Mohon tunggu...
Devina Y.Tobing
Devina Y.Tobing Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir di kisaran Sumut , terlahir menjadi anak bungsu ,tp sibungsu yang sudah diakui kemandirian nya oleh kedua orang tua ^_^\r\npemimpi yang mempunyai mimpi besar, keras kepala yg mempunyai hati yang lembut ,cengeng dan pemarah yg mempunyai kesabaran, lemah yang mempunyai tekad yang kuat, egois yang peduli .\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi Guru Bagi Pikiran

26 Oktober 2013   21:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:59 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Teman- teman  kompasioner coba deh berhenti sejenak ...dan dengarkan dengan seksama ruang jiwa kita. Tidak kah ada percakapan dalam pikiran kita????Percakapan itu begitu lantang kita dengar, tetapi mungkin tiada seorang pun yang tahu. Setiap saat kita dapat mendengar suara-suara dalam pikiran kita. Suara itu terkadang memberi komentar, menilai, membandingkan, mengeluh, perasaan kecewa, perasaan menyesal, menyatakan tidak suka, membenci, dan sebagainya. Terkadang suara-suara itu tidak relawan dengan keadaan yang sedang kita alami saat itu. Yang digambarkan sering kali merupakan sesuatu yang salah, suara-suara itu juga sering mendistorsi persepsi kita dan mengambil tindakan yang akhirnya kita sesali sendri. Kalo menurut Echart Tolle, "suara-suara itu berasal dari kondisi pikiran, yang merupakan  hasil dari pengalaman-pengalaman kita yang terutama dimasa lalu". Kalau suara-suara itu positif pasti gak ada masalah, tapi kalau suara-suara itu negatif tentu menyiksa banget. Suara itu terus menerus menghakimi kita dan menguras energi psikis kita guys.

Berita baiknya adalah ternyata kita dapat membebaskan diri kita dari belenggu suara itu.(Saya pernah coba) Caranya adalah dengan menjaga jarak dengan suara itu, dan dimulai menjadi pengamat atas lintasan pikiran kita sendiri. Kita menjadi pengamat terhadap lalu lalangnya suara dalam pikiran kita sendiri. Setelah mengamati, coba ajari mereka kebijaksanaan. Berlatihlah dengan mulai mendegarkan suara itu sesering mungkin. Perhatikan dengan cermat tatanan pikiran yang muncul berulang-ulang dalam kepala kita. Dengarkan suara itu tanpa memihak, dan jangan buat penilaian dulu. Kita harus mendengarkan dan mengawasinya berulang-ulang sampai kita kita bisa menilai suara-suara itu. Dan kita mengatakan ke suara itu " Hei..........kamu kekanak-kanakan!!!" , "Hei..........kamu itu kuat jangan lemah!!", "Hei....sabar dan ikhlaslah!!" , "Hei...........kamu gak boleh begitu!!" atau "Hei........ jangan begitu, itu dilarang agamamu !!!" dan seterusnya guys.

" Skenario minum obat pun yang pahit sekalipun bisa membuat kita tersenyum jika skenario dalam otak kita mengatakan hanya obat itu saja yang membuat kita sembuh kembali ".

Dengan begitu, kita bisa jadi pengawas yang hebat terhadap diri kita sendiri. Dan kita juga bisa membuat jarak terhadap pikiran kita. Menjadi pengawas bagi pikiran, ini juga berguna untuk memberikan respon terbaik setiap kali muncul stimulus yang datang pada kita, kita bisa memilih respon yang baik walaupun stimulusnya tidak mengenakan.

Salam Hangat ,

Penulis Amatiran 'devina'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun