Kota Yogyakarta, kota istimewa yang selalu punya cerita baru untuk dijelajahi. Saat memasuki kawasan Bantul yang terletak di sisi selatan kota, aroma khas sate klatak mulai tercium, menggugah rasa penasaran dan lapar. Kali ini, saya mengunjungi "Sate Klatak Pak Pong", destinasi kuliner legendaris yang dikenal lewat rekomendasi dari para selebriti seperti Awkarin, Keanu, Sarah Gibson, Erica, dan influencer lainnya. Tak heran, karena Sate Klatak Pak Pong disebut-sebut sebagai salah satu sate klatak terenak di Yogyakarta.
Berlokasi di kawasan Jejeran, Wonokromo, Bantul, warung Pak Pong menjadi salah satu destinasi kuliner yang wajib dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Menyusuri jalan yang sedikit berkelok, akhirnya saya sampai di depan warung makan ini. Meski terkesan sederhana, tempat ini selalu ramai pengunjung. Kesan pertama saat sampai di sana? Sate Klatak Pak Pong menyuguhkan nuansa Jogja yang santai namun tetap otentik, di mana setiap sudut warung dilengkapi dengan bangku-bangku kayu panjang sederhana yang menambah kesan tradisional.
Di balik asap dan aroma daging kambing yang menggoda, salah satu ciri khas sate klatak ini adalah cara memasaknya yang unik. Berbeda dengan sate biasa yang menggunakan tusuk sate bambu, sate klatak menggunakan jeruji sepeda sebagai tusuk satenya. Bukan tanpa alasan, rupanya jeruji sepeda mampu menghantarkan panas dengan baik, sehingga daging matang sempurna hingga ke bagian dalam. Bagi pengunjung baru, ini menjadi pengalaman visual yang mengesankan, melihat deretan jeruji besi yang menjepit daging, diletakkan langsung di atas bara api.
Saya dan keluarga akhirnya memilih duduk di sudut ruangan yang lebih sepi, meski masih terdengar suara gaduh pengunjung lain yang sama-sama antusias. Tak lama kemudian, seorang pelayan datang dan menawarkan beberapa pilihan menu khas lainnya seperti tengkleng kambing, gulai, dan tongseng. Namun tentu saja, kami memutuskan untuk memesan sate klatak terlebih dahulu. Di sini, sate klatak disajikan dengan bumbu sederhana, hanya garam dan merica. Inilah yang membuat rasa asli daging kambingnya begitu menonjol.
Ketika sepiring sate klatak akhirnya datang, jantung saya langsung berdegup kencang. Gigitan pertama terasa juicy dengan tekstur daging yang lembut namun masih sedikit kenyal. Tidak ada aroma amis atau amis yang sering membuat orang ragu untuk mencoba daging kambing. Dagingnya juga tidak terasa berat atau berminyak berlebihan, tetapi cenderung memiliki rasa alami yang membangkitkan kenangan akan hidangan khas Jogja yang kaya akan rasa.
Di tengah-tengah menyantap, saya menyadari bahwa hidangan ini memiliki nilai lebih dari sekadar makanan, ini adalah sebuah pengalaman. Menyantap sate klatak Pak Pong serasa memasuki lorong waktu tradisi kuliner masyarakat Bantul yang telah diwariskan secara turun-temurun. Kesederhanaan bumbu ternyata menjadi keunggulan yang jarang ditemukan pada masakan lain, apalagi di tengah gempuran rempah dan saus yang kerap membuat rasa daging tak lagi autentik. Dengan perpaduan rempah sederhana, sate klatak terasa unik dan eksklusif, tanpa harus dilapisi bumbu yang berlebihan.
Tak lengkap rasanya jika hanya memesan sate klatak. Kami juga memesan gulai kambing yang kental, dengan aroma rempah yang kuat melengkapi sate klatak sebagai hidangan utama. Gulai ini memiliki kuah yang kental dengan potongan daging yang empuk dan tidak terlalu khas, sangat cocok sebagai pelengkap sate. Di sini, gulai disajikan dalam porsi besar, bisa dinikmati bersama-sama. Kuahnya memberikan kehangatan dan semburat rasa rempah di lidah, cocok dinikmati di malam yang dingin.
Kedai ini benar-benar memanjakan setiap tamu dengan sajian istimewa yang tak hanya mengenyangkan perut, tetapi juga memenuhi hasrat untuk mengeksplorasi cita rasa tradisional yang autentik. Melihat pengunjung lain yang tampak sibuk makan, saya baru sadar bahwa Sate Klatak Pak Pong tidak hanya berhasil menarik pelanggan lewat image-nya yang terkenal di media sosial, tetapi juga karena kualitas cita rasanya yang benar-benar "Jogja banget." Kenapa Sate Klatak Pak Pong Jadi Favorit? Selain cita rasanya, Sate Klatak Pak Pong jadi favorit karena sensasi "alami"-nya. Lokasinya yang sederhana, pelayanan yang cepat meski ramai pengunjung, serta pelayan yang ramah membuat saya betah. Tak heran banyak selebriti dan influencer yang sering mampir ke sini setiap ke Jogja, merekomendasikan tempat ini bagi penggemar kuliner tradisional. Meski populer, Pak Pong tetap mempertahankan nuansa lokal yang khas, bahkan pengunjung lokal pun kerap menjadi pelanggan setia.
Keunikan lain yang tak terlupakan dari warung ini adalah suasananya yang ramai namun tetap nyaman. Meski banyak pengunjung, keakraban antar pelanggan terasa begitu hangat, seperti serasa makan bersama keluarga besar. Pengunjung bisa berbincang santai, bertukar cerita tentang pengalaman jalan-jalan di Jogja, dan tentu saja menikmati kelezatan sate klatak tanpa gangguan. Menyantap sate klatak Pak Pong bukan sekadar menikmati hidangan. Melainkan perjalanan cita rasa yang menghubungkan kita dengan tradisi dan kenangan yang tumbuh di masyarakat Bantul. Kedai ini seakan menyuarakan semangat para peramu sate klatak terdahulu, bahwa kelezatannya tak mesti gemerlap kemewahan, melainkan cita rasa otentik yang diolah dengan penuh cinta.
Setelah meninggalkan kedai, saya merasa puas bukan hanya karena kenyang, tetapi juga karena pengalaman kuliner yang memperkaya wawasan dan kenangan. Sate Klatak Pak Pong bukan sekadar pilihan tempat makan, melainkan pengalaman wisata cita rasa, yang membuat setiap pengunjung ingin kembali lagi dan merasakan keistimewaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H