Pertemuan Arumi dan Bunga
 Bunga mengajak Arumi ketemuan lewat pesan whatsapp. Sekarang Arumi sedang menunggunya. Tiba-tiba Bunga datang. "Kak Arumi belum pesan minuman?" tanya Bunga.
"Belum,"
"Ya udah, aku pesenin ya. Tapi buat kak Arumi aja. Soalnya aku gak berselera minum di sini," Bunga ke belakang memesan minuman kopi dan membawakannya untuk Arumi.
"Nih, kak.." Bunga menawarkan gelas itu ke Arumi.
 Arumi mau menerimanya tapi kemudian Bunga menyiram gelas itu ke baju Arumi, membuat baju Arumi basah. "Bunga, sayang dong uangnya kalo kamu pake uangnya buat siram kopi ini ke aku.."
"Oh, aku gak sayang sama uang. Yang penting bagiku, aku puas melihat saingan cintaku basah seperti ini. Kenapa kamu ngerusak rumah tanggaku dengan mengirim email itu ke suamiku?"
"Aku gak bermaksud merusak rumah tanggamu. Aku juga gak yakin Yudha mau cerai cuma gara-gara fakta itu. Pernikahan bukan permainan,"
"Enak banget lo kalo ngomong! Itu bagi elo, menurut Yudha lain lagi. Lo gak tau kalo sebenernya Yudha mau sama gue karena gue orangnya baik, dia aslinya gak cinta gue. Gue udah susah payah bikin dia tunangan dan akhirnya nikah sama gue. Gara gara dia tau kejahatan itu, dia jadi pengen cerai sama gue tau!" bentak Bunga.
"Kenapa kamu marah ke aku? Salahmu sendiri, kalo kamu gak jahat, Yudha juga gak akan cerai dari kamu. Walaupun dia nya gak cinta,"
"Awas lo ya! Lo harus halangi perceraian gue sama Yudha. Kalo gak .."
"Kalo gak kenapa?" tanya Arumi seperti menantang.
"Mita yang jadi ancamannya,"
"Kamu bawa-bawa Mita? Harusnya kamu bisa urusin rumah tanggamu sendiri. Gak perlu bawa-bawa orang lain yang gak bersangkutan. Kalo kamu sampe ngapa-ngapain Mita, aku sendiri yang bakal balas dendam ke kamu. Tergantung kamu ngelakuin apa ke Mita,"
"Aku serius ya, Rum sama ancemanku. Karena kamu duluan yang ngerusak rumah tanggaku!" seru Bunga kesal. Dia berdiri, mau pulang tapi tiba-tiba Yudha muncul.
"Bunga? Apa maksud kamu siram kopi ke Arumi?" tanya Yudha heran.
"Mau tau kenapa? Tanya sendiri ke Arumi. Kamu lebih percaya dia kan daripada aku?" Bunga langsung pergi.
"Bunga ada masalah apa sama kamu?"
"Gak kok, Yud. Cuma pertengkaran kecil tentang hutang tapi dibesar-besarin sampe dia siram kopi ke aku,"
"Maafin istriku ya. Ini ada uang, kamu beli aja baju di toko sekitar sini buat gantiin baju kamu yang basah," Yudha memberikan uang untuk Arumi.
"Eh, makasih. Padahal gak perlu repot-repot," Arumi merasa tidak enak.
"Kasihan kamu basah kaya gini. Aku bertanggung jawab atas kelakuan istriku," ujar Yudha.
"Ya udah, kamu urusin aja istrimu. Aku abis dari sini mau beli baju. Makasih uangnya,"
"Ok. No Problem," ujar Yudha. Kemudian dia langsung pergi.
 Setelah pergi dari kafe, Arumi mampir ke butik (sebelahan sama kafe). Dia berniat ingin membeli baju untuk menggantikan bajunya yang basah. Ternyata harganya cukup mahal, 200 ribu-an, sesuai sama uang yang Yudha kasih. "Yudha serius kasih uang segini ke aku? Padahal aku mampu beli baju ini dari uang orang tua aku," Arumi heran.
 Akhirnya dia beli juga baju di butik itu. Dia membeli baju atasan+bawahan setelah mencobanya sendiri di butik itu. Baju itu warna biru, sesuai dengan warna kesukaannya. Setelah beli baju di butik, dia menunggu bis untuk pulang ke rumah. Masih banyak tugas kuliah yang menunggunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H