Selama kegiatan pembelajaran, mahasiswa asistensi menggunakan pendekatan interaktif dan memanfaatkan sumber daya di sekitar sekolah, menciptakan koneksi antara teori dan aplikasi praktis. Mereka mengajak siswa untuk merancang eksperimen sederhana atau observasi langsung fenomena sekitar yang terkait dengan gaya.
Tidak hanya itu, mahasiswa asistensi juga memastikan inklusivitas dalam pembelajaran, memberikan dukungan kepada siswa dengan kebutuhan khusus dan memotivasi partisipasi semua siswa dalam pemecahan masalah. Dengan demikian, terbentuklah lingkungan pembelajaran yang merangsang kolaborasi dan saling pengertian di antara siswa.
Keberhasilan inovasi ini tercermin dari respons positif siswa terhadap pembelajaran yang lebih kontekstual dan mendalam. Selain itu, hasil evaluasi menunjukkan peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan siswa dalam materi gaya.
Inisiatif mahasiswa asistensi ini mencerminkan semangat kolaboratif antara perguruan tinggi dan sekolah dasar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Semoga, langkah ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa asistensi dan lembaga pendidikan lainnya untuk terus mengembangkan metode pembelajaran inovatif demi menciptakan generasi yang lebih siap menghadapi tantangan masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H