Mohon tunggu...
Devi Sulistia
Devi Sulistia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Penyebaran Covid-19 terhadap Berbagai Aktivitas Ekonomi dan Bisnis DiIndonesia

6 Juli 2022   08:22 Diperbarui: 6 Juli 2022   08:24 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertama, pengaruh turun-temurun China, yang berkaitan langsung dengan perekonomian Indonesia. China telah menjadi tujuan utama ekspor Indonesia sejak 2011. Ekspor nonmigas Indonesia ke China mencapai 0,7 25,7 miliar tahun lalu, menurut Badan Pusat Statistik. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan ekspor nonmigas Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang yang masing-masing menempati peringkat kedua dan ketiga. China juga merupakan importir utama Indonesia. Pada 2019, impor Indonesia dari China mencapai 0,544,5 miliar, atau tiga setengah kali nilai impor Indonesia dari Jepang dan Amerika Serikat. Selanjutnya, China merupakan salah satu negara terbesar bagi penanaman modal asing di Indonesia dan menyumbang lebih dari 2 juta wisman atau sekitar 12,5% dari total wisman yang berkunjung ke Indonesia.

Kedua, efek turun-temurun dari 19 negara epidemi Kuwait lainnya yang memiliki pengaruh langsung terhadap perekonomian Indonesia. Misalnya efek alam dari Uni Eropa, Amerika Serikat, Korea Selatan dan Australia. Meskipun pengaruh keturunan Cina tidak sebesar itu, pengaruh turun-temurun dari negara-negara ini tidak dapat diabaikan. Baik dari sisi lalu lintas ekspor maupun impor, investasi asing dan kunjungan wisatawan.

Ketiga, dampak ekonomi global secara keseluruhan. 19 hingga 176 negara telah menambah ketidakpastian ekonomi global menyusul perang dagang antara Amerika Serikat dan China, pengusiran Inggris dari Uni Eropa (British expulsion) dan perubahan geopolitik internasional. Ketidakpastian ini memberikan tekanan pada perekonomian Indonesia.

Keempat, dampak lokal penyebaran Covid 19 di Indonesia. Efek ini awalnya diremehkan. Namun, dengan banyaknya kasus infeksi Covid-19 di Indonesia, mengingat kemajuan yang dicapai dalam beberapa hari terakhir, tampaknya efek lokal dari penyebaran Covid-19 sebenarnya akan jauh lebih besar. Tak heran, beberapa organisasi kembali menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020. Misalnya, Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) menurunkan versi pertumbuhan ekonomi Indonesia beberapa minggu lalu (2/3/2020). Proyeksi dari 5,0 hingga 4,8%. Sementara itu, Moody's menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,9% menjadi 4,8% beberapa hari kemudian (6/3/2020). Dua hari lalu (19/3/2020), Bank Indonesia bahkan menurunkan versi perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,2-4,6% dari sebelumnya 5,0-5,4%. Berbeda dengan krisis keuangan global tahun 2008, perbankan syariah sebagai wajah utama ekonomi syariah muncul dari krisis keuangan dengan efek epidemi Covid 19 yang menyerang sistem kesehatan masyarakat. Tentu saja implikasinya beragam, termasuk ekonomi Islam.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2020 tercatat sebesar 2,97 persen (year-on-year (year-on-year). Cadangan devisa yang meningkat pada April mempengaruhi seluruh aspek kehidupan dan kegiatan ekonomi.

$127,9 miliar. Inflasi yang menurun, industri manufaktur yang meningkat, nilai investasi yang meningkat, jumlah barang impor yang menurun pada triwulan I-2020 juga sedikit berkontribusi terhadap laju pertumbuhan positif sebesar 0,15. Pada triwulan I-2020, konsumsi rumah tangga masih menjadi motor utama pertumbuhan dengan kontribusi 1,56 persen dengan laju pertumbuhan 2,97 (% YoY). Selain konsumsi domestik, secara tahunan, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 juga dipengaruhi oleh ekspor barang (0,45), PMTDB (0,55) dan konsumsi pemerintah (0,22). Selama tiga bulan pertama (kuartal pertama) Januari hingga Maret 2020, virus Covid 19 menyebar dengan cepat di Indonesia, sehingga mempengaruhi aktivitas ekonomi di Indonesia secara signifikan. Konsumsi swasta yang menurun, kontraksi di sektor riil, perubahan persediaan menjadi kontributor paling negatif terhadap pertumbuhan (-0,33), diikuti oleh ekspor jasa (-0,32) dan konsumsi LNPRT (jasa non-domestik). 0,05).

Kebijakan pemerintah yang harus ditempuh dalam upaya mengatasi masalah ekonomi pada masa epidemi dibagi menjadi dua jaring pengaman, yaitu dimasukkannya jaring pengaman sosial dalam pembiayaan APBN dan pemberian insentif finansial dan non finansial dengan menambah jaring pengaman. . Insentif lain untuk meningkatkan perekonomian adalah, pertama, peluncuran Perppu 1 tahun 2020. Kedua, pengenalan kebijakan perpajakan. Ketiga, implementasi kebijakan di bidang keuangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun