Mohon tunggu...
Devira Sari
Devira Sari Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Saya adalah Psikolog yang menyukai dunia tulis menulis dan Sastra. Tarot Reader. A Lifelong Learner. INFJ-A. Empath. Sagittarian.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Covert Narcissistic

26 Januari 2021   10:00 Diperbarui: 1 Februari 2021   08:35 1906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Narsisistik yang tidak kelihatan

Sebelumnya saya sudah bercerita singkat tentang gangguan kepribadian Narsiccistic dan senjata utama mereka yaitu gaslighting. Meski mereka mudah terlihat dari penampilan, gaya bicara, dan pola interaksinya dengan orang lain, pada kenyatannya kepribadian narissistic ini memiliki spektrum yang luas juga. Salah satu spektrum yang sering tidak disangka sebagai narcissistic yaitu covert narcissist.

Seorang Psikoanalis bernama James Masterson pertama sekali memperkenalkan istilah "Closet Narcissist", merujuk pada orang yang tidak tampak seperti narsisis dan memiliki persepsi diri yang tidak memadai. Karena kurang memiliki agresifitas yang biasa ada pada para narsisis yang biasanya, closet narcissit lebih rentan terhadap depresi, merasa hampa, atau merasa segalanya jatuh. Closet narsiccistic kemudian disebut juga sebagai "covert narcissist," "vulnerable narcissist," atau "introverted narcissist" -- narsisis yang tersembunyi/rentan/introvert.

Tipe ini sulit diidentifikasi. Tidak seperti narsisis pada umumnya, mereka malah tampak pendiam, pemalu, ramah, dan tampak pencemas dan sensitif terhadap perasaan orang lain. Mereka mudah tersinggung, merasa tidak percaya, merasa diperlakukan dengan buruk, merasa tidak dihargai dan disalahpahami. Namun meskipun mereka merendahkan diri sendiri, sebenarnya mereka menginginkan kehebatan dan bertanya-tanya mengapa orang tidak menghargai dan memahaminya.

Kadang mereka bertindak sebagai korban dan martir. Mereka mungkin tampak dermawan dan peduli dengan orang lain, berprofesi sebagai pemuka agama atau helping professional. Namun, motivasi utama mereka adalah kebutuhan akan pengakuan, menguasai orang lain, atau ego pribadi. Mereka membantu orang lain bahkan tanpa meminta ijin terlebih dahulu dengan niat yang egois, supaya kelihatan bermoral. Mereka akan sakit hati dan mendendam jika apa yang mereka lakukan tidak  dilihat dan dipuji.

Berbeda dengan narsisis pada umumnya yang ekstrovert, covert narsisis adalah jenis introvert. Perilaku pasif agresif adalah cara mereka untuk mengontrol orang lain seperti dengan merajuk, berdiam diri selama berhari-hari, menolak melakukan tugas dengan berbagai alasan, sengaja terlambat atau lupa, menghasut di belakang, playing victim. 

Mereka juga suka menggunakan gestur tertentu seperti gerakan mata menyepelekan, menghela napas tanda bosan, sengaja menguap, memasang ekspresi tidak memperhatikan dan lainnya. Semua orang yang narsisistik manipulatif. Covert Narsisis tidak melakukan tindakan merendahkan orang lain secara langsung, melainkan dengan memposisikan diri lebih rendah, membuat diri mereka tampak dikasihani sehingga orang lain merasa ragu dan bersalah.

Walaupun tampak berbeda mereka masih memenuhi kiriteria gangguan kepribadian narsisistik (NPD), terutama dalam perasaan istimewa dan unik, ingin dikagumi (diam-diam), kurang empati, mengharapkan dan merasa berhak mendapatkan perlakuan khusus. Mereka sering merasa keistimewaannya tidak dihargai dan disalahpahami. Mereka menganggap orang-orang atau dunia belum cukup mengenali keunikan mereka.

Dampak dari interaksi bersama covert narsisis sama saja dengan narsisis pada umumnya. Malah justru bisa lebih parah karena mereka lebih pasif dan tampak tidak mungkin melakukan tindakan merugikan orang lain. Coba lebih waspada jika kita bertemu orang yang tampak perlu ditolong, namun semakin kita menolongnya semakin kita merasa kering dan tidak berharga. Terutama jika kita adalah orang yang memiliki kecenderungan menolong orang lain (empath) karena semestinya kita akan merasa bahagia dan merasa berharga saat berhasil menolong, terlepas dari ada tidaknya reward yang didapatkannya.

Bukan berarti orang yang punya kecenderungan menolong tidak mungkin merasa kering dan kelelahan yah. Ada istilah yang disebut dengan Empatic Distress (perasaan tertekan karena tidak mampu menolong) yang hanya terjadi jika sudah kewalahan atau gagal menolong. Istilah yang lebih dulu digunakan adalah Compassion Fatigue (kelelahan karena memberikan kasih sayang), namun beberapa ahli menolak menggunakan istilah ini karena memberikan kasih sayang tidak akan membuat lelah/tertekan. Yang membuat tertekan adalah perasaan empati yang berlebihan namun tidak diimbangi dengan kemampuan yang memadai untuk menolong orang yang membutuhkan.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun