Mohon tunggu...
Devy Sentuf
Devy Sentuf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo nama saya devy, saya merupakan mahasiswa dari kampus Universitas pendidikan Muhammadiyah sorong, dari program studi hubungan internasional, senang sekali bisa bergabung bersama kompasiana, saya suka menulis untuk, menyengkan diri saya sendiri tapi terkadang saya ingin tulisan saya di ketahui banyak orang agar memberi sedikit pengetahuan bagi yang suka membaca. Terimakasih

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perempuan dalam Dunia Politik

14 Maret 2024   22:30 Diperbarui: 14 Maret 2024   22:34 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dalam dunia politik, banyak perempuan yang kurang sekali untuk  mengambil bagian faktor utamanya yaitu  permasalahan kesetaraan  gender. Dan juga  banyak perspektif yang memandang perempuan sebagai manusia lemah dan tidak mampu memimpin. Rendahnya partisipasi perempuan di bidang politik disebabkan karena kendala kultural, strukrural dan anggapan-anggapan yang bias terkait gender. 

Sehingga perempuan di  pandang sebgai makhluk  yang di kodratkan sebagai perantara lahirnya manusia di bumi saja,  dan perempuan di pandang sebagai umat yang tidak dapat berkontribusi dalam bidang apapun, nyatanya perempuan sebenarnya bisa dan bahkan mampu   melakukan banyak hal . 

Politik bagi perempuan itu penting karena,mampu meningkatkan pemahaman-pemahaman luas terkait kepemimpinan bukan hanya untuk orang banyak orang melainkan dapat berdiri untuk diri sendiri, sehingga tidak gampang di anggap remeh dan juga dapat memegang banyak peran-peran penting. 

Ada beberapa wilayah bahkan negara yang tidak mengizinkan wanita memipin karena di anggap lemah dan tidak cocok untuk menjadi pemimpin contoh besarnya ialah India, dimana politik bagi perempuan di anggap bukan profesi yang harus di ambil dan itu hanya cocok dan di tujukan kepada kaum laki-laki. 

Sebuah hasil survei terbaru menunjukkan penerimaan publik yang luas terhadap politisi perempuan di India, partisipasi politik perempuan di negara asia selatan itu ternyata tetap rendah. Bukan hanya bias sosial terhadap perempuan yang menimbulkan masalah bagi politisi perempuan, tetapi ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi kesetaraan gender ini. 

Tetapi India juga memiliki politisi perempuan mumpuni, dengan beberapa dari mereka berhasil naik ke posisi politik teratas secara nasional dan regional, termasuk presiden dan perdana menteri. Seperti Indira Gandhi yang menjadi perdana mentri pertama dan satu-satunya perempuan  bagi india.

 Adapun di negara kita sendiri, Indonesia sendiri minim pemimpin seorang perempuan, dan hanya MEGAWATI SOEKARNO PUTRI yang dapat menjadi satu-satunya pemimpin perempuan pertama di indonesia sebagai presiden republik indonesia  dan hingga saat ini tidak ada perempuan yang menjadi pemimpin  menggantikan Megawati.  

Dan ada juga  mentri perempuan pertama di indonesia ialah MARIA ULFAH, merupakan sosok menteri perempuan pertama di Indonesia yang bertugas sejak 12 Maret 1946,
di masa pemerintahan Kabinet Sjahrir II. Maria Ulfah adalah salah satu tokoh perempuan di indonesia yang memiliki kontribusi besar dalam perjuangannya membela hak-hak perempuan. Sebagaimana undang-undang dalam konstitusi, hak-hak atas rasa aman tersebut dijamin pada Pasal 28G Ayat (1) UUD 1945. Hak-hak perempuan ini mengamanatkan pada negara untuk menjamin penikmatan hak tanpa adanya diskriminasi dan perbedaan gender. 

Dan inilah yang harus menjadi patokan bahwa dalam berpolitik perempuan dapat mengambil bagian dan pemerintah daerah harus menjaga dari diskriminasi perbedaan gender. Beberapa persen perempuan yang tercatat mengikuti politik, pada hasil data pemilu  2019, keterwakilan perempuan di Lembaga Legislatif Nasional (DPR-RI) berada pada angka 20,8% atau 120 anggota legislatif perempuan dari 575 anggota DPR RI. 

Dan dalam data tersebut kita ketahui bahwa dalam berpolitik perempuan dapat mengambil peran kepemimpinan. Dan kita dapat belajar dari, RA.Kartini bahwa perempuan pun mampu mengambil bagian dalam pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab laki-laki. Itulah mengapa perempuan harus ikut dalam pendidikan politik agar perempuan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman  tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. 

Meningkatkan pemahaman peran perempuan dalam politik. Meningkatkan pemahaman dan ketrampilan tentang kepemimpinan. Meningkatkan kesadaran kritis peerempuan terhadap pembangunan berkelanjutan yang berkeadilan gender. Sehingga hak-hak perempuan harus  di penuhi, karena kurangnya hak-hak ini menyebabkan banyaknya pengangguran bagi perempuan dan membuat hidup mereka menjadi tidak layak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun