Jadi, kecerdasan tidak bisa diukur antara satu orang dengan lainnya hanya dengan mengambil salah satu pembanding saja.
Lalu bagaimana menjadi guru yang ‘baik’?
Bukan maksud untuk menggurui, tapi hanya ingin berbagi opini. Sekarang jaman sudah jauh berubah. Guru galak bukan jamannya lagi. Siswa tidak akan bisa belajar dengan baik jika dalam kondisi stress dan di bawah tekanan. Bahkan belajar itu harusnya menyenangkan. Kalaupun murid belum juga mengerti, kemungkinan besar Gurunya sendiri yang belum mengerti bagaimana cara menyampaikan dan mengajarkannya
Ada banyak referensi saat ini yang mengganti istilah guru menjadi: tutor, controller, prompter, resource, assessor, organizer, bahkan participant. Intinya, guru hanyalah memfasilitasi murid agar dapat belajar dengan nyaman dan mudah dimengerti.
Terakhir, kalau menurut saya pribadi:
- Guru itu menjadi panutan bukan memicu ketakutan
- Guru itu membimbing bukan hanya asal tuding
- Guru itu memberikan koreksi bukan menyalahkan tanpa basa-basi
- Guru itu menerima saran bukan cepat emosian
- Guru itu memacu semangat bukannya membuat patah semangat
Sekian dari seorang murid yang juga masih belajar menjadi guru. Terima kasih untuk inspirasinya wahai guruku :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H