Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit pada sistem gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat gangguan fungsi insulin (Kemkes, 2020). Menurut (Dinkes, 2019) secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riskesdas pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%, sedangkan pada daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. Maka dari itu BPJS membuat program kesehatan yaitu PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis).
PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS Kesehatan untuk mencapai kualitas hidup optimal dengan biaya rendah dalam hal pemeliharaan kesehatan bagi yang mengalami penyakit kronis (BPJS, 2014). Menurut (Kemenkes, 2019) PROLANIS memiliki kegiatan yang biasa dilakukan di puskemas diantaranya Senam sehat bersama setiap 4 kali dalam sebulan, Penyuluhan kesehatan bagi anggota prolanis dilakukan sebulan sekali, Konsultasi medis, Pemantauan Status Kesehatan dengan Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Laboratorium. Salah satu kegiatan yang dapat menurunkan kadar gula darah adalah senam sehat atau biasa disebut dengan senam prolanis.
Menurut penelitian (Kesehatan et al., 2020) senam prolanis dilakukan 2 kali dalam seminggu, dimana pelaksanaan senam selama 4 minggu. Setiap pelaksanaan senam dilakukan selama 30 menit. Pengukuran kadar gula darah dilakukan pertama kali satu hari sebelum pelaksanaan senam prolanis, dan pengukuran kadar gula darah berikutnya dilaksanakan setelah 4 minggu pelaksanaan senam prolanis. Setelah senam prolanis dilakukan rata-rata penurunan kadar gula darah adalah 229,37 mq/dl, dimana rata-rata KGD sebelum pelaksanaan senam prolanis adalah 235,29 mq/dl. Begitu juga menurut penelitian (Patima et al., 2019) menjelaskan bahwa pengaruh yang signifikansi antara senam prolanis terhadap penurunan kadar gula darah penderita diabetes mellitus pada lansia, bahwa dari keseluruhan sebanyak 30 responden sebelum diberikan perlakuan (pretest) mengukur kadar gula darah menunjukkan minggu pertama 171.93 , minggu kedua 187.50, minggu ketiga 197,33 dan minggu ke empat. Dan setelah senam prolanis didapatkan hasil minggu pertama 158.37, minggu kedua 162.27, minggu ketiga 172.10 dan minggu keempat 155.20. Menurut penelitian (Handayani et al., 2023) juga dijelaskan bahwa nilai rata-rata nilai glukosa darah sebelum dilakukan senam prolanis sebesar 167 mg/dl, sedang nilai rata-rata nilai glukosa darah setelah dilakukan senam prolanis sebesar 145, dan senam dilakukan diberikan perlakuan mengikuti senam prolanis 3- 4 kali dalam seminggu.Â
Kesimpulannya adalah senam pronalinis merupakan latihan fisik, Dimana Latihan fisik yang dilakukan dengan dosis yang tepat dan benar dapat menimbulkan proses yaitu proses adaptasi pada sistem, yaitu sistem saraf, hormon, kardiorespirasi, metabolisme, neuromuskuloskeletal dan ketahanan tubuh. Olahraga yang dilakukan pada penderita DM dapat mengakibatkan terjadinya pemakaian glukosa yang meningkat oleh otot aktif, sehingga secara langsung olahraga tersebut dapat menurunkan glukosa darah (Handayani et al., 2023). Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H