Mohon tunggu...
Devi Suryandari
Devi Suryandari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Memberi dan Menerima

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menyederhanakan Bahagia

18 Agustus 2020   11:28 Diperbarui: 18 Agustus 2020   12:11 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terkadang kita lupa bagaimana untuk bahagia, atau mungkin kita yang teralu sempit memaknai bahagia, seolah-olah bahagia tak pernah menghampiri kita, seolah-olah hanya derita yang selalu terasa. 

Kita sibuk mencari-cari bahagia padahal bahagia tak pernah kemana-mana, bahagia ada bukan untuk dicari namun diciptakan, banyak dari kita mengukur bahagia dengan tahta, harta dan cinta. Namun hakikat bahagia sebenarnya adalah Syukur, cobalah untuk menyukuri apa yang ada sehingga hatimu tak lagi merasa kurang.

Pernahkah kamu bertanya mengapa  mereka yang terlihat kurang masih bisa tertawa? 

Pernahkah kamu bertanya apa yang kurang darimu sehingga kamu sulit bahagia?

Sebenarnya jawaban itu sudah tampak nyata, tanyakan pada hatimu bagaimana kamu mengukur bahagia.

Aku pernah berada diposisi dimana pertanyaan itu terlontar, Mengapa? Kenapa?

Dan jawaban yang mampu menampar adalah akulah yang menyebabnya bahagia tak pernah ada.

Cara terbaik untuk menciptakan bahagia adalah memperluas makna bahagia, jangan pernah kau letakan bahagiamu pada siapa pun dan apapun, sebab ketika seseorang tak lagi seperti harapanmu, ketika mereka satu persatu pergi meninggalkanmu, atau ketika apa yang kau miliki hilang, maka hilang juga bahagiamu. 

Saat itu kamu akan terpuruk, namun bukan berarti duniamu hancur seketika, perjalanan masih masih terlalu panjang untuk kata menyerah di tengah jalan, mari kita memperluas makna bahagia  dengan sederhana, sesederhana ketika kita saling menyapa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun