“Bila saya terpilih nanti saya berjanji akan mensejahterakan rakyat,menggratiskan sekolah,harga-harga sembako murah,tidak ada lagi busung lapar dan gelandangan di jalan,maka pilih saya !!”
Janji-janji manis yang terlontar dari para calon pemimpin bangsa menggema di seluruh pelosok negri ketika kegiatan kempanye berlangsung, berbagai cara dilakukan agar menarik simpatisan massa ,mulai dari gerak jalan santai, pembagian sembako gratis hingga pagelaran orkes dangdut.
Bila kita melihat kebanyakan simpatisan yang hadir pada saat kampanye adalah rakyat-rakyat miskin yang sengaja datang dengan harapan calon pemimpin tersebut dapat merubah nasib mereka dengan kata-kata manis yang mereka janjikan. Rakyat miskin yang memiliki tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah mudah terbuai oleh janji-janji manis para politikus, ironisnya hal ini sengaja dimanfaatkan oleh sebagian besar politikus untuk dapat meraih banyak suara dalam pemilihan nanti.
Rakyat miskin sebagai sasaran utama dari para politikus untuk dengan mudah meraih massa dapat dilihat pada kasus money politik yang sering terjadi pada saat kampanye pemilu yang membuktikan bahwa dengan hanya diberi sejumlah uang rakyat miskin dengan mudah terbujuk untuk memilih calon pemimpin tersebut dan tentunya hal ini sangat menguntungkan bagi para pemimpin tersebut.
Pengaruh Opinion Leader
Opinion leader sebagai pemimpin sebuah opini yang dapat dengan mudah mempersuasi pemikiran masyarakat banyak sangat berpengaruh terhadap berjalannya suatu komunikasi politik. Pada masyarakat miskin opinion leader yang biasanya merupakan sesepuh atau orang yang dituakan di masyarakat tersebut sering menjadi sasaran bagi para poitikus untuk mempersuasi masyarakat agar keinginannya dapat tercapai dengan mudah.
Melalui peran opinion leader tujuan-tujuan politik yang ingin dicapai dengan mudah dapat sampai kepada masyarakat,dengan bermodal komukasi politik yang baik seorang politikus dapat mempersuasi seorang opinion leader agar dapat mengarahkan masyarakat kepada apa yang ia inginkan.
Kurangnya Peran Pemerintah
Rakyat miskin yang seolah-olah menjadi korban atas pemanfaatan para politikus akan janji-janji manis mereka, hal ini tak lepas dari kurangnya peran pemerintah dalam mensosialisasikan hal-hal yang berkenaan dengan politik kepada masyarakat,sehingga pengetahuan masyarakat akan politik sangatlah minim. Selain itu desakan ekonomi yang menghimpit membuat masyarakat dengan mudah menerima sejumlah uang, padahal kasus tersebut merupakan money politic yang tentu saja melanggar hukum. Para pemberi money politic akan dikenakan pasal penyuapan dan ironisnya para penerima dana tersebut yang sebagian besar adalah rakyat miskin yang tidak tahu apa-apa mengenai hal ini dapat dikenakan pasal pencucian uang. Dan di kasus ini lagi-lagi rakyat miskin hanya menjadi korban dari proses komunikasi politik.
Diperlukan adanya kontrol yang lebih dari pemerintah agar kecurangan-kecurangan dalam politik tidak terulang dan membuat rakyat miskin hanya menjadi korban akan bualan-bualan para calon pemimpin. Apakah kita hanya akan diam ??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H