Mohon tunggu...
Kinda Lia
Kinda Lia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perhatian Sudirman Said Pada Persoalan Krisis Air di Masyarakat Jateng

11 September 2017   13:53 Diperbarui: 12 September 2017   08:03 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim kemarau mulai memanaskan tanah di berbagai daerah. Kekeringan pun menjadi pemandangan rutin setiap kali memasuki musim kemarau. Kekeringan yang terjadi bukan persoalan biasa, dimana debit air berkurang dan udara semakin panas, melainkan mengarah hingga ke situasi kelangkaan air.

Fenomena kekeringan ini sebenarnya ironis mengingat Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai daerah dengan iklim tropis terbaik di dunia. Hal ini ditandai dengan melimpahnya mata air alami, daerah pegunungan yang sehat, dan hutan yang menjadi sumber aliran sungai. Tidak mengherankan pertanian termasuk lahan pekerjaan sebagian besar penduduk Nusantara sejak dulu karena melimpahnya sumber daya air.

Di saat pembangunan semakin semarak dan perkembangan semakin maju, kita malah mengalami krisis air bersih setiap tahun. Salah satu berita dan pemandangan yang lumrah di berbagai daerah saat ini adalah para penduduk yang memanfaatkan cerukan air di sungai dengan kualitas air buruk, penduduk yang harus mencari air bersih hingga bermil-mil jauhnya, sumur-sumur yang mulain kering, sawah yang mulai merekah, dan kondisi buruk lainnya.

Air dengan kualitas buruk yang didapatkan oleh penduduk tidak hanya digunakan untuk mandi, tapi juga untuk memasak dan sebagai konsumsi. Artinya, krisis dan kelangkaan air yang terjadi setiap tahun juga dapat membawa pada krisis lain, yakni krisis kesehatan. Hal ini dapat dimengerti karena air merupakan kebutuhan paling primer manusia, bahkan 60 persen komposisi tubuh manusia merupakan air.

Kelangkaan dan krisis air bersih ini sekarang tengah terjadi di Jawa Tengah. Di Banjarnegara misalnya, masyarakat terpaksa membuat sumur-sumur resapan di sungai yang kotor dan berbau. Hal ini sangat memprihatinkan Sudirman Said. Pasalnya, air yang merupakan kebutuhan paling utama masyarakat, justru sangat susah dimiliki.

Sudirman Said menilai bahwa krisis yang terjadi di berbagai daerah, termasuk di Jawa Tengah merupakan akumulasi dari berbagai persoalan. Misalnya, pemerintah tidak pernah membuat regulasi yang tepat mengenai perlindungan sumber mata air alami di hutan dan dipegunungan, sehingga perusahaan air leluasa mengkapitalisasi sumber mata air tersebut demi pundi-pundi uang. Akibatnya, selain membatasi akses masyarakat terhadap air bersih, juga menyebabkan rusaknya ekosistem air, serta pembagian air secara adil.

Di sisi lain, gunung, hutan, dan daerah perbukitan yang menjadi sumber mata air alami mengalami kerusakan, erosi, dan penggundulan. Ini menyebabkan pada musim hujan terjadi banjir dan lonsor, sementara pada musim kemarau kekeringan yang bergantian melanda masyarakat.

Sebab itu, Sudirman Said menghimbau pemerintah dan semua elemen masyarakat untuk memperhatikan masalah ini. Pemerintah sebagai pemegang kewenangan harus menunjukkan keberpihakan dan sokongan kepada masyarakat, sementara elemen masyarakat lainnya, seperti LSM, kelompok ilmuan, dan para tokoh saling bahu-membahu untuk menghadirkan perbaikan di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun