Mohon tunggu...
FACIUS CHANGE
FACIUS CHANGE Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalwan

Facius Change from yourself Baca Komik Badminton Filsafat Baca Buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Bertahan di Atas Segala Percobaan (Ayub 42:10-13 )

14 November 2022   22:30 Diperbarui: 29 Desember 2023   02:50 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Boni Fasius Sihombing

Editor: Rambo Josep Tambunan 

Hidup itu adalah sesuatu yang paling utama untuk disyukuri, walaupun dalam hidup akan ada sebuah percobaan yang sering sekali datang dan pergi. Hal ini akan menjadi suatu hal yang memiliki tujuan untuk menguatkan manusia. Ketika sebuah jaman di pertunjukan dengan sebuah bencana dan percobaan, terlebih yang sedang terjadi di masa sekarang ini. Peristiwa yang telah dialami oleh saudara-saudara kita, mereka sedang bertahan atas bencana gempa yang terjadi di Tapanuli Utara. Sepertinya ini akan menimbulkan banyak persepsi.

Bagaimana manusia memahami ini sebagai sebuah percobaan yang merugikan atau sebuah peringatan. Adanya persepsi ini mungkin saja akan menimbulkan banyaknya kecenderungan manusia yang tidak mampu untuk bertahan, bahkan mungkin saja menyalahkan Tuhan atas percobaan ini, sehingga siapakah yang sebenarnya bersalah di sini? Manusia ataukah Tuhan. Dalam keadaan seperti inilah, orang percaya seharusnya dapat menunjukan dan meneguhkan akan apa itu sebuah perjuangan di atas percobaan.

Kita dapat mengambil langsung pada sebuah kitab Ayub 42:10-13, yang mengajarkan bagaimana Allah yang memulihkan bahkan membangkitkan Ayub. Di balik keadaan pilu dan  percobaan yang sedang Ia hadapi. Pada ayat yang pertama (42:10), kitab ini memberikan akan sebuah gambaran sebuah kata "Doa" sebagai bentuk cara yang unik di mana, gambaran kata ini seakan-akan mengajak kepada sebuah perlindungan dengan cara berdoa. Secara umum memang doa dikaitkan sebagai kata (Tefilah) dalam bahasa Ibrani, yang berarti juga sebagai bentuk "doa". Doa seharusnya menjadi cara dalam masa memahami berbagai hal, sebagai bentuk akan persembahan diri dan menerima akan sebuah peristiwa yang telah diberikan, karena tidak semua yang baik itu indah dan juga belum tentu yang tidak baik itu juga indah. Kata doa di sini merujuk pada sebuah permintaan (bnd. 1 Raja-Raja 8:22-25).

Pada ayat yang ke-dua (42:11),   penggambaran akan kata yang "berdukacita" pada penggambaran ini seakan-akan menggambarkan bahwa percobaan Ayub ialah sebuah kejadian yang bersifat berdukacita. Ini digambarkan melalui sebuah peristiwa penderitaan yang diterimaNya atas sebuah percobaan yang telah diterima Ayub.

Tetapi pada ayat ini ada sebuah hal yang unik. Di mana saudara-saudara dan orang-orang yang telah mengenal Ayub kembali kepada-Nya dan memberikan ia sebuah uang satu kesita dan sebuah cincin. Pada jaman itu uang, digambarkan sebagai bentuk akan sebuah rasa empati kepada Ayub. Hal ini memberikan sebuah dorongan bahwa di dalam percobaan akan terus ada manusia yang akan peduli, dan selalu membantu (Bnd. Yak. 1:12), manusia itu bukan sebagai mahluk individu, karena Tuhan sendiri demikian tidak akan membiarkan umat-Nya menderita.

Pada ayat yang ke-tiga (42:12), di sini Allah ingin memperlihatkan akan kuasa-Nya dimana adanya sebuah berkat yang digambarkan, dengan sebuah pengembalian dengan harta dan kembalinya ternak yang pernah sempat diraup di masa jaya-Nya. Gambaran ini seolah-olah ingin menunjukan bahwa Allah merupakan sebuah identitas yang selalu memperhatikan umat-Nya akan penderitaan, percobaan yang telah dijalani umatnya dan dia mampu bertahan. Berkatnya digambarkan sebagai bentuk dikembalikan segala ternak yang pernah Ia punya.

Pada ayat yang ke-empat (42:13), tujuh anak laki dan tiga orang anak perempuan juga merupakan sebagai bentuk berkat, yang telah dikembalikan Allah. Pemikiran ini juga mendukung sebuah persepsi mengenai, bagaimana Allah menjadikan semua hal yang dahulu pernah hilang di hadapan Ayub, kemudian telah dikembalikan oleh Allah (Bnd.Yes. 40:3 dan Kel. 22:3-9).  Kembaliya anak Ayub pada jaman sesudah penderitaan, sebagai seseorang yang paling istimewa, dalam arti (tertampan dan tercantik), hal inilah yang membuat ia sangat mempercayakan sebuah pusaka (harta-Nya) kepada anak wanita ada juga "pemulihan keadaan" ini terdengar seperti membebaskan Ayub dari penindasan (Seperti ia membebaskan Israel dari pembuangan, Yer:28:14, 30:12).

Jika melihat dari gambaran ini, maka akan terlihat bagaimana ayat Ayub 42:10-13. Seolah-olah ingin menunjukan bahwa manusia dengan menggunakan doa, dapat menjadi cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Kemudian inilah yang menjadi relasi pencipta, memulihkan hamba-Nya dibalik dukacita yang telah ia alami, walaupun demikian dengan kepulangan saudara-saudaranya. Ada sebuah pesan yang tersirat di sini, Allah ingin menghibur Ayub dengan mendatangkan teman dan saudaranya untuk memberikan keteguhan kepada Dia. Menjadi peneguhan dalam perjuangan Ayub melawan semua percobaan, membuat sebuah tindakan nyata bahwa Ayub merupakan orang yang sanggat mampu sekali dalam bertahan dalam sebuah percobaan yang Ia alami. Hal inilah yang membuat penulis memahami bahwa: Allah memberikan sebuah doa, menjadi cara menghadapi dukacita. Sebagai upaya dalam meneguhkan tiap diri manusia dalam menghadapi segala percobaan dengan doa yang menghasilkan berkat.

Jika kita lihat di masa sekarang telah banyak percobaan yang akhir-akhir ini, telah kita hadapi terlebih kepada saudara-saudara kita yang telah menghadapi banyak perkara percobaan atas bencana gempa yang melanda di Tapanuli utara dengan kekuatan magnitudo 5,0 yang telah mereka hadapi. Kita sebagai umat percaya harus mendoakan mereka di balik dukacita mereka, agar kiranya Tuhan memberikan sebuah berkat. Penulis memahami konsep doa ini memang telah diberikan kepada setiap manusia untuk sebagai cara kita mendekatkan diri kepada Tuhan Allah, bahwa dalam sebuah percobaan manusia dapat menunjukan dirinya mampu untuk bertahan dibalik penderitaan dan percobaan. Tuhan tidak menjauh tapi ingin melihat anaknya semakin taat pada-Nya. Semoga tulisan sederhana ini dapat menjadi sebuah penguat, penyemangat, kepada korban yang sedang berjuang di masa percobaan terutama di Tapanuli Utara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun