Terdapat satu budaya unik yang dilakukan siswa Korea Selatan ketika mereka hendak menempuh ujian, yakni makan makanan yang lengket supaya keberuntungan terus melekat. Makanan yang dimaksud, seperti Ddokguk (sup kue nasi) atau makanan keras dan gula-gula lengket Korea yang terbuat dari beras ketan.
“Identitas budaya dapat diartikan sebagai keanggotaan dalam kelompok, di mana semua orang memiliki makna simbolis yang sama (Klyukanow dalam Samovar, 2017, h. 244).”
Mengacu pada pengertian di atas, maka budaya memakan makanan lengket yang populer di kalangan siswa Korea Selatan ketika sedang mempersiapkan ujian ini, termasuk ke dalam identitas budaya. Siswa Korea Selatan memiliki makna simbolis yang sama terhadap makanan lengket. Memakan makanan lengket ketika hendak ujian dianggap mampu membantu para siswa mengingat jawaban yang benar. Sebaliknya, sebelum ujian, para siswa tidak diperbolehkan memakan makanan yang licin, terutama Miyeokguk (sup rumput laut sup yang biasanya dimakan pada hari ulang tahun). Makanan licin diyakini menyebabkan pengetahuan dan ilmu yang dipelajari dapat menyelinap keluar dari kepala.
“Identitas budaya diperoleh dari interaksi dengan anggota dari kelompok, salah satu nya keluarga (Samovar, 2017, h. 263).”
Budaya memakan makanan lengket sebelum ujian diperkenalkan oleh keluarga. Orang tua di Korea Selatan sangat peduli dengan pendidikan anaknya. Tak jarang, ada orang tua yang rela menemani anaknya belajar hingga malam, ketika mendekati hari ujian. Selain cara-cara tersebut, orang tua mendukung anaknya dengan menyiapkan makanan lengket, seperti Ddokguk (sup kue nasi) atau Yeot (gula-gula lengket) sebelum ujian. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa kesamaan simbol terhadap makanan lengket sebagai makanan yang membantu para siswa mengingat jawaban saat ujian, diperoleh dari interaksi dengan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Samovar, L. A., Porter, R. E., McDaniel, E. R., & Roy, C. S. (2017). Communication between cultures (9th edition). Boston: Cengage Learning.