Mohon tunggu...
Cecilia Devlynn Hartanto
Cecilia Devlynn Hartanto Mohon Tunggu... Editor - Pelajar SMA

saya murid IPEKA saya suka anime

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teknologi Masa Pra-Aksara hingga Masa Kini

31 Oktober 2023   13:06 Diperbarui: 31 Oktober 2023   13:12 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Untuk mencapai zaman globalisasi, dibutuhkan ratusan tahun dari perkembangan agar bisa sampai di titik ini. Dari mesin uap, roda, listrik, telepon, lampu, hingga masa sekarang yang lebih canggih lagi seperti smartphone, mobil listrik, bahkan AI. Masih banyak lagi perkembangan teknologi yang telah diciptakan demi memudahkan hidup manusia yang kebutuhannya semakin meningkat dari masa ke masa. 

Teknologi baru tercipta oleh karena kebutuhan baru timbul. Misalnya, telefon yang awalnya tercipta hanya sekedar untuk menelefon, namun sekarang, manusia membutuhkan lebih banyak fitur lain seperti memberi pesan, mengunggah informasi, dan akhirnya dikembangkanlah fitur-fitur tersebut dan menjadi  smartphone yang kita butuhkan untuk kehidupan sehari-hari. 

Sama halnya dengan peradaban manusia ribuan tahun yang lalu; zaman pra-aksara. Zaman di mana manusia belum mengenal adanya aksara atau tulisan. Teknologi pun juga sudah ada sejak saat itu, memang, belum secanggih sekarang, namun pada masa itu, teknologi-teknologi yang ada sangat membantu kehidupan mereka. Pada awalnya, di zaman berburu, atau Paleolitikum, sumber makanan manusia sepenuhnya  bergantung pada alam. Mereka berburu hewan-hewan besar dan selalu berpindah-pindah (nomaden). Teknologi saat itu pun masih sederhana yakni seperti kapak genggam, alat serpih untuk mengupas kulit hewan, serta alat tulang. Kemudian, seiring berjalannya waktu mereka menyadari bahwa hidup nomaden itu cukup melelahkan karena harus menghadapi perubahan iklim, ancaman hewan buas, apalagi dengan jumlah kelompoknya yang semakin besar. Mereka pun mulai hidup semi menetap di goa yang bernama Abris Sous Roche, yang berfungsi sebagai tempat perlindungan mereka. Pada goa tersebut, ditemukan berbagai peninggalan alat seperti ujung panah, alat serpih, batu pipisan, dan kapak; masih untuk berburu hewan demi memenuhi kebutuhan pangan. 

Kebutuhan semakin besar, namun sumber daya yang ada kurang mampu mencukupi kebutuhan itu. Keterbatasan SDA ini pun menimbulkan masalah baru ketika mereka mulai hidup menetap. Pada zaman ini, peradaban manusia mulai berubah, mereka mulai bercocok tanam, berternak; untuk menghasilkan makanan sendiri tanpa harus berburu hewan buas. Mereka menebang, membakar pohon-pohon belukar, membuka lahan dan membuat pemukiman sederhana. Tentunya, teknologi juga semakin berkembang, alat-alat yang diciptakan tak lagi khusus untuk berburu, tetapi untuk kebutuhan kebudayaan-kebudayaan baru ini seperti; kapak lonjong untuk menebang pohon, beliung persegi untuk mencangkul dan mengerjakan kayu, alat pemukul kayu, dan lainnya.

Berlanjut pada zaman Megalitikum (Batu besar), di zaman ini manusia mulai menganut kepercayaan, yakni Animisme dan Dinamisme. Hasil budaya pada zaman ini terbuat dari batu-batu besar dan rata-rata dibuat untuk hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan saat itu, seperti punden berundak yang dibuat sebagai tempat memuja roh para nenek moyang, kemudian menhir sebagai  tanda peringatan kepada arwah nenek moyang, dan sarkofagus sebagai peti jenazah. 

Akan tetapi, manusia lagi-lagi menemukan masalah baru; batu bisa hancur, dan ketersediaan juga terbatas. Maka, alat dan kemampuan pun semakin berkembang. Manusia memasuki zaman Perunggu/Logam, di mana alat-alat teknologi saat itu sudah tidak berdasar dari batu lagi, tetapi logam. Manusia juga memperoleh kepandaian dalam mengolah logam. Di masa inilah teknologi semakin memadai. Berbagai teknik yang  telah berkembang di masa ini seperti teknik Bivolve atau dua setangkup, dan cire perdue atau cetak tuang. Dengan kapak logam yang diasah, mereka bisa menggunakannya untuk membalik tanah sehingga mereka bisa mengembangkan cara bercocoktanam dengan teknik bersawah. Hasil kebudayaan yang terbuat dari logam yakni; Nekara, Moko, Bejana perunggu, rumah kayu, serta seni ukir. 

Begitulah perjalanan manusia dari masa ke masa. Masa terus berganti dikarenakan kebutuhan manusia semaking besar namun ketersediaan terbatas, maka mereka mencari solusi untuk masalah yang mereka hadapi, dengan mengembangkan teknologi (alat) guna memenuhi kebutuhan mereka saat itu. 

Begitu pula dengan kita saat ini. Kita dipermudahkan dengan teknologi yang berkembang begitu pesat setiap harinya. Seperti yang kita ketahui, AI maupun robot, sudah sangat mendunia. Mereka mampu mengerjakan pekerjaan yang selama ini kita lakukan dengan lebih cepat dan tepat. Bahkan, banyak pekerjaan-pekerjaan di luar sana yang sudah mulai tergantikan oleh teknologi ini. Hal ini bisa saja berpotensi pada kurangnya lapangan pekerjaan bagi manusia. AI tidak bisa dihentikan. Mereka akan selalu ada dan dibutuhkan dalam berbagai bidang. Maka dari itu peningkatan SDM diperlukan agar kita tidak terlalu bergantung pada 'kepintaran buatan'. 

 

DAFTAR PUSTAKA

Artificial Intelligence (AI): Bahaya atau Dukungan untuk Pekerjaan Manusia? - Inspektorat Jenderal Kemendikbudristek. (2023, May 30). Inspektorat Jenderal Kemendikbudristek. Retrieved October 31, 2023, from https://itjen.kemdikbud.go.id/web/artificial-intelligence-ai-bahaya-atau-dukungan-untuk-pekerjaan-manusia/   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun