecil itu menjadi primadona lintasan. Baunya sih apek. Maklum gang itu sangat kecil tapi masih cukup untuk papasan. Warna cat yang buram dan disana-sini dipenuhi coretan. Kono  gang kecil di sekolahku itu, semenjak berdiri sekolah menyimpan banyak cerita. Yang pasti cerita roman tentang remaja. Gang kecil itu paling pas untuk main petak umpet sekedar kenalan atau melepas kangen sama pacar. Maklum walau kami sudah SMA, rasa takut dilihat guru dan teman-teman masih tertanam. Dan juga berpacaran di tempat kos juga susah karena tuan rumah sangat ketat. Gang kecil di pojok sekolah juga menjadi ajang bagi teman-teman untuk tukaran bocoran soal ulangan. Kami sibuk mencari bocoran saat musim ulangan harian maupun ulangan umum. Hal inilah yang pernah aku alami, kenang Hendro.

"Hen, besok kan ulangan fisika? Kamu ada bocoran nggak?" Tanya Vivin disaat mereka istirahat habis olah raga.

"Gimana aku bisa dapat? Uuuh...melihat Sufri aja aku takut. Vin kan tahu, guru itu galak banget. Setiap dapat fisika aku tegang." Jawab Hendro sambil mengipasi badannya yang kelihatan masih berpeluh.

"Kamu jangan bilang siapa-siapa ya. Aku dapat kok bocorannya." Vivin mendekati Hendro.
Tiba-tiba hentah dia sembunyi di mana, Ratu sudah ada di depan mereka.

"Waaah...kalian pacaran yaa?" Ratu berkata tanpa basa-basi.
Vivin secepat kilat menyembunyikan soal yang mau diberikan Hendro. Sambil berkata.

"Iiih...Rat. kamu paling suka bercanda soal pacaran. Emangnya aku sepertimu Rat. Lengket kayak kena lem dengan Tito."

"Lhaa..., itu kamu masukkan surat kan tadi?'" Rupanya Ratu melihat Vivin memasukkan sesuatu di kantong baju Hendro. Vivin tidak bisa berkelit harus menyampaikan secara jujur kepada Ratu. Kalau tidak bahaya. Tahulah Ratu paling pinter bikin gosif.

"Rat...kamu janji ya?"

"Uuh, dari kapan aku tak setia padamu Vivin? Masak soal pacar baru aku ribut." Jawab Ratu seolah kesel.

"Bukan itu maksudnya Rat. Besok kita kan ulangan fisika. Aku dapat bocoran. Aku suruh Hendro menjawab. Gituuu.."

"Ooo, gitu. Oke lah. Trus...soal Vivin ngasi surat pertama pada Hendro, bisa aku bocorkan?"

"Iiihh..., ngaco lu Rat. Yuuk, cepat gantian. Bentar kan dapat pelajaran Bahasa Inggris."

Mereka kemudian berpisah untuk ganti pakaian. "Eh ternyata Ratu masih ingat saat Hendro  menyerahkan surat kepada Vivin."

Sehabis pelajaran terakhir, Ratu gelagapan cari Vivin dikerumunan siswa yang bergegas pulang. Maklum perasaannya akan nyaman bila ulangan fisika besok  kunci jawaban bisa dia dapatkan dari tangan Hendro atau Vivin. Saking seriusnya Ratu melihat Vivin dari jauh. Dia bergegas mendekati Vivin.

"Hai, Vin, kamu sengaja menghindar ya." Ratu mendemprat Vivin dari belakang. Tentu Vivin sangat terkejut.

"Ratu...Ratu... Jantungku hampir copot dibuatnya. Sabar dong Rat. Kan soalnya baru tadi aku dapat. Sampai di rumah pastilah Hendro menjawabnya.

"Lalu kapan aku dapat jawabannya?"

"Ya, besoklah. Masak sekarang?"

"Oo, di gang kecil itu ya. Seperti kamu serahkan surat cinta sama Hendro sebulan lalu ya." Ratu bicara nyerocos begitu aja.

"Kamu ada aja Ratu. Vivin menjimpit lengan Ratu."

"Trus..., aku dikasi nilai berapa?"

"Biasalah, 75 aja... Masak kamu minta 100."

"Bukan gitu maksudku Vin. Kamu minta berapa?"

"Yaa, lebih dikit. Mungkin 80. Rat sama aku kan tidak bodoh-bodoh amat. Ya udah. Kita pulang dulu yuk. Sampai jumpa besok."

Mereka kemudian berpisah pulang ke rumah kos masing-masing. Sampai di tempat Kos, Hendro bergegas ganti pakaian dan makan. Ia ingin menjawab soal ulangan yang diberikan Vivin. Disela-sela menjawab terbersit pikirannya. "Berapa aku kasi nilai Vivin dan Ratu?" Hendro rada bingung. Kok aku tidak nanya tadi. Hendro otaknya memang encer. Tidak lebih dari se-jam soal-soal sudah terjawab semua. Yang masih menggantung dipikirannya soal membuat jawaban benar untuk Vivin dan Ratu.

Daripada jadi beban aku ke rumah kos Vivin aja. Hendro bergegas mandi. Toh hari sudah sore. Selanjutnya Hendro merapikan diri, lanjut pergi ke rumah Vivin. Vivin kos tidak jauh dari kosan Hendro. Tapi mereka jarang bisa ketemu, kecuali sesekali di malam minggu.

"Permisi buk, Vivin ada?" Hendro bertanya kepada ibu tuan rumah.

"Mungkin ada. Nak siapa? Maaf kalau ibu ketat menerima tamu. Apalagi tamu laki-laki. Semua yang kos disini menjadi tanggungjawab ibu karena mereka dititipkan sama orang tua mereka."

Waduuh...ketat banget sih. Pantesan Vivin melarangku ke kosnya. "Saya Hendro bu. Saya mau kerjain PR." Jawab Hendro sambil garuk kepala.

"Coba ibu lihat."
Setelah melihat buku yang disodorkan, ibu memanggil Vivin dan mempersilahkan Hendro masuk. Syukuur...syukuur.., pikir Hendro. Coba kalau ibuk tahu itu bocoran soal, uuuh..., mampus kami bertiga. Bisa-bisa tidak naik kelas."

"Hai, Hend. Kita kerjakan PR nomer 3 ya. Aku tidak bisa." Vivin bicara agak keras karena ibu kos belum balik kedepan, sambil beri kode sama  Hendro. Diliriknya ibu kos sudah berjalan ke depan, tempat dia jualan.

"Iyaa. Aku juga agak kesusahan mengerjakan. Mari  ke dalam. Kita belajar di serambi. Setelah duduk.

"Galak sekali tuan rumah ya Hendro. Coba dia ngajak kos perempuan. Pasti tambah galak."

Hendro tersenyum. Ia memperhatikan Vivin dengan seksama. Terus berucap.

"Vin, kamu belum jawab suratku kan?"

"Terus gimana Hen?"

"Aku mencintaimu Vin."

"Bagaimana kalau aku belum percaya?"

"Apa yang kamu ragukan dariku Vin?"

Hendro memegang jemari Vivin. Vivin mencoba menghindari.
"Eee, kamu nakal ya. Belum apa-apa. Hen, kamu idola perempuan di sekolah. Kamu pintar. Perempuan sepertiku  tidak mampu menyaingi bidadari lain idolamu."

"Vin. Aku tak mau dengar ucapanmu. Aku sungguh-sungguh mencintaimu."

"Hen, jawabannya nanti aja ya. Kita kerjakan dulu kunci jawaban untuk ulangan besok." Vivin sengaja menguji kesabaran Hendro. Dia tidak ingin cintanya hanya pelarian belaka.
Ternyata hari sudah cukup sore. Semua soal sudah terjawab. Termasuk yang akan diberikan Ratu. Vivin kemudian pamit kepada Hendro. Lagi-lagi Hendro memegang erat jemari Vivin. Vivin tidak ingin mengecewakan. Dia biarkan jemari itu bertaut seiring pandangan dan senyum Hendro. Vivin pun berjalan keluar rumah.

Pagi-pagi Ratu sudah menunggu kehadiran Hendro diseputaran gang kecil sekolah. Ia pura-pura belajar. Takut ketahuan teman. Tak berselang lama Hendro hadir.
"Hen, mana jawaban untukku?"

"Dibawa Vivin, Rat!"

"Kok bisa hendr?  Gimana ini. Aku bisa terlambat mendapatkan."

"Tenang aja. Bentar dia datang. Aku ke kelas dulu ya."

Tak berselang lama, Vivin datang dan langsung dicegat oleh Ratu.
"Vin, mana. Kamu bohong ya."

"Bohong apaan Ratu? Vivin kan sudah tepati janji."

"Jujur ya, kamu dapat ke rumah Hendro? Jawab yang jujur."

Vivin jadi bingung harus jawab apa. Jangan-jangan dia sudah bertemu Hendro. Vivin mencoba mengalihkan perhatian.
"Katanya soalnya sulit Rat. Syukur dapat bocoran."

"Na, kan ketahuan kamu kerja berdua. Ngaku."

"Ya, deh. Aku nyerah."

"Uh, dasar kamu Vivin. Pasti dapat pegangan. Mungkin ciuman sayang?"

"Ih, Ratu. Genit amat sih."

"Siapa tahu. Cinta sedang  membara."

"Rat, yuk bubaran. Nanti dilihat orang." Merekapun sepakat berpisah untuk tugas piket masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun